Pilihan

80 23 8
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم


Jadikan Al-qur'an sebagai bacaan utama!


Welcome my history

•Imam dari Surga•


"Ketika hati dihadapkan dengan berbagai macam kenyataan, apakah harus menjadi egois terlebih dahulu untuk menentukan sebuah pilihan yang terbaik? Atau membiarkan takdir yang menjawabnya?"

-------------


Sayup-sayup terdengar suara adzan berkumandang. Aku pun melihat jam yang ada dinding menunjukkan pukul 15.30 WIB. Ternyata sudah memasuki waktu shalat Ashar. Tunggu. Kenapa aku bisa ada di kamarnya Pak Malik? Seingatku, tadi aku tertidur di ruang tengah?

"Sudah bangun?" tanya Pak Malik sambil menggosok-gosokkan rambutnya dengan handuk.

"Bapak tidak lihat?" tanyaku balik dan Pak Malik hanya mengiyakan saja. Dasar, menyebalkan.

"Pak Malik yang gendong Fira ke kamar ya?" tanyaku yang tidak digubris oleh Pak Malik.

"Mandi! Kita sholat berjamaah!" titahnya yang membuat aku mendengus kesal.

"Tapi Pak Ma---"

"Jangan membantah!" sergahnya yang membuat aku langsung diam dan beranjak pergi ke kamar mandi.

"Dasar galak!"

***

"Assalamu'alaikum warahmatullahi."

"Assalamu'alaikum warahmatullahi."

Pak Malik pun berbalik kebelakang dan menyodorkan tangannya, "sebagai istri yang baik harus salim dulu," katanya yang membuatku mau tidak mau aku harus menyalimi tangannya.

"Sudahkan?" tanyaku malas yang membuat Pak Malik tersenyum kecil.

"Istri penurut," ucap Pak Malik yang mengelus kepalaku seraya beranjak pergi menuju ruang ganti.

Aku pun merapihkan peralatan sholatku dan Pak Malik. Aku masih setia dengan menggunakan hijabku. Aku belum siap untuk memperlihatkan mahkotaku ini kepada Pak Malik.

"Pak Malik," ucapku saat dia ingin beranjak keluar kamar.

"Ada apa?" tanyanya yang membuat aku bingung harus mengatakannya atau tidak.

"Eumm---Fira bakalan tidur di kamar Pak Malik atau di ma---"

"Terserah kamu. Senyaman kamu ingin menempati kamar manapun," ucap Pak Malik dengan wajah datarnya. Kenapa lagi dengan Pak Malik? Tadi sikapnya begitu manis, dan sekarang berbanding terbalik. Aneh.

Aku pun memasuki ruang ganti. Dan terlihat buku catatan yang tergeletak di atas koperku. Oh, no! Aku melupakan satu hal, saat aku menaruh koperku disini, aku belum menyimpan buku ini didalam koper. Namun, aku menaruhnya di atas koper.

"Jangan-jangan Pak Malik tadi baca buku ini!"

***

Malik pun merasa kesal saat mengingat dirinya telah membaca buku Fira. Ahh, lebih baik dirinya tidak membaca buku itu sama sekali daripada ujung-ujungnya malah membuat dirinya menjadi terluka.

Malik saat ini sedang bersama Bagas Argantara---sahabatnya semenjak sekolah dasar. Tadi Malik menyuruh Bagas untuk datang ke rumahnya.

"Tumben Lik, kamu nyuruh ana datang kesini."

Imam dari SurgaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang