Happy reading.
.
.
.Seungmin keluar dari ruang operasi dengan wajah panik, dahinya berkeringat banyak dan sedikit pucat akibat tekanan yang diterima di meja operasinya. Di memang berpengalaman tapi tetap saja sulit menyelamatkan orang sekarat terlebih jika tubuh orang itu sudah banyak di obrak-abrik dan kehilangan banyak darah. Golongan darah Chan tidak langka dan banyak di miliki orang-orang, termasuk mereka tapi Seungmin tidak bisa mendonorkan darahnya saat operasi.
"Minho, masuklah! Aku butuh darah mu!" Dia tersenyum begitu Minho tanpa pikir panjang langsung berdiri dari lantai dan menghampirinya "Dan ku rasa kamu harus memakai penutup mata " dia berkata yang membuat Minho mengangguk, karena sekejam apapun Minho dia tidak bisa melihat orang yang di cintai nya dengan tubuh terbuka karena operasi.
.
.
.Sudah lebih dari 2 hari dan Chan belum sadar semenjak operasi, Seungmin bilang kondisi tubuhnya mulai membaik dan mungkin akan sadar dalam beberapa jam atau hari ke depan. Minho berharap itu benar, Dia saat ini sedang berada di rumah bersama yang Felix, Changmin, Dan Hyunjin untuk membantunya membersihkan rumah sekaligus untuk mencari barang petunjuk siapa sang pelaku.
Dari jejak sepatu yang berbeda-beda di di lantai kamar Changbin memperkirakan ada sekitar 4 atau 5 orang yang masuk, di dukung dengan Felix yang membawa kamera dari kamar si kembar dan mengatakan ada 5 orang yang terlihat dalam video, salah satunya bahkan sibuk mencari benda berharga, di sisi lain Hyunjin menemukan 3 peluru berbeda, 2 kecil dan satu lagi sedikit besar, yang kecil dia temukan di bawah jendela sementara yang besar dia temukan di bawah lemari.
Minho menyimpulkan bahwa peluru yang kecil berasal dari pistol yang di tinggalkan di kamar, Chan pasti menggunakan untuk melindungi diri dia juga pasti melawan dengan keras sampai berada dalam keadaan seperti itu, bagaimana pun 5 orang berbadan besar dan tinggi melawan satu orang yang tengah hamil muda bukanlah pertarungan yang seimbang. Dia mengepalkan tangannya, tanpa berpikir panjang meninju jendela kamarnya hingga pecah membuat yang lain menoleh padanya dengan terkejut.
Minho sedang menahan emosi mereka tau. Felix berdiri dari jongkoknya lalu menghampiri sang kakak, menepuk pundak Minho "Tidakkah mereka harus di beri pelajaran?"
"Ya!"
"Tapi bagaimana kita menemukan pelakunya? Wajah mereka tertutup topeng." Tanya Hyunjin sambil mendekat di ikuti oleh Changbin. Ketiganya bisa melihat tatapan tajam Minho ke luar jendela, menuju langsung pada hutan namun tentu mereka tau itu bukalah objek yang sedang Minho lihat, dia sedang memanggil jiwa iblis nya.
"Setelah rumah ini selesai, kita pergi ke kota."
"Untuk?" Sebelah alis Changmin terangkat "kamu ingin berbelanja atau apa?"
"Ah!" Felix tersenyum mengerti "Itu adalah peluru untuk senapan, dan di kota hanya ada satu toko senjata api!" Jelasnya yang membuat Hyunjin dan Changbin mengangguk paham. Mereka mulai membersihkan kamar dengan sedikit gerutuan karena tidak terbiasa. Minho menyuruh Hyundin untuk menemani Seungim menjaga si kembar dan Chan.
Setelah kejadian malam itu mereka lebih mudah menangis ketika mendengar suara berisik, bentakan dan bahkan ruangan gelap, mengalami trauma dan mereka tau Minho juga sama, beberapa kali mereka mendapati Minho yang melamun atau berusaha menahan air mata nya.
Ya, karma memang tidak pernah salah alamat. Minho telah mendapat balasan untuk apa yang dulu dia lakukan dan Minho akan menjadi karma untuk apa yang telah orang-orang itu lakukan pada keluarganya.
Felix mendudukkan diri di kursi sebelah pengemudi, lebih tepatnya di sebelah Minho sementara Changbin di belakang. "Hyung, apa ku tidak curiga dengan wanita yang terobsesi pada mu?"
Juli?
Minho terdiam sejenak untuk fokus memajukan mobilnya, mereka baru saja mengantar Hyunjin ke tempat Seungmin. Dia berbikir, Felix ada benarnya, dia harus nya curiga karena pasti wanita itu bisa cukup gila membayar orang untuk melukai mereka, dan mungkin saja kedatangan Juli ke restoran kemarin adalah sebagai pengalih perhatian agar dia tidak mengangkat panggilan dari Chan. Itu bisa saja, sangat bisa!
Terlebih Juli pernah berkata kalau dia akan membalas dendam terhadap Chan.
"Tidak.... Kurasa tidak."
Changbin mengerut bingung, bukankah sudah jelas pelakunya pasti Juli "Kenapa begitu? Maksudku bagaimana kau bisa yakin bukan si wanita itu?"
Minho mengangkat bahunya singkat lalu berbalik untuk menatap mereka bertiga "Intuisi ku berkata tidak."
Setelah tidak ada lagi percakapan selama perjalanan. Minho menghentikan mobilnya di hadapan super market yang mana itu membuat Felix dan Changbin saling berpandangan dan mengangguk, mengerti apa yang Minho pikirkan. Supermarket itu memiliki CCTV yang menyorot ke jalan, mereka bisa saja mendapat plat nomor mobil si pelaku atau yang lebih bagus bisa mendapat gambar wajahnya.
Mereka bertiga keluar, Felix menyibukkan diri dengan membeli minum sementara Changbin lebih suka ke bagian makanan. Keduanya tidak ingin menganggu Minho yang mulai berakting menyedihkan agar di perbolehkan melihat rekaman CCTV mereka. Felix tersenyum tipis, Minho cukup baik dalam mendekati orang dan mengambil hati mereka, jujur saja dia sangat terkejut begitu tau Chan bisa mengambil hati kakaknya.
Dan sepertinya Minho berhasil. Kasir itu mengajaknya ke ruang CCTV dan Minho memberi kode pada mereka untuk ikut. Saat di ruang CCTV pria penjaga kasir untuk meminta pada pengawas untuk memperlihatkan rekaman di tanggal yang telah Minho sebutkan.
Tampaknya keberuntungan benar-benar berpihak pada mereka. Dari siang sampai malam hanya ada satu mobil yang lewat dan yang membuat ini bagus adalah mereka berhenti tepat di depan supermarket, ada 5 orang.
Kamera berpindah ke Angle atas kasir. Wajah ke 5 pemuda itu tidak terlihat jelas tapi cukup untuk di pahami. Minho terus memperhatikan secara mental mengingat wajah orang-orang itu dari kamera, tak berselang lama mereka pun keluar dan melaju pergi.
Ke arah rumah Minho.
Tidak ada lagi rumah di jalan itu selain rumahnya, dan supermarket ini disediakan bagi orang-orang yang berpergian jauh untuk mendaki.
Tidak salah lagi, itu mereka.
"I'm sorry about the robbery that happened to you sir, and I hope this helps." Pria penjaga kasir menepuk bahu Minho "Thank you, that means a lot. My friends and I are leaving now, thanks for the help."
Mereka berpamitan dengan sopan dan kembali ke mobil. "Lix, beri aku informasi tentang mereka. Bagaimana pun itu aku tidak peduli!"
Felix mendengus "Apa kau pikir mencari informasi itu mudah...." Menyandarkan kepalanya pada jendela "Tapi akan ku lakukan."
"Ya itu bagus, Jadi sekarang kita ke tempat Seungmin? Atau ke kota?" Changbin mencondongkan tubuhnya ke depan. Minho mengangguk "Kota." Kembali melakukan mobilnya.
Dering ponsel Felix terdengar dan tentu saja sang empunya langsung mengangkat nya "Dari Seungmin." Dia menjawab, menekan ikon load speaker untuk membiarkan Changbin dan Minho mendengarkan.
'kalian dimana? Ah! Lupakan! Cepat datang, terutama Minho. Chan menunjukkan tanda-tanda akan sadar-'
"HYUNG!"
Minho menginjak pedal gasnya, tidak peduli pada ponsel Felix terjatuh kelantai bersama dengan teriakan Changbin. Ya, itu tidak penting.
lagipula mereka masih hidup.
.
.
.TBC
Ya~ sepertinya aku mau namatin ini dulu. Karena sistem ku, yang sedikit yang menang :3
Dan apakah Chan akan sadar? Oh tentu dong! Sadar banget~
KAMU SEDANG MEMBACA
🌷[16] Revenge|[MinChan]
FanfictionMinho dan Bangchan sudah memiliki kehidupan kecil yang sempurna bersama kedua putra mereka, dan calon anggota baru mereka yang masih berada dalam tubuh Bangchan. Tapi apakah hidup mereka aku terus berjalan indah? Tentu tidak. Akankah Psycho Lee kemb...