18.💚 Perasaan Hello

15 12 0
                                    

"Entah dari masa lalu atau masa depan, cinta sejati itu akan selalu menemukan pemilik aslinya."

______________________________

Hello mempercepat langkah menuju kontrakan. Jantungnya berdetak tak karuan, tangannya terkepal kuat. Sesampainya di depan pintu, tampak Amo dan Jefri berdiri dengan pandangan tak dapat dijelaskan.

Hello mengabaikan kedua temannya dan segera berteriak memanggil Asep. Lelaki itu melangkah ke belakang, tempat tidur dan dapur. Semua kosong, Hello mendengkus kesal dan kembali ke depan.

"Mana Asep!?" Suaranya melengking.

Amo dan Jefri saling memandang dan menggelengkan kepala.

"Kami nggak tau. Tadi ... dia ada, tapi saat kami ke rumah Bos, hilang gak tau ke mana," tutur Amo.

Hello bergegas pergi lagi. Kini tujuannya ke arah proyek yang telah selesai mereka bangun. Suasana di sana tampak sepi, hanya ada beberapa kambing yang diikat di pohon kecil. Hello mengedarkan pandangannya dan berteriak memanggil Asep.

Lelaki itu menendang ember-ember kecil yang terletak di samping bangunan hingga menimbulkan bunyi gerantang. Hello juga menendang gundukan pasir yang sisa bangunan.

"Kamu harus membayar semua ini, Asep!" teriaknya.

Hello tak sampai di situ, ia mengelilingi seluruh penjuru yang biasa tempat mereka bermain. Ia bahkan bertanya pada orang-orang dan menunjukkan foto Asep, tetapi tak kunjung mendapatkan petunjuk.

Petang pun tiba, Hello memilih kembali ke rumah Pak Ilham untuk menemui Cinta. Di depan gerbang ia terdiam lama, telinganya panas saat mendengar perbincangan Pak Ilham dan istrinya.

"Pa, kita gak bisa biarin Cinta kayak gini terus. Kita harus kirim dia ke London. Cinta nggak boleh bergantung pada lelaki yang telah menyakitinya." Istri Pak Ilham berucap dengan tatapan tajam pada sang suami.

"Tapi, Ma. Kita juga tau kalau Cinta itu nggak akan pergi kalau bukan karena keinginannya. Apalagi ... Hello masih di sini," kata Pak Ilham pelan. Ia mengusap wajahnya.

Istri Pak Ilham berseru, "Hello udah ninggalin Cinta, Pak. Udah putus! Jadi, gak ada alasan untuk Cinta bertahan!"

"Ma, dengerin penjelasan papa. Cinta udah bukan anak kecil lagi. Dia berhak menentukan pilihan sendiri."

Hello yang sudah tak tahan pun masuk ke pekarangan. Pak Ilham dan istrinya tampak kaget, keduanya serentak terdiam. Hello menyunggingkan senyum kecil dan berdiri di depan bosnya itu.

"Bos, maaf tadi aku nguping pembicaraan." Ia menarik napas. "Jujur, aku merasa bersalah karena telah menyakiti Cinta, tapi aku punya alasan tersendiri melakukan itu. Alasan yang sangat bodoh dan aku sangat menyesalinya." Kepalanya tertunduk.

"Lalu apa yang kamu inginkan sekarang? Mau menyakiti lagi!?"

Hello mengangkat kepala saat suara istri Pak Ilham memekik. Ia menggelengkan kepala cepat. "Aku ingin memperbaiki semuanya."

"Mana ada piring pecah yang bisa utuh kembali. Jika pun bisa diperbaiki, itu nggak akan bertahan lama." Istri Pak Ilham melenggang masuk ke rumah. Sisa Pak Ilham yang memijit hidung dan Hello terpaku di tempat.

***
"Hello, kamu tahu kabar kalau Asep dipenjara?" Sayna yang datang terburu-buru langsung menghampiri Hello yang tengah duduk di teras kontrakan. Lelaki yang mengenakan kaos hitam itu kaget bukan main dan langsung berdiri.

"Dipenjara? Siapa yang bawa?" Ia mengambil ponselnya dari kantong celana hitam yang dikenakan. Namun, gerakan itu terhenti saat Sayna mengucapkan kalimat yang benar-benar membuatnya kaget.

Say Hello, Cinta! ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang