19.💚 Bunuh Diri?

13 10 0
                                    

"Cinta yang berlebihan memberikan ketidaknyamanan dan meninggalkan penyesalan."
_____________________________________________________

Setelah pertemuan kemarin, Hello sibuk menemani Cinta yang perlahan membaik. Keduanya semakin dekat, bahkan lebih lekat dari sebelumnya. Hello tampak lebih tenang dan bahagia, senyum manis selalu menghiasi sudut bibirnya.

"Proyek bulan depan masih ikut, Hel?" Pak Ilham yang sedang menuruni tangga mengeluarkan suara. Hello yang tengah bercengkerama dengan Cinta langsung menoleh dan menggelengkan kepala.

"Padahal ini lebih gede, loh." Pak Ilham menatapnya.

"Nggak dulu, Bos. Bulan depan aku ada misi." Hello terkekeh kecil, ekor matanya melirik wanita yang duduk diam mendengarkan di sofa.

Pak Ilham tak lagi berbicara, ia hanya mengangkat sebelah alisnya. Hello menggelengkan kepala dan kembali duduk di sofa.

Setelah kepergian Pak Ilham, Cinta menghadap Hello hingga keduanya saling bertatapan. "Kamu nggak kerja sama Om lagi? Terus ... kamu pulang kampung kah? Sama ... Say-"

Hello menempelkan telunjuk pada bibir Cinta. "Nggak usah dibahas. Kamu mau jalan-jalan ke luar nggak? Ayo, bosan di rumah terus." Hello mengamit tangan Cinta. Wanita itu tak menolak, berjalan di belakang Hello.

Hello melepas genggaman tangannya saat mereka telah tiba di taman belakang rumah. Lelaki itu menutup mata dan menghirup udara dalam. Suasana masih segar, matahari pun belum terlalu tinggi. Bunga-bunga mulai mengembang, memperlihatkan keindahan yang tiada tara.

"Aku nggak kerja lagi di tempat Bos Ilham itu ada alasannya, tapi bukan pulang kampung atau bersama Sayna. Ada hal penting lain yang harus aku lakukan, kebahagiaan masa depanku." Hello berbicara setelah membuka mata. Namun, tatapannya masih ke depan, sedangkan di sampingnya Cinta hanya mendengar dengan saksama.

"Hal penting apa?" tanya Cinta, ia berbalik dan memilih duduk di kursi taman yang terlindungi oleh bayangan rumah.

Hello mengikutinya, duduk bersebelahan. "Kamu akan tau, nanti."

Cinta berdesis dan melipat kedua tangan di depan dada.  Hello tersenyum tipis.

Saat keduanya terdiam, ponsel Hello berdering. Pria itu segera merogoh saku celana training hitamnya dan menatap sekilas.

"Siapa?" tanya Cinta penasaran.

"Amo." Hello menjawab sembari menggeser layar ke atas. "Halo, Mo."

[Gawat, Gel! Gawat!]

Teriakan dari seberang membuat Hello menjauhkan ponsel dari telinganya, begitupun Cinta yang mengerutkan dahi.

"Gawat apanya!" tanya Hello setelah suara dari seberang memelan.

[Pokoknya kamu datang aja!]

Tutt ...

Hello memicingkan mata, benar-benar tak paham. "Ada apa, sih?" Ia menatap Cinta, wanita itu tak berkata apa-apa.

"Aku mau ke kontrakan bentar. Kamu mau ikut?" Hello berdiri.

Cinta langsung bergerak. "Ikut."

Say Hello, Cinta! ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang