Happy Reading.
.
.
.Minho duduk di ranjang. Memerhatikan Bangchan yang tengah berbaring membelakangi dirinya.
"Dear~" Panggil Minho sembari menyentuh pundak Bangchan yang langsung di tepis oleh pemiliknya. Minho menghela nafas "Kau tau aku tidak bagus dalam hal ini." Ia mendesah pasrah.Menjadikan pinggang Bangchan sebagai bantalan.
Tidak ada balasan. Bangchan mendorong-dorong kepala Minho agar menyingkir "Yeah, kau memang!" Satu dorongan kuat. Minho langsung mengangkat kepalanya.
Bangchan menyidekapkan tanganya, tak sekalipun berbalik untuk menatap Minho.
"Dear, itu hanya apel."
Bangchan langsung mendudukan dirinya, wajahnya terlihat marah "THAT THE LAST APPLE!" Ucapnya kemudian memukul Minho menggunakan bantal.
"I know! But that Apple is mine! Dear~" Minho mengangkat tanganya, berusaha menghalangi pukulan bantal tersebut pada wajahnya.
"Nope!" Bangchan melempar kasar bantal tersebut ke sisi kosong ranjang "Nour babe! Nour! That apple is mine! I need it! I want it! Our daughter want it!" Ia merengek, kembali bersidekap membelakangi Minho.
Minho memijat pelipisnya, Bangchan yang berada dalam perubahan mood memang sedikit sulit di tangani. Tidak setiap hari, hanya terkadang.
Contohnya saat ini. Dipicu oleh kejadian tadi siang, dimana Minho memakan apel terakhir dalam kulkas lalu Bangchan cemberut padanya sepanjang hari.
Itu terkadang jauh lebih menakutkan dibanding tatapan dingin Berri ketika ia mengunjunginya di rumah Hyunjin tanpa buah tangan.
Minho mendesah frustasi lalu memeluk Bangchan dari belakang "kau masih ingin apel? Aku bisa membelikan nya untuk mu sekarang." Menggesekkan dahinya pada pundak Bangchan.
Bangchan memajukan sedikit bibirnya dan mengusap tangan Minho pada perutnya "Nour... I'm not complicated, i just want an apology."
"Jeez... Why must you make this so hard for me?" Minho mengangkat wajahnya. Memberikan sebuah kecupan singkat pada pipi Bangchan "I'm sorry! Hear? I'm so sorry! Please forgive me!"
Bangchan tersenyum tipis, ia membalikan tubuhnya dan langsung mencium bibir Minho. Senyuman lebar tercetak di bibir Minho ketika ciuman mereka selesai.
"W-why you smile like that?" Tanya Bangchan dengan sedikit tawa, ia memukul pelan pundak Minho "Stop it babe!" Minho tertawa.
Keduanya tertawa, hingga Minho menindih Chan dan kembali menempelkan bibir mereka. Kembali memulai sebuah ciuman manis.
"Mamwa!"
Minho dan Bangchan tersentak kaget secepat kilat melepaskan pangutan bibir. Suasana canggung, sekaligus mencekam dalam satu waktu. Apa Andrew melihat mereka?
"Kau tidak menidurkan mereka?" Bisik Bangchan sembari mempertahankan senyum canggung nya "Kurasa mereka terbangun!" Balas Minho.
"h-hey Andrew~ w-where Nathan?"
Batita itu tertawa, entah apa yang ia tertawakan.
ia berjalan cepat menghampiri ranjang orang tuanya. Andrew menaikan kedua tanganya, seakan meminta pada Chan agar menggendongnya.
Bangchan mengendongnya, mendudukan Andrew pada pangkuanya "Mamwa mwilk Mamwa!" Andrew menarik-narik piama Bangchan. Merengek sembari meracau tidak jelas dan kadang tidak bisa di mengerti.
"Babe, bisa tolong bawa Nathan? Aku khawatir jika ia sendirian." Minho mengangguk, ia memberi kecupan pada pipi Bangchan kemudian pergi dari sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
🌷[16] Revenge|[MinChan]
FanfictionMinho dan Bangchan sudah memiliki kehidupan kecil yang sempurna bersama kedua putra mereka, dan calon anggota baru mereka yang masih berada dalam tubuh Bangchan. Tapi apakah hidup mereka aku terus berjalan indah? Tentu tidak. Akankah Psycho Lee kemb...