Happy reading..
.
."Get off... Get off ahk!"
Chan lelah, sangat lelah tapi demi harga diri dia tetap memaksakan tubuhnya untuk memberontak, memukul-mukuli dada Ian sebelum kedua tangannya di tahan di dua sisi kepalanya oleh orang itu. Bagian bawahnya sudah mati rasa karena di masuki paksa terus menerus, mereka menggunakan mulut dan lubangnya bergiliran tak membiarkan bagian itu menganggur.
Chan tidak tau sudah berapa lama tapi rasanya seperti selamanya, waktu mengerikan seperti berada di neraka. Teriakan keluar dari tenggorokan nya yang sakit sementara tawa senang keluar dari mereka yang melecehkannya dengan gila. Tubuhnya yang sudah sangat pucat terhentak-hentak, beberapa bagian yang merah adalah sudut matanya yang sembab, luka serta bekas darah di tubuhnya.
Selebihnya, seperti mayat. Chan tidak mengerti apa yang orang-orang ini inginkan darinya, dia tidak membuat masalah dengan siapapun bahkan tidak pernah bertemu siapapun di balik topeng itu.
Tapi kenapa? Kenapa dia selalu di perlakukan seperti ini? Sedari dulu dan bahkan sekarang. Chan rasanya ingin bertanya, dia ingin bertanya pada tuhan (jika memang ada) mengapa nasibnya selalu seperti ini?!
Kenapa?!
Tangisan anak-anak membuat Chan menoleh ke arah Demian tidak bermaksud memelas tapi Chan yakin jika keadaan dia memang sudah kacau. Dia bahkan tidak ingin merasakan cairan putih lengket yang berbau khas di sekujur tubuhnya yang membasahi pakaiannya, dan yang paling menjijikan juga berada di rambut.
Chan merasa jijik.
Dia berusaha bicara untuk memohon pada mereka semua berhenti, ingin berkata: 'ambilah apapun yang kalian inginkan tapi cepat keluar dari rumah ku dan jangan pernah kembali' namun setiap dorongan brutal itu membuatnya bernafas terengah-engah, sangat kesulitan dengan pusing dan keram di perutnya.
Telinganya sudah sangat terbiasa dengan penghinaan dan ejekan dari mereka tapi yang paling mengganggu nya adalah tangisan anak-anak nya. Tubuh bagian bawahnya seperti hancur ketika Dreck dan Donny memasukinya secara bersamaan. Sesuatu paling besar yang pernah dimasukan ke lubangnya, dan lalu di susul Jhon serta Ian.
Chan belum pernah mendapat Double penetration, dia selalu menolak dengan alasan takut setiap kali Minho mengungkapkan ide agar mereka mencobanya dengan dildo.
Dan Chan tau dirinya benar, itu menyakitkan.
Sudah banyak teriakan, permohonan dan air mata yang keluar dari Chan yang tidak merasa dirinya bisa bertahan. Dia membiarkan kepalanya terkulai lemas ke samping, semua seperti berputar dan pandangan memburam, kesia-siaan dia lakukan dengan mengutuk dalam hati tapi sebuah harapan muncul begitu ketika pandangan kembali normal ia melihat pistol yang tadi terlempar dari tangannya.
Berada di belakang kaki ranjang, tak jauh darinya. Pusing itu kembali, darah keluar dari hidung nya tapi Chan memilih untuk tidak peduli, dia sudah kehilangan banyak darah dari luka di lubang sana, yang melumuri penis para 'Bajingan' itu jadi kehilangan sedikit lagi tidak apa-apa. Bagus Chan, kau hanya perlu satu ke keberuntungan dengan satu tangan yang masih bisa di gerakan.
Secara tiba-tiba dia memilih menjatuhkan diri kesamping dengan kuat.
Membuat koneksi ke tubuhnya terputus.
Suara benturan dan rasa sakitnya terbayarkan oleh rasa puas ketika dirinya bisa meraih pistol tersebut, tanpa berpikir panjang berbalik menghadap Ian lalu menembak nya. Chan memejamkan mata, reaksi spontan karena darah yang terciprat kearahnya.
Ian diam dengan lubang di kepalanya. Sudah di pastikan dia telah tewas. Chan bersingkut mundur menggunakan satu tangan begitu mereka ricuh karena apa yang baru saja dia lakukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
🌷[16] Revenge|[MinChan]
FanfictionMinho dan Bangchan sudah memiliki kehidupan kecil yang sempurna bersama kedua putra mereka, dan calon anggota baru mereka yang masih berada dalam tubuh Bangchan. Tapi apakah hidup mereka aku terus berjalan indah? Tentu tidak. Akankah Psycho Lee kemb...