Mulai Terbiasa

85 34 16
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم


Jadikan Al-qur'an sebagai bacaan utama!


Welcome my history

•Imam dari Surga•

"Seseorang yang sudah merasakan apa rasanya terluka pasti dia tak akan lagi kaget dengan rasanya jatuh pada lubang paling dalam."

-------------


"Terimakasih ya, Om udah mau direpotkan sama Fira. Ouh, iya Om mau mampir ke dalam?" tanyaku.

"Om langsung pulang saja, lagian ini sudah malam. Om titip salam untuk Narendra sama Laras, ya. Assalamu'alaikum," ucap Om Nafi dengan mengelus hijabku setelah itu dia masuk ke dalam mobil, padahal aku ingin menyalami tangannya tapi---sudahlah.

"Fira!"

"Ehh, Ibu," ucapku dengan menyalami tangannya.

"Ibu nelpon kamu tapi ga aktif telponnya. Dan tadi siapa? Ayah bilang suruh pula---"

"Ponsel Fira habis baterai, jadi ga bisa memesan gojek. Dan tadi Om Nafi, ouh iya ada salam dari Om Nafi buat Ibu sama Ayah," ucapku sambil melangkahkan kaki kedalam rumah. Ibu cerewetnya sedang mode on, kalau tidak diberhentikan pasti akan terus saja mengoceh.

"Kamu ini, ada Ibu bicara malah memotong pembicaraan, namanya du---"

"Sstttt! Udah malam Bu, tidur. Fira duluan by Ibuku sayang!" teriakku yang sambil berlarian memasuki kamar.

"Dasar, anak itu! Anaknya siapa sih kaya begitu!"

***

Setelah membersihkan diri dan bersiap untuk tidur, aku malah mengingat tentang kejadian di mobil Om Nafi tadi.

"Tundukkan pandanganmu! Bukan mahram!"

Deg...

Aku tertangkap basah memperihatinkannya saat tertidur, astaghfirullah. Pasti dia hanya memejamkan matanya. Ahh---aku malu.

"Ehh---siapa juga yang mandangin bapak, dasar kepedean!" elakku sambil memalingkan wajah ke arah jendela mobil.

"Berbohong itu dosa!" sergahnya. Dasar pria didepanku ini begitu menyebalkan. Ingin rasanya aku buang dia ke laut Antartika, biar saja dia dimakan beruang---ehh.

"Jangan mengumpat! Kalau berani, bicara langsung sama saya!'

Benar-benar pria satu ini! Menyebalkan juga sok datar, ihh rasanya benar-benar ingin sekali membuangnya ke laut Antartika. Dan perdebatan itu berakhir saat Om Nafi memberhentikan mobilnya tepat didepan gerbang rumah.

Kejadian itu membuatku kesal tak karuan. Huh, rasa kantukku tiba-tiba hilang begitu saja. Aku pun hanya menggulingkan tubuhku ke kanan dan kiri. Aku berusaha untuk memejamkan mata ini, tetapi tidak bisa, huh.

"Fira belum tidur?" tanya Ayah yang sudah ada duduk di tempat tidur. Aku pun segera bangkit dari tempat tidur dan duduk bersebelahan dengannya.

"Belum Ayah, Fira engga bisa tidur," ungkapku dengan nada merengek dan Ayah terkekeh kecil.

"Maafin Ayah, ya. Tadi Ayah ada meeting dadakan jadi engga bisa jemput tuan putri Ayah yang cantik ini," ucap Ayah sambil mengelus rambutku. Aku pun hanya mengangguk. Aku tahu Ayah pasti sangat letih karena Ayah masih menggunakan baju kantor.

Imam dari SurgaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang