Semakin Dekat

65 16 1
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم


Jadikan Al-qur'an sebagai bacaan utama!


Welcome my history

•Imam dari Surga•


"Takdir yang menyatukan dua insan karena ia ingin membuat keduanya semakin dekat pada jalan-Nya. Sebesar apapun halangan yang menerjang, jika Allah sudah berkata, 'kun fayakun' maka kita bisa apa?"

---------------


Rasanya hari ini Malik ingin segera pulang dan menjahili istrinya itu. Namun, lagi-lagi kenyataan mematahkan rencananya. Saat ini dirinya harus menyelesaikan berlembar-lembar tumpukan kertas yang ada di mejanya. Malik pun menyandarkan tubuhnya di kursi kebesarannya. Rasa pening kembali hadir menyerang kepalanya. Ya, dirinya harus berdebat dulu dengan Fira hingga bisa berada di kantornya saat ini.

"Pak Malik jangan pergi ke kantor dulu, istirahat!" ucap Fira dengan tegas. Malik pun tersenyum saat Fira sudah mengatakan perkataan itu beberapa kali. Dirinya merasa senang dengan perhatian kecil yang diberikan oleh istrinya itu.

"Saya tidak apa-apa Fira. Perkejaan saya di kantor sudah menumpuk, kemarin saya menyelesaikannya hanya beberapa," ucap Malik dengan lembut. Fira tetap saja menggeleng tegas tidak menyetujui.

"Pak Malik itu ngeyel ya! Kesal Fira lama-lama berdebat sa---"

Cupp...

Keduanya pun sama-sama terdiam. Ouh, Malik apa yang kau lakukan! Malik pun merutuki dirinya sendiri. Dirinya sudah mencium pipi Fira tanpa seijin dari pemiliknya.

"Fira ma---"

"Emm, ya---yaudah Pak Malik boleh berangkat ke kantor," ucap Fira dengan pipi merah merona dan Malik---suka itu.

"Pipi kamu kenapa merah?" tanya Malik dengan sedikit menggoda. Fira pun gelagapan sendiri.

"Ma---mana ada! Ishh, dasar Pak Malik engga ada akhlak!"

Dan saat itu Malik tertawa terbahak-bahak. Ahh, rasanya menjahili istrinya adalah hobi baru untuk seorang Malik Rouf Annafi. Fira yang melihat itu pun---sedikit terpanah?

Mengingat itu lagi-lagi dirinya merindukan istri kecilnya. Sedang apa dia sekarang? Malik pun melihat jam yang melingkar ditangan kirinya menunjukkan pukul 16:37 WIB, pasti istrinya itu sudah pulang.

"Pak bos kenapa lihat jam terus?" tanya Dani ketika bosnya itu sedikit-dikit memperhatikan jam yang melingkar ditangannya itu.

"Engga ada. Sudah kerjakan lagi tugasmu," ucap Malik dengan suara parau. Rasa sakit yang ada di kepalanya ini benar-benar sangat menyiksa. Dani pun menyadari wajah yang berbeda dari bosnya itu merasa sangat khawatir dengan keadaannya.

"Pak bos mending istirahat ajh, wajahnya pucat banget. Biar saya yang menyelesaikan tugas Pak bos," ucap Dani yang membujuk Malik. Malik pun hanya mengangguk lemah. Saat ini dirinya tidak ingin berdebat dengan siapapun.

"Saya istirahat dulu ya. Jam 18.00 WIB tolong bangunkan saya," ucap Malik yang memasuki sebuah kamar yang ada dalam ruangannya. Ya, di ruangannya ada sebuah kamar untuk memudahkan dirinya ketika sedang lembur tidak perlu lagi pulang. Malik bisa menginap di kantornya. Dani pun mengangguk mengiyakan.

"Siap Pak bos!" Dani pun hormat layaknya seorang pelajar yang sedang mengikuti upacara bendera dan Malik pun tersenyum melihat tingkah sekretarisnya itu.

Imam dari SurgaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang