بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم
Jadikan Al-qur'an sebagai bacaan utama!
Welcome my history•Imam dari Surga•
"Disaat harapan mulai pudar, disitu manusia diuji. Apakah dirinya terus menerus menaruh harap pada manusia lainnya atau pada sang pencipta-Nya?"
---------------
Hari ini jadwal mata kuliah ku di siang hari. Pagi hari ini aku bisa menggunakan waktu untuk berbincang dengan Ayah dan Ibu mengenai keputusanku atas lamaran dari Pak Malik. Ya, aku sudah memutuskannya dan semoga ini yang terbaik."Fira mau berbicara penting sama Ayah dan Ibu," ucapku yang membuat mereka menatap dengan heran. Mungkin mereka berpikir, tidak biasanya aku mengajak mereka berkumpul di ruang keluarga setelah sarapan.
"Fira menerima khitbah dari Pak Malik," ungkapku yang membuat mereka terkejut dengan pernyataanku ini.
"Fira sudah memikirkan dengan baik-baik?" tanya Ayah yang membuat aku tersenyum.
"Fira sudah memikirkan ini dengan baik-baik. Lagian juga, kata Ayah Pak Malik itu baik bukan? Bahkan sangat baik," ucapku yang membuat Ayah tersenyum hangat kepadaku dan Ibu memelukku erat-erat.
"Kalau Fira tidak mau, jangan dipaksakan sayang," ucap Ibu yang kini sudah melepaskan pelukannya. Aku pun menggelengkan kepalaku.
"Keputusan Fira ini engga ada yang memaksa. Fira akan mencoba untuk menerima kehadiran Pak Malik sebagai imam Fira kelak nanti," ucapku dengan senyuman hangat yang membuat mereka menganggukkan kepala.
"Ayah percaya sama keputusan Fira. Jika ini keputusanmu, Ayah dan Ibu akan selalu mendukung," ucap Ayah yang mengelus hijabku.
"Ibu senang dengan keputusanmu, Nak."
Aku pun yang melihat Ayah dan Ibu bahagia, maka aku juga bahagia. Setidaknya aku bisa membuat mereka tersenyum seperti saat ini. Apa salahnya aku mencoba menerima kehadiran Pak Malik dalam kehidupanku. Dan aku juga akan membuka hatiku untuk imam ku kelak nanti, dan semoga ini yang terbaik.
***
"Fira!" teriak Rahen dari kejauhan. Sepertinya dia habis mengantarkan Rani ke kelasnya.
"Iya, Rahen," ucapku dengan menundukkan kepala saat Rahen sudah ada di depanku.
"Eumm---sudah lama ya, kita engga ngobrol," ungkap Rahen yang membuatku terkekeh sinis.
"Lebih baik seperti itu," ucapku dengan menatap wajahnya. Rahen pun hanya tersenyum canggung.
"Aku du---"
"Selamat ulang tahun peri kecil---dan ini kado untukmu," ucapnya sambil menyodorkan bingkisan berwarna merah. Aku ragu untuk menerimanya, namun dia terus menyodorkan kado itu. Seolah-olah Rahen berkata, "ambilah kadonya". Dengan ragu aku mengambil kado darinya.
"Terimakasih, Rahen. Aku duluan, assalamu'alaikum," ucapku yang beranjak pergi meninggalkan Rahen terlebih dahulu. Aku tidak mau berlama-lama mengobrol dengannya. Itu akan membuat luka ini semakin tergores lebih dalam. Ahh, panggilan itu, sudah lama tidak aku dengar. Astaghfirullah, lupakan dia, Safira! Ingat, Rahen sudah menikah!
KAMU SEDANG MEMBACA
Imam dari Surga
SpirituellesDon't copy my history⚠️ ------------- Cinta itu anugerah dari illahi Rabbi. Cinta itu fitrahnya manusia. Cinta itu menyejukkan juga mendamaikan. Cinta itu hal manusiawi yang Allah anugerahkan untuk kita hamba-Nya. Cinta itu suatu hal yang mudah dime...