17.💚 Ungkapan Rasa Asep

14 12 0
                                    

"Cinta itu bukan hanya soal kemesraan, tetapi juga rasa nyaman dan aman."

__________________________________________________________

Cinta menatap langit-langit kamar tanpa ekspresi. Hanya kekosongan yang dirasakannya. Ia menghela napas panjang dan memejamkan mata. Tetesan bening mengalir dari kedua sudut matanya.

"Neng, ada Kang Asep di depan. Katanya mau ngomong sama Neng." Suara Bi Inem membuat Cinta tersentak dan segera bangkit. Untungnya tadi ia mengunci pintu, jadi tak ada yang melihat kekacauan di kamarnya.

"Iya, Bi. Bentar lagi Cinta turun." Gadis itu turun dari tempat tidur dan bergegas ke kamar mandi untuk sekadar mencuci muka.

Tak lama kemudian, Cinta turun dengan bibir yang dipaksa tersenyum. Ia kini berhadapan dengan sahabat Hello, ia tak mau dianggap lemah oleh kaum itu.

"Ada apa ya, Sep?" Tanpa basa-basi, Cinta langsung menanyakan tujuan lelaki itu.

"Neng baik-baik aja, kan?" Asep menatapnya.

Dari pertanyaan itu, Cinta yakin Asep sudah tahu apa yang terjadi dalam hubungan asmaranya dengan Hello. Cinta menoleh ke sekeliling dan duduk di sebelah lelaki itu.

"Siapa aja yang tau masalah ini?" Cinta sedikit berbisik.

Asep menjawab dengan suara hampir tak terdengar. "Cuma kami berempat dan ...." Asep menggantungkan kalimatnya.

Cinta yang paham pun hanya menganggukkan kepala. "Ya, aku tau." Ia terdiam.

"Neng."

Cinta sontak kaget saat Asep menggenggam tangannya. Gadis itu hendak menepis, tetapi Asep menahan erat hingga terasa sedikit sakit. "Apa sih, Sep? Tangan Cinta sakit!"

Asep tak menghiraukan ucapan Cinta. Ia berlutut di depan gadis itu. "Neng, aku teh udah lama suka sama, Neng. Aku minta sama Neng biar lupain si Hello dan terima Asep jadi pacar Eneng."

"Ngawur kamu, Sep!" bentak Cinta kasar dan hendak pergi, tetapi Asep tak tinggal diam. Ia menarik tangan Cinta dan kembali bersimpuh.

"Beri aku kesempatan untuk membuktikan kalau aku nggak kayak Hello. Aku bertanggung jawab dan sangat menghargai Neng Cinta." Asep berucap dengan nada sedih.

Cinta tak bisa melakukan apa-apa. Ia hanya menarik dan mengembuskan napas. Sungguh, ini tak pernah dibayangkan sebelumnya. Biar bagaimana pun juga, ia tak boleh bersikap kasar pada karyawan omnya.

"Maaf, Sep. Tapi hati Cinta itu belum bisa berpaling. Mungkin suatu hari nanti, Cinta bisa buka hati. Cinta gak tau ke siapa, tapi sekarang Cinta masih mencintai Hello." Cinta tersenyum kecil dan ikut jongkok di depan Asep.

"Asep orang baik, pasti nanti ketemu sama orang baik pula."

Asep menggelengkan kepala. "Nggak, Neng. Bertahun-tahun aku menyimpan rasa dan baru ini berani mengungkapkan. Aku mohon berikan aku kesempatan, Neng. Jangan tolak aku, Neng." Ternyata Asep lebih keras kepala dari dugaan Cinta.

Gadis itu memejamkan mata, meredakan emosi yang semakin melonjak. "Kamu ngerti gak, sih, sama bahasa manusia!? Aku bilang nggak mau, berarti nggak!" Cinta benar-benar tak bisa lagi menahan diri. Ia berteriak di dekat telinga Asep. Lelaki itu memejamkan mata.

Cinta bangkit dari tempatnya jongkok, berniat kembali ke kamar. Saat itu, entah apa yang merasuki Asep. Lelaki itu mendorong dan menindih tubuh Cinta di atas sofa. Cinta kaget bukan main, yang dilihat sudah bukan Asep, tetapi seperti binatang buas yang siap menerkam.

"Asep, lepasin!" Cinta berteriak, tetapi Asep menyumpal mulut Cinta dengan bibirnya. Saat itu, Cinta seperti kehilangan kesadaran. Asep menyerang bibirnya bertubi-tubi, gadis itu menangis dalam diam. Dalam hati ia berdoa, semoga ada orang yang datang.

Say Hello, Cinta! ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang