Happy reading.
.
.
.Bangchan melirik ke luar jendela kamarnya, terlihat keadaan sudah sangat gelap lalu menoleh pada jam dinding, menyadari jika ini adalah waktu si kembar untuk tidur dan tugasnya sekarang adalah merealisasikan hal itu. Chan menyeret kotak mainan agar lebih mendekat ke sisinya.
"Come on baby, it's bedtime~" Nathan dan Andrew merengek "NYOH!" Memukul-mukul paha Chan agar tidak mengambil mainan mereka dan memasukan nya ke dalam kotak. Melihat itu Chan hanya terkekeh pelan karena sudah terlihat sangat jelas jika si kembar mengantuk namun mungkin masih enggan untuk melepas kesenangan.
"You have to sleep, come on." Tanpa menghiraukan protestan dalam bentuk fisik atau teriakan apapun Chan memasukan mainan berupa Lego dan mobil-mobil-an ke dalam kotak lalu menutup nya, mendorong kotak itu ke bawah ranjangnya karena ia tidak mungkin mengendong anak-anak sembari membawa kotak itu.
Ia hanya punya dua tangan. Dan dengan dua tangan itulah Chan mengendong anak-anak, masing-masing disetiap sisi. Kepala Nathan bersandar pada bahunya sembari berkedip pelan menahan kantuk, Andrew lebih tenang dan terus menguap membuat Chan mencium pipinya dan dahi Nathan, ia mendorong pintu kamar si kembar dengan pinggulnya dan masuk.
Kamar anak-anak masih rapi karena seharian mereka tidak main disana, ranjang bayi mereka juga sudah di ganti dengan 1 ranjang biasa, setidaknya hingga si kembar mencapai usia remaja Chan dan Minho akan memberikan kamar masing-masing demi privasi, tapi untuk sekarang.
Mereka adalah kembar yang dekat.
Chan membaringkan keduanya dengan perlahan, sedikit meringis karena berusaha menahan rasa sakit di pundak dan tangannya, beruntung nya tak sampai 1 menit mereka berbaring, si kembar sudah tertidur sehingga ia tidak perlu menemani mereka. Chan menarik selimut hingga ke dada si kembar, mencium satu-persatu dahi mereka.
"Good night, sleep well." Ia berbisik sepelan mungkin sebelum akhirnya berjalan keluar kamar dan menutup pintu.
Chan meregangkan tubuhnya, semua tugasnya telah selesai untuk hari ini hanya tinggal menunggu Minho pulang, ia menutup mulutnya ketika menguap dan berpikir untuk mandi membersihkan diri sebelum menyambut Minho pulang.
.
.
.Juli mendecih sembari terus menghentakkan kakinya ke lantai, ia menempelkan ponsel kelas telingannya lalu kembali mendecih begitu tidak ada jawaban "What the fuck dad! Where are you?!" Ia menyimpan ponselnya diatas meja dengan kasar. Wanita itu tidak main-main soal ancamannya yang akan melaporkan restoran Minho pada ayahnya, merasa jika Minho akan takut dan tunduk padanya karena ayahnya adalah salah satu orang di pemerintahan Amerika.
"You look annoyed miss." Juli memutar bola matanya dan memasang ekspresi kesal yang dibuat seimut mungkin "Yes, I'm sad you didn't accompany me." Minho hanya tersenyum ramah sebagai balasan, ditangannya ada sepiring steik yang telah dimasak dan ditata hingga terlihat sangat mengiurkan.
"I have something you're sure to like, lady. And as an apology for my lover's treatment."
Minho meletakan piring tersebut dihadapan Juli yang tersenyum dan menopang dagunya dengan tangan "You are very sweet Mr. Lee, thank you for the dish but I will not forgive that person until you become mine!" Juli mengedipkan sebelah matanya "Aku bisa memberimu anak yang lebih tampan, sayang."
"Please enjoy the meal." Minho pergi tanpa memperdulikan dengusan dari Juli, ia berjalan menuju dapur, namun berhenti sejenak untuk melirik Juli yang mulai makan dan tersenyum lebar "Selamat menikmati ayahmu sendiri." Gumamnya membuat bingung para pekerja lain karena mengunakan bahasa korea namun tidak ada yang berani bertanya. Berpikir mungkin sang bisa berniat untuk berselingkuh, biarkan saja.
Minho keluar dari restoran lewat pintu belakang, di luar sudah ada Felix dan Changbin yang menunggunya "Kamu memberi makan wanita itu ayahnya sendiri huh?" Changbin tersenyum sembari memukul pelan pundak Minho "Dasar gila!"
"Sekarang kau memberiku sakit kepala, karena harus memikirkan alasan bagus jika mati detektif itu bertanya." Felix menggerutu "Apa kita sudah selesai?"
Minho menggeleng memberi kedua rekanya itu rokok "Belum. Masih ada wanita itu."
"Ahh, dia begitu terobsesi padamu hm? Well, poor girls." Changbin menyalakan rokoknya "jadi apa rencananya?" Felix bertanya, mengambil alis pematik api dari Changbin.
"Tunggu hingga semua pergi, lalu mulai permainannya selanjutnya."
.
.
.
Wanita itu memerhatikan keramaian restoran "Now, get started." Ia berucap dengan nada memerintah.'Yes ma'am.'
.
.
.Chan tersentak kaget karena mendengar suara pecahan kaca, ia langsung beranjak dari bathtub, mengakhiri acara berendam nya dan bergegas memakai satu-satunya pakaian yang Chan bawa, kaos kebesaran panjang yang menutupinya hingga paha tengah dengan bahan tipis dan sedikit memperlihatkan pundaknya.
Chan biasa memakai didepan Minho, hanya didepan suaminya itu tapi sekarang ia merasakan firasat buruk dan hanya pakaian ini yang ia tinggalkan di kamar mandi. Chan membuka sedikit pintu kamar mandi untuk mengintip kamarnya, kosong. Ia membuka pintu dan berjalan dengan perlahan menuju pintu kamar, dan membukanya.
Melihat-lihat lorong dengan waspada, jantungnya berdetak kencang dan firasat nya buruk. Tidak ada vas yang pecah atau benda kaca lainya, mungkinkah itu jendela? Apa ada penyusup. Chan mengumpat, yang langsung muncul dalam pikirannya adalah anak-anak, ia berlari menuju kamar si kembar dengan panik. Namun belum sampai disana
Dua orang pria tengah berdiri di depan pintu si kembar, lengkap dengan topengnya ala pencuri. Satu memakai jaket hijau tua dan salah satunya merah marun. Chan melangkah mundur hingga punggung menabrak dada seseorang, ia berbalik dan menatap terkejut. Satu lagi, baju biru tua yang ini memiliki tubuh lebih kekar dan lebih besar dari kedua orang itu dengan tato di sepanjang tangan yang terlihat karena melipat kain bagian lengan..
Siapa mereka?
Pencuri?
TBC
Siapa mereka?!
KAMU SEDANG MEMBACA
🌷[16] Revenge|[MinChan]
FanfictionMinho dan Bangchan sudah memiliki kehidupan kecil yang sempurna bersama kedua putra mereka, dan calon anggota baru mereka yang masih berada dalam tubuh Bangchan. Tapi apakah hidup mereka aku terus berjalan indah? Tentu tidak. Akankah Psycho Lee kemb...