Setelah bel jam pelajaran ke-delapan berbunyi Jenar dan Jessie tidak langsung masuk ke kelas, mereka malah asik mengobrol di depan Lab komputer yang bersebelahan dengan kelasnya. Kelas 11 IPS berada di lantai dua yang memungkinkan mereka dapat melihat siswa-siswi berlalu lalang di bawah.
"Eh gimana kemarin kemahnya?" tanya Jenar.
"Capek banget Nar, tau gak sih lo kemah blok tahun ini tuh dibantu sama koramil. Gila banget outbond nya ala militer gitu, anak perempuan yang ikut outbond disuruh pake pembalut buat jaga-jaga," cerocos Jessie
"Kok sampe pake pembalut segala sih," Jenar heran.
"Soalnya ada posko dimana kita disuruh merayap di atas tali apa gak sakit itu selangkangan, makanya guru-guru sampe nyuruh kita buat pake pembalut double gitu."
"Untung gue sakit, jadi nggak ikut."
"Rencananya kalo lo ikut, gue bakal maksa ketua gugusnya buat lo sama gue jadi regu dapur aja sih Nar."
Jenar tertawa kecil dan merangkul Jessie, "Pengertian banget sih lo."
"Apaan nih, rangkulan segala," Sendi datang dari kantin dan membawa plastik gorengan di tangannya.
Jessie langsung merebut gorengan itu tanpa aba-aba. "Bagi ya sen."
"Yeeee, harusnya tuh izin dulu pinter... baru ngambil," kata Sendi setelah menoyor kepala Jessie pelan.
"Kapan mulai bimbingan buat lombanya, Nar?" tanya Sendi.
"Mulai hari ini, tapi sebel ih masa bimbingannya pas pulang sekolah gue kan maunya dispen biar nggak ikut pelajaran."
"Maunya lo itu sih, lagian ya Nar kalau lo dispen gue bakal sendirian. Lo nggak kasihan apa sama gue."
"Nggak tuh, ngaca mba-nya lo juga ninggalin gue kalau ada latihan cheers ya. Pokoknya nanti gue mau minta ke pak Rijal supaya ada bimbingan di jam pelajaran."
Jessie mendengus. "Mau balas dendam nih ceritanya."
"Iyalah, lo terus yang ninggalin gue gantian dong."
Sendi hanya bisa memandang perdebatan dua sahabat itu, sesekali matanya mencuri pandang ke arah Jenar dan tersenyum miris.
Miris, karena dia hanya bisa mengagumi sosok Jenar. Dia hanya bisa menyukainya dalam diam. Namun dia cukup bersyukur bisa menjadi teman Jenar setidaknya dia bisa lebih dekat dengannya.
"Ekhem," sendi akhirnya mengintrupsi perdebatan mereka.
"Eh ya ampun, lo sih Jes gatau diri banget. Gorengannya lo ambil yang punyanya dikacangin."
"Kok jadi salah gue sih."
Sendi rolled his eyes. "Mulai lagi."
Jenar tertawa kecil. "Tumben banget udah bel Pak Geni belum masuk, biasanya belum bel aja udah ada di tangga."
Tak lama kemudian Pak Rijal muncul hendak mengajar di kelas 11 IPS 2, Sendi, Jenar, dan Jessie buru-buru berjalan ke kelasnya takut dimarah karena setelah bel tidak langsung masuk ke kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐎𝐔𝐑 𝐒𝐓𝐎𝐑𝐘
RomanceTheir story and how they keep their relationship. ©pringluv, 2021