Happy Reading.
.
.
.Chan terbangun dengan perasaan linglung dan sakit kepala yang parah, seperti sesuatu menusuk bagian itu dengan pedang dan aroma menyengat dari obat serta sedikit bau logam dari darah tidak membantu apapun. Seungmin ada di sebelahnya, berusaha mengajak Chan berbicara tapi suaranya terdengar samar, teredam oleh rasa sakit di kepala Chan dan baru saja di merasakan rasa sakit lain di seluruh tubuhnya satu detik sebelum dia ingat apa yang telah menimpa mereka.
Seungmin mendekati dengan perlahan, tentu tau gerakan tiba-tiba akan lebih membuat Chan panik. Dia menangis semakin keras, mengalami serangan panik dan Hyperventilasi, otaknya bermain trik padanya dengan mengubah Seungmin seperti salah satu bajingan itu, dia berusaha bergerak menjauh karena ketakutan tapi jarum infus yang bahkan tidak ada apa-apa nya dibanding seluruh rasa sakit pada tubuhnya menahannya, salah satunya tangannya di balut perban dan tidak bisa di gerakan. Seungmin tak menyerah, dia menyentuh pipi Chan dan berbicara dengan nada lembut, menyakinkan Chan bahwa dia akan dan tidak ada yang akan menyakitinya.
"Chan? Kamu mendengarku kan? Minho sebentar lagi akan sampai, tapi aku ingin kamu mengikuti deru nafas ku! ok?"
Ada keraguan yang bisa Seungmin lihat, tentunya itu selain ketakutan dan trauma berat. Chan menatap Seungmin, kali ini mulai mengenali siapa yang ada di depannya adalah keluarga barunya, dia tidak bisa bergerak banyak, kesulitan untuk kembali tenang tapi dia tetap memberikan anggukan kecil yang membuat Seungmin tersenyum. Membawa satu tangan Chan untuk di tempelkan ke dadanya, hendak menyuruh Chan untuk mengikuti deru nafas namun suara pintu yang di buka kuat membuat Chan tersentak.
Spontan dia mundur melupakan semua rasa sakitnya hingga itu kembali lebih parah, Chan meringis, menangis ketakutan, menarik perut Seungmin untuk membenamkan wajah di perutnya, dia menunduk, siap untuk apapun yang akan penjahat itu lakukan padanya, tapi sebuah pelukan erat membuat Chan sadar.
Dia tidak lagi di rumah, ini rumah sakit Seungmin. Chan mendonggak untuk menyakinkan diri yang memeluknya sekarang adalah Minho.
Minho.
Minho.
Minho.
Minho nya.
Chan tidak tau mengapa ia merasakan tekanan kuat di dadanya, mendorong untuk menangis lebih kuat, dia melepaskan Seungmin untuk mendekatkan diri pada Minho, mencari kehangatan dan aroma tubuh pasangan nya sementara tubuhnya di rengkuh pelan. Minho tau jika dia melakukan terlalu erat maka Chan akan kesakitan, dengan semua memar dan bekas operasi yang bahkan belum sepenuhnya pulih, dia sebenarnya tidak yakin apakah bisa memeluk Chan seperti ini tanpa menyakitinya.
"M-maaf." Minho berbisik, meminta Seungmin untuk membawa yang lain keluar dengan tatapan matanya, dan Seungmin melakukannya. Kini hanya ada mereka berdua, berbisik maaf dan kata-kata penenang pada pasangannya yang masih tak mengendurkan pelukan satu tangannya, setelah beberapa lama akhirnya Chan lebih longgar dan Minho memanfaatkan kesempatan itu untuk membaringkannya. Dia menghela nafas sepelan mungkin sembari melihat wajah lembut Chan babak belur.
"B-ba-baby-?" Suaranya serak dan lemah dan Minho bisa merasakan dirinya juga melemah mendengar pertanyaan itu. Dia mungkin, dia tidak bisa memberitahu Chan bahwa faktanya bayi yang mereka tunggu kelahiran tidak akan pernah lahir, dan Chan tidak mampu lagi untuk menjaga yang baru di dalam tubuhnya.
Rahim itu sepenuhnya rusak.
Tapi dia tidak tau bahwa keterdiaman nya sudah menjadi jawaban cukup jelas bagi Bangchan. Dia memejamkan mata, tidak bisa melakukan apapun untuk menahan air mata merembes keluar dari sana, tangannya yang tidak memiliki cedera serius terangkat untuk menyentuh perutnya nya sendiri. Rata, benar-benar rata, dari atas pakaian, bekas jahitan bisa dia rasakan dari ujung jari telunjuk hingga telapak tangannya.
Bayinya tidak ada.
Bayinya mati.
Dan itu semua adalah salahnya, Salah Chan.
Minho pasti kecewa padanya.
Minho pasti membencinya.
"I-im so-sorry-"
Dia gagal.
Gelombang tangisan lain ia keluarkan, kali lebih keras seperti setengah berteriak lalu kembali pelan karena sulit bernafas, beberapa kali terbatuk-batuk, meremas pakaian Minho dengan tangan gemetar dan tatapannya seperti meminta tolong untuk di keluar kan dari penderita, rasa bersalah dan ketakutan yang dia rasakan sekarang. Minho melakukan apa yang dia bisa, dia menyakinkan Chan bahwa kehilangan calon bayi mereka bukanlah salahnya, tidak ada satupun momen dari kejadian ini adalah salahnya.
Tapi Chan tidak bisa menerimanya, hampir tidak bisa mendengar Minho karena ketakutan yang membuatnya tuli "T-tolong M-minho, a-anak-anak! Me-mereka! orang-orang itu-"
"Sssst dear!" Minho meninggikan suaranya, setengah membentak lalu menangkup wajah Chan agar menatap nya, sorot mata ketakutan itu menambah api di hati Minho, dalam hati bersumpah akan membalas apa yang terjadi pada keluarganya "Kamu aman! aku di sini, kamu aman! Tidak akan ada yang akan menyakitimu lagi! Sayang, kamu percaya pada ku kan?" Anggukan kaku dari Chan menghasilkan senyum tipis di wajah Minho.
Dia mengusap dahi Chan, menyingkirkan rambut yang menutupi dahinya "Bisa kamu ceritakan seperti apa mereka?" Sekali lagi Chan mengangguk.
"A-ada lima orang, tinggi dan besar... " Bibir Chan gemetar "s-semua memakai topeng!"
Minho mengangguk "Apa yang telah mereka lakukan padamu?" Dia bertanya hanya untuk memastikan apakah hal terburuk yang ada di pikirannya terjadi dan melihat bibir Chan gemetar, matanya kembali berair menjadi jawaban jelas bagi Minho "They r-raped me... "
Meskipun sudah tau, rahang Minho tetap mengeras menahan amarah.
"Mereka merampok, Em-empat dari mereka mem-memperkosa ku d-dan-" Chan menelan ludahnya.
Minho menunggu.
"A-aku membunuh salah satunya, mi-minho aku membunuh? Aku membunuh!" Chan berkata dengan ketakutan, ada rasa bersalah mendalam di lubuk hatinya tapi Minho justru menemukan dirinya merasa bangga, Mereka pantas mati, Chan melakukan hal yang benar menurut Minho "Ssst tidak apa-apa, sayang, kamu tidak bersalah mereka pantas mati."
Chan mendorong Minho perlahan untuk melepaskan pelukannya "M-min, Aku melihat salah satu dari mereka memiliki tatto badut di tangan kanan, itu- it-itu sama persis seperti beberapa hari yang-" Dia bercerita, sorot mata ketakutan, tapi Minho hanya mengangguk untuk menyelanya dengan mencium kening Chan dan tersenyum padanya "Terimakasih, sayang."
Ya, ini akan jauh lebih mudah.
.
.
.
"Bagaimana?"
Minho mengangguk pada Seungmin yang bertanya setelah dia keluar dari ruangan "Dia tidur, bagaimana si kembar?" Seungmin menggedikkan bahunya di barengi anggukan santai "Tidur, mereka tidak berhenti menangis dan aku sarankan padamu untuk membawa mereka dan Chan ke psikiater." Dia menepuk bahu Minho lalu berjalan masuk.
Minho menghela nafas, dia ingin bertemu anak-anak dan menghibur mereka, mengatakan semua baik-baik saja, Chan akan baik-baik saja, tapi dia juga tau itu hanya akan menjadi kebohongan. Berbohong adalah keahlian nya begitu pula balas dendam.
Di tertawa.
Tawa maniak yang bergema menakutkan di sepanjang koridor.
Dia bersandar di tembok, masih dengan tawa gila, perlahan merosot dan duduk di lantai dengan tangan menutup wajahnya sendiri dan menjambak sebagian rambutnya.
Tawa Minho semakin menggema.
Semakin pelan.
Suara yang terdengar kini sedikit serak.
Dan berhenti.
"Ya... " Minho bergumam, menurun kan tangan ke dagu dan mempertemukan kedua telapak tangannya. Mata sembab dengan sorot tajam pemburu mengerikan, dia menyeringai "Revenge."
.
.
.TBC
Waw.
Agak bertele-tele, dan tidak sesuai ekspektasi aku tapi aku harap kalian enjoy :")
KAMU SEDANG MEMBACA
🌷[16] Revenge|[MinChan]
FanfictionMinho dan Bangchan sudah memiliki kehidupan kecil yang sempurna bersama kedua putra mereka, dan calon anggota baru mereka yang masih berada dalam tubuh Bangchan. Tapi apakah hidup mereka aku terus berjalan indah? Tentu tidak. Akankah Psycho Lee kemb...