22: The End

1.4K 74 33
                                    

Happy Reading.
.
.
.

(Sorry fo typo)

Suara ketukan pada pintu kaca bergema di seluruh salon membuat Joanna kesal, dia mendengus sambil memutar matanya lalu kembali meminum alkohol miliknya sebelum meletakan botol itu dan beranjak dari kursi. Ketukan itu terus terdengar, semakin lama semakin terasa menyebalkan, semakin jelas di sepanjang lorong dan saat menuruni tangga, turun dari lantai 2 ke lantai 1 tempat salon nya.

Siapa orang yang datang di jam 5 pagi.

Dia menggaruk rambutnya, berjalan kesal namun saat wanita itu melihat siapa yang ada di depannya, matanya membola terkejut, jantung berhenti untuk sepersekian detik "W-who are you?" Suara wanita itu gemetar, mundur satu langkah.

Suara ketukan itu tidak berasal dari luar, melain dari dalam. Joanna yakin bahwa penyusup itu adalah seorang pria dari bentuk tubuhnya yang tercetak dari jaket yang setengah basah. Pria itu berhenti mengetuk jendela kaca salonnya, berbalik dengan lambat dan ketika Joanna melihat wajahnya.

Dia tidak tau harus merasakan apa.

"Y-you're Chan's husband, right?"

Minho menyeringai, membuka tudungnya untuk memperlihatkan wajahnya lebih jelas, tatapan angkuh dan merendahkan tertuju pada Joanna yang menelan ludah kasar "Huh... Stop pretending." Dia mengeratkan cengkraman pada gagang palunya, hanya untuk membuat Joanna melihat apa yang bisa terjadi jika Minho menangkap kebohongan sekecil apapun darinya.

Tapi Joanna, dari wajah ketakutan menjadi menyeringai licik, seakan tidak tidak peduli jika yang dia hadapi adalah seorang pembunuh "You came so late." Wanita itu tertawa kencang, tawa yang ingin Minho hapus selamanya.

Joanna berhenti tertawa "Is Chris dead?" Dia bertanya dengan santai, menunggu jawaban dari Minho yang masih mempertahankan wajah tenangnya. Dia tidak suka itu, dia ingin Minho marah, Joanna ingin Minho tidak terkendali, menangis dan hancur di hadapannya "How does it feel, Lee Minho? Isn't it great to see your loved ones surfer to the death? Oh no. I'm sure Chris really likes what I sent to him."

Urat-urat tangan Minho yang menonjol dan berbanding terbalik dengan ekspresi tenang di wajahnya membuat Joanna tersenyum lebar "Or is 5 men not enough to satisfy him?"

"Very stupid." Minho mendengus geli, mengangkat sebelah alisnya sambil berjalan maju berlahan dengan santai mengayun-ayunkan palu di tanganya "You sent 5 lives to their death, it's a waste they're dead now."

Mata Joanna membola terkejut, dia mundur setiap kali Minho melangkah maju. Melirik kesana-kemari berharap mendapat jalan untuk lari tapi semua terkunci, dan kuncinya berada di kamarnya.

Tapi Minho menerobos masuk, apakah itu berarti kunci pintu sudah di rusak? Dia bisa keluar jika melewati Minho secepat mungkin.

Tapi sialnya, bagaimana dia melepaskan pria itu.

"You think I'm slow because I can't figure out you're the mastermind? Oh No you stupid trash." Minho menyeringai, matanya seperti bersinar dalam kegelapan dan cahaya dari kilat membuatnya semakin menyeramkan. Wanita itu seharusnya tau untuk jangan main-main dengan Minho tanpa rencana yang benar-benar matang, dan kebodohannya yang lain adalah dia terlalu sombong untuk mengira Minho tidak akan mendapatkan nya.

"I want do the best for your part." Ucapan Minho tidak lebih besar dari suara petir, tapi itu lebih menakutkan dari apapun.

Setelah kata-kata itu, Joanna lari menaiki tangga ke kamarnya dengan panik mengunci pintu. Dia mengambil ponselnya yang tergeletak di atas kasur, menyalakan untuk menelpon polisi dan meminta bantuan.

🌷[16] Revenge|[MinChan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang