21: let's just end it...

804 77 25
                                    

Happy Reading.

.
.
.

Saat remaja, Chan memiliki impian untuk membeli rumah untuk dia dan ibu tirinya dan untuk calon keluarga masa depannya. Membayangkan sebuah apartemen mewah yang akan ramai oleh suara anak-anak, ibu dan istrinya, dia akan menjadi sosok ayah yang di banggakan oleh anak-anak nya seperti saat Chan kecil membanggakan ayahnya dulu sebelum dia tau kebenaran nya.

Tuhan mengabulkan satu permintaan tapi tidak dengan yang lain.

Dia tinggal di apartemen mewah.

Tapi tanpa ibu tirinya yang baik dan terus berjuang dengan kanker.

Tidak ada anak-anak atau wanita yang akan menjadi istrinya karena Chan menjajakan tubuhnya pada pria yang lebih seperti iblis baginya. Mendapat banyak kekerasan fisik dan mental.

Sampai Minho datang.

Itu kenangan yang tidak akan pernah bisa Chan lupakan, tidak dalam 10 tahun atau mungkin 50 tahun ke depan (jika tuhan membiarkan hidup selama itu). Dan meskipun Minho hadir dalam hidupnya, memberikan apa yang dulu pernah menjadi impiannya, kenangan buruk itu tidak pernah meninggalkan pikiran nya.

Menghantui setiap malam dan selalu mengikuti bagai bayangan.

Chan senang saat Minho berkata mereka akan ke Amerika, sangat! Sangat! Senang karena dia berpikir jika jauh dari Korea, meninggalkan negara yang menjadi saksi hidupnya akan membantu Chan melupakan semua kenangan mengerikan itu.

Dia selalu berharap itu benar.

Tapi sekarang Chan menangis sendirian, tanpa suara sembari membawa satu telapak tangan ke perutnya merasa kesedihan yang begitu dalam mengingat apa yang seharusnya dia jaga telah tiada. Minho tidak ada di sisinya, Chan selalu menyuruh Minho untuk tidur dengan si kembar karena dia tidak ingin suaminya melihatnya menangis setiap malam.

Semua terasa sempurna dengan fakta akan ada anggota keluarga baru, calon putri mereka, anak cantik yang akan Chan sayangi dengan sepenuh hati dan hidupnya, semua terlalu sempurna.

Sekarang yang dia rasakan hanyalah kegagalan, kesedihan dan rasa bersalah.

Untuk semua orang.

Chan tidak berpikir dirinya sanggup untuk kembali menetap di rumah itu, setelah apa yang terjadi dia pikir dirinya tidak akan sanggup begitu pula si kembar. Satu malam mengerikan menghancurkan ribuan kenangan indah di tempat itu. Dia terinsak, dalam hati berharap tidak ada yang mendengar karena yang sekarang Chan inginkan hanyalah sendiri.

Suara detik jam membuatnya frustasi, alasan bodoh untuk merasa kesal tapi itulah yang Chan rasakan. Dia ingin waktu terulang kembali sampai dimana dirinya mencoba menenggelamkan diri di dalam bathtub.

Ya.

Andai saat itu Chan mengabaikan panggilan di ponselnya.

Andai saja dia tetap melakukan niatnya.

Lakukan saja sekarang.

Sekarang?

Tapi bagaimana dengan Minho, tidak Chan tidak mau meninggalkan Minho dan anak-anak nya.

Minho pria yang sempurna, kamu bukan apa-apa. Ayo lakukan sekarang.

Chan menggeleng cepat, memejamkan mata berharap suara dalam kepalanya berhenti. Itu terus mendorongnya untuk melakukan sesuatu yang salah, dia tidak mau.

Chan tidak mau.

Kamu sudah tidak berguna, payah. Kamu bahkan tidak bisa mempertahankan anaknya.

🌷[16] Revenge|[MinChan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang