19. Bantuan Bunda

472 98 30
                                    

Kangen Jenar sama Jeffry ga?

Happy reading guys 🥰



Sudah seminggu sejak perbincangan Jenar dan Jeffry, tidak ada yang diputuskan malam itu. Namun, Jenar meminta sedikit waktu untuk memikirkan semuanya agar dia bisa mengambil keputusan yang terbaik untuk hubungan mereka.

Jujur saja Jeffry tidak masalah dengan permintaan kekasihnya itu, namun disaat bersamaan Jeffry merasakan ada jarak di hubungan mereka— jarak tidak terlihat yang coba dibuat oleh Jenar.

Dimulai dari Jenar yang tidak mau di jemput untuk ke sekolah lagi, untung saja masih mau untuk di antar pulang. Lalu Jenar juga selalu memberi alasan ketika Jeffry mengajaknya keluar hanya untuk sekedar makan atau jalan-jalan padahal Jenar paling suka di ajak jalan-jalan.

Jeffry sesekali menyembunyikan senyumnya dari Jenar yang sedang misuh-misuh karena tiba-tiba Jeffry mengajak ke rumahnya dengan alasan bunda Jeffry ingin bertemu Jenar setelah sekian lama tidak datang ke rumah.

"Ya udah sana keluar dulu, aku mau ganti baju."

"Iya ini keluar... jangan lama-lama, bunda udah nungguin," kata Jeffry.

Jenar mendengus. "Itu sih kamu yang kalo dandan lama."

Melihat kekasihnya yang kesal, Jeffry langsung kembali mendekat ke Jenar dan membawa kepala Jenar ke dadanya.

"Marah-marah mulu sih bocilnya aku, nanti cepet tua lho," kata Jeffry seraya mengelus belakang kepala Jenar.

"Kamunya ngeselin," gumam Jenar.

"Iya maaf udah ganggu tidur siang kamu. Nanti kalo udah ketemu sama bunda boleh lanjutin tidurnya."

Jenar melepaskan diri dari Jeffry, dia menggembungkan pipinya dan menatap Jeffry sinis. Jeffry yang melihat itu langsung menangkup pipi Jenar.

"Gemesin banget sih kamu, akunya nggak kuat."

"Apasih, udah sana keluar," Jenar langsung mendorong Jeffry untuk segera keluar dari kamarnya.

"Aku tunggu di mobil," teriak Jeffry dari luar.

Beberapa menit kemudian setelah sudah bersiap Jenar langsung keluar rumah dan berjalan ke arah mobil Jeffry.

Jenar terkejut saat sudah masuk ke dalam mobil dan mendapati kehadiran Jeno.

"Hai Kak Jenar."

Jenar langsung melirik ke arah Jeffry. "Kok kamu ngga bilang ada Jeno."

Jeffry hanya mengedikan bahunya.

"Kak Jenar maaf sebelumnya, aku boleh di depan gak kak."

"Apasih lo nyuruh-nyuruh," sela Jeffry.

"Males gue di belakang, yang ada nanti ngeliat lo ngebucin."

"Ya udah yuk tukeran."

"Nggak usah yang, kamu depan aja."

Jenar tidak menghiraukan perkataan Jeffry, akhirnya Jeno yang berada di kursi depan dan Jenar di belakang.

Jeffry memandang sinis Jeno.

"Apasih lo, orang kak Jenarnya aja nggak masalah."

"Mending lo yang nyetir deh, gue di belakang."

"Yan, Jeno belum punya SIM. Jangan ngajarin yang nggak bener deh."

"Tapi kan—"

"Udah... buruan jalan," potong Jenar.

 buruan jalan," potong Jenar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
𝐎𝐔𝐑 𝐒𝐓𝐎𝐑𝐘Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang