10. Stress

1.2K 89 11
                                    

Happy Reading.
.
.
.

Minho duduk di lantai, tepatnya disebelah pintu kamarnya dengan Chan. Ia mengusak rambutnya frustasi lalu membenturkan kepalanya berkali-kali ke tembok di belakang nya, tempat dirinya bersandar. Ia takut, panik dan menyesal.

Seharusnya ia tidak bermain-main untuk membuat Chan cemburu, pasangannya itu sedang mengandung, usia kandungannya bahkan belum mencapai 4 bulan, sangat lemah dan beresiko. Minho mendonggak, memikirkan bagaimana jika dirinya kehilangan sang calon buah hati? Dan Chan sekaligus.

Ia keluar dari dunia gelap hanya untuk bisa hidup sederhana bersama cintanya, jika sang cinta sudah tidak ada apakah dirinya akan kembali ke dunia gelap? Menjadi pembunuh bayaran, dan membesarkan anak-anak menjadi seperti dirinya. Tidak, Minho tidak akan membiarkan putranya hidup seperti dirinya meski ia ingin mereka kuat.

Teman-teman juga setuju jika hidup seperti ini lebih baik, tidak ada persaingan atau darah lagi. Bangchan membawa mereka pada hidup yang lebih baik, tapi sekarang orang itu tengah terbaring lemah dan menangis dengan Seungmin yang tengah memeriksanya.

"Aku tau dosaku sudah terlalu banyak untuk bisa kau maafkan... " Minho memejamkan matanya "tapi kumohon, Tuhan. Pastikan orang yang kucintai baik-baik saja." Ia berdoa, dalam hati dan pikirannya yang kacau.

Ia seorang pembunuh berdarah dingin, setengah darah psychopat dan iblis, kini memohon pada yang lebih berkuasa, menyingkirkan segala ketidak percayaan nya hanya demi seseorang yang sudah memberikan dua putra dan calon putri. Minho akan melakukan apapun, demi keluarganya.

Pintu kamar terbuka. tubuh Minho spontan berdiri, otaknya menyiapkan setumpuk pertanyaan untuk di tanyakan pada Seungmin dengan mulutnya "Dia tertidur, lebih baik jangan mengganggunya!" Sang dokter jenius itu berucap bahkan sebelum Minho bisa bertanya. Pintu kembali di tutup. Rasa kecewa dan sedih menyelimuti Minho yang meski tak ia tunjukan ia tau Seungmin mengetahuinya.

Mereka sudah bersahabat cukup lama, meski kebanyakan hanya diisi pertengkaran dan hinaan satu sama lain.

"Apa yang terjadi?"

Minho menggeleng. Tak mungkin dirinya harus membicarakan hal itu dengan Seungmin, itu termasuk Privasi dalam rumah tangga. Sang dokter paham keterdiaman Minho, jadi tak banyak bertanya.

"Janinnya melemah." Ucap Seungmin yang membuat Minho langsung membelalakkan matanya "Itu bukan hal aneh menurutku. Chan bukan wanita, rahim dalam tubuhnya sudah tak se-subur sebelumnya, dari awal kehamilan keduanya ini sudah sangat beresiko selain pada janin, juga pada nyawa Chan itu sendiri."

Minho mengepalkan tanganya, semua penjelasan Seungmin justru seperti menyuruhnya untuk tidak terkejut jika tiba-tiba Chan tiada. Ia menarik kerah Seungmin "Jadi maksudmu, Dia akan mati huh?!"

"Bukan." Seungmin menepis kedua tangan Minho, ia takut tapi berusaha tenang "Maksudku adalah kau harus lebih berhati-hati. Kau beruntung suami dan calon anakmu masih selamat, tapi lain kali tak akan seberuntung ini."

Minho langsung terdiam. Seungmin menghela nafas "Dia stress, Minho. banyak hal yang menganggu pikirannya, perubahan hormon secara ekstrim juga menjadi salah satu faktor pemicunya, seperti sedih, marah, dan kecewa. Jika sampai ia merasakan keram perut lagi maka kemungkinan janin itu selamat hanya 15 persen."

"Apa yang harus aku lakukan? Seungmin. Aku tidak ingin kehilangan salah satunya, tidak juga keduanya."

"Pastikan dia makan teratur, beri susu kehamilan, jaga moodnya tetap stabil, ajak dia melakukan yoga atau olahraga lain asal tidak terlalu berat. Berikan banyak vitamin tapi yang paling penting! Pastikan dirinya tidak stress!"

🌷[16] Revenge|[MinChan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang