Menghindar

95 25 5
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم


Jadikan Al-qur'an sebagai bacaan utama!


Welcome my history

•Imam dari Surga•


"Ternyata menghadapi kenyataan yang ada dihadapan tak semudah seperti perkataan. Sulit untuk dilalui, sakit untuk melewatinya dan jatuh adalah resikonya."

------------------


Hari sudah semakin sore, terlihat matahari yang sebentar lagi akan tenggelam tergantikan oleh gelapnya malam. Namun, aku masih betah berada di masjid sebarang kampus. Sudah tiga hari, aku tak bertemu Pak Malik. Ya, jawabannya karena aku sendirilah yang menghindari Pak Malik dengan cara seperti ini. Aku belum bisa memastikan apa perasaanku untuk Pak Malik dan aku tak akan mampu untuk bisa menatap mata teduh itu.

Tring!!!

Satu notifikasi pesan berhasil membuyarkan lamunanku. Dan terlihat nama 'Pak Malik' orang yang mengirimkan pesan tersebut.

Pak Malik

Assalamu'alaikum Fira, kamu ada dimana? Kenapa belum pulang? Ini sudah hampir gelap.

Kamu dimana?

Balas pesan saya Safira!

Saya tahu, kamu menghindar dari saya kan?

Aku pun langsung mematikan data pribadiku. Pesan terakhir yang dikirimkan Pak Malik membuat diriku menghela nafas kasar.

Ternyata menghadapi kenyataan yang tak ingin diketahui memang berat, lebih baik tidak mengetahui sama sekali jika ujung-ujungnya akan seperti ini.

***

"Neng Fira sudah membalas pesannya Den?" tanya Mbok Darmi sambil menyuguhkan segelas teh hangat.

Malik pun tersenyum sambil memijit pelipisnya, "Belum Mbok. Fira hanya membacanya saja." Malik tidak tahu apa yang harus dilakukannya saat ini. Kondisi tubuhnya benar-benar tidak vit dari dua hari yang lalu. Pusing dan demam yang menderanya semakin parah saja.

"Yasudah Aden istirahat, nanti biar Mbok yang menunggu Neng Fira. Wajah Aden pucat banget," ucap Mbok Darmi yang terdengar begitu cemasnya. Mbok Darmi sudah menyuruh tuan mudanya untuk memeriksakan diri, namun tuan mudanya selalu saja berkata, "tidak apa-apa Mbok. Nanti saya istirahat ajh. Insya Allah bakalan baikan." Mbok Darmi pun hanya mengangguk pasrah.

Malik pun hanya mengangguk mengiyakan. Tubuhnya sudah tidak ada energi untuk memikirkan Fira dan kepalanya sudah semakin berat. Berdiri pun rasanya tak mampu untuk dilakukan oleh Malik.

"Mbok bisa antar saya ke kamar? Kepala saya pusing banget Mbok," ucap Malik serak disertai ringisan kecil yang keluar dari mulutnya. Mbok Darmi pun mengangguk dan langsung membantu Malik untuk bisa ke kamarnya.

"Istirahat ya Den. Mbok tinggal sebentar," pamit Mbok Darmi ketika sudah sampai pada kamar tuan mudanya. Malik pun mengangguk kecil.

Ketika dirinya sakit, biasanya ayahnya lah yang merawat hingga sembuh. Dan ketika Malik sudah mempunyai istri, kenyataannya saat sakit dirinya dirawat oleh Mbok Darmi yang seperti ibu kandungnya sendiri. Fira tidak peduli dengan keadaannya---mungkin.

"Saya melupakan satu kenyataan, bahwa Fira---istri saya sendiri tidak mencintai suaminya. Dan saya baru mengetahui satu fakta bahwa istri saya mencintai orang lain," ucap Malik tersenyum getir. Lagi-lagi kenyataan selalu menamparnya begitu keras. Lantas, sejauh mana lagi takdir akan membawa pada kebenaran juga kenyataan yang membuat dirinya hampir menyerah?

Imam dari SurgaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang