Jarak

81 33 19
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم


Jadikan Al-qur'an sebagai bacaan utama!


Welcome my history

•Imam dari Surga•

"Seperti inikah rasanya ketika hati tak lagi menyebutkan namanya di setiap doa, tak lagi saling bertukar sapa dan tak lagi berharap padanya."

------------


Sejak kejadian 3 hari yang lalu, Pak Malik sering mengirimkan aku sebuah pesan yang---tidak jelas. Aku teringat dengan kejadian 3 hari yang lalu.

"Emm, Saya minta maaf sama kamu. Tidak seharusnya saya menegur kamu dengan berbicara seperti itu," ucap Pak Malik.

"Baru sadar?" tanyaku sinis dan dia hanya melirikku sekilas dan setelah itu dia menundukkan kepalanya.

"Saya sudah meminta maaf sama kamu dan soal memaafkan atau tidaknya itu terserah kamu," ucapnya yang membuat aku kesal. Dasar pria menyebalkan.

"Nomor ponsel kamu mana?" tanya Pak Malik yang membuat aku bingung.

"Cepat mana nomor ponselmu!" sergah Pak Malik. Huh, ingin rasanya aku menjambak rambutnya. Dengan seenak jidat dia meminta nomor ponsel dengan cara yang tidak sopan. Bukannya dia orang yang berpendidikan?

"Privasi!" ketusku.

"Jangan macam-macam atau saya akan melaporkan kamu ke pihak kampus bahwa ada salah satu mahasiswi UI Fisabilillah yang menjatuhkan laptop pengisi seminar hingga---rusak!" ancam Pak Malik yang membuatku mau tidak mau harus memberikan nomor ponsel pada Pak Malik atau aku akan berakhir dengan hukuman dari pihak kampus. Ahh, dasar Pak Malik sangat menyebalkan!

"Fira!"

"Ehh, Azam," ucapku kaget saat Azam tiba-tiba datang dan membuyarkan lamunanku. Azam pun duduk di kursi sebelahku.

"Lagi mikirin apa?" tanya Azam.

"Engga lagi mikirin apa-apa kok, Zam."

Hening. Azam dan aku saling terdiam membisu. Aku perhatikan Azam beberapa hari ini dia sedikit berubah. Entah apa yang dipikirkan olehnya.

"Fira, kalau semisalnya ada seseorang yang cinta sama kamu, respon kamu seperti apa?" tanyanya yang membuatku heran dengan pertanyaan Azam. Dan tak biasanya dia juga memanggil aku dengan kata 'Kamu' biasanya 'Lo'.

"Maksud kamu apa Zam? Aku engga ngerti," ucapku dengan melirik Azam. Azam hanya menghela nafas panjang. Aku pun semakin bingung ketika raut wajah Azam menjadi murung.

"Gue cinta sama kamu, Fira," ucap Azam yang menetapku dengan lamat-lamat. Aku pun masih mencerna apa yang dikatakan oleh Azam. Ini tidak benarkan?

"A---Azam, kamu apa-apaan ihh! Engga lucu tau leluconnya," elakku sedikit terkekeh. Ya, pasti ini hanya lelucon dan kejahilan dari Azam.

"Gue serius Safira Oktaviana Narendra!" tekan Azam yang kini sudah menggenggam tanganku. Kenyataan apalagi ini?

Aku pun menghempaskan tangan Azam, "Aku engga cinta sama kamu, Azam! Kamu itu teman baikku!" teriakku yang kini sudah menjadi sorotan teman sekelas.

"Kenapa Fira?" tanya Azam lirih. Aku harus berbicara apa? Bukannya Azam itu suka dengan Rani?

"Apa karena kamu punya pikiran kalau gue suka sama Rani?" tanya Azam lirih dan aku hanya mengangguk pelan. Azam pun terkekeh sinis.

Imam dari SurgaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang