Kejutan

82 31 11
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم


Jadikan Al-qur'an sebagai bacaan utama!

Welcome my history

•Imam dari Surga•

"Ketika takdir membawa aku pada kenyataannya yang tidak aku inginkan, maka tidak ada pilihan selain aku berserah pada-Nya."

---------------

Pagi hari ini aku rasa ada yang berbeda. Dimulai dari Ibu yang sibuk sedari tadi dengan merias rumah, tumben sekali. Hari ini ada acara spesial apa? Apakah hari ulang tahunku? Ahh, biasanya Ayah dan Ibu hanya membuat tumpeng dan dibagikan pada tetangga terdekatku.

"Ibu hari ini ada acara spesial apa?" tanyaku pada Ibu yang kini sibuk mempersiapkan kue-kue di toples.

"Hari ini acara syukuran ulang tahunmu dan---tanya saja kepada Ayah," ucap Ibu yang sudah beranjak pergi ke dapur.

Aku pun menghampiri Ayah yang sedang membaca koran dengan ditemani secangkir kopi.

"Ayah, rumah kita dihias sepert ini memangnya ada acara apa?" tanyaku yang membuat Ayah menaruh korannya dan menatap wajahku.

"Sini duduk dulu. Maaf kalau Ayah secara sepihak memutuskan masa depanmu," ucap Ayah yang membuat aku semakin tak mengerti dengan arah pembicaraannya.

"Maksud Ayah apa sih? Fira engga paham," ucapku dengan menatap wajah Ayah. Untung saja hari ini aku tidak ada mata kuliah, jadi bisa bersantai sekaligus aku sedang menjauhi Azam.

"Keluarga Om Nafi akan bertamu di rumah kita," ucap Ayah yang membuat aku hanya menganggukkan kepalaku.

Pak Malik

Selamat ulang tahun yang ke-20 tahun, semoga kamu menjadi lebih baik lagi.


Satu notifikasi masuk dan aku lihat itu pesan dari Pak Malik. Aku hanya membaca pesannya tanpa membalas terlebih dahulu.

"Siapa?" tanya Ayah dan aku menyerahkan ponselku. Ayah pun tersenyum setelah membaca pesannya dan mengembalikan ponselku.

"Malik itu laki-laki yang baik, Nak. Dia itu berbeda, Ayah berharap semoga kamu dijodohkan oleh Allah dengan laki-laki seperti Malik," ucap Ayah tersenyum sambil mengelus hijabku.

"Pak Malik itu nyebelin Ayah! Dia itu dingin kaya es batu dan ucapannya juga pedas!" sergahku pada Ayah. Menyebutkan namanya saja sudah membuat moodku menjadi sedikit---turun.

Ayah pun tersenyum, "Dibalik sikapnya yang seperti itu, pasti ada penyebabnya." Aku pun hanya menggelengkan kepala pertanda aku tidak tahu.

"Tahu ahh, pusing ngomongin Pak Malik," ucapku yang beranjak pergi ke kamar dan terdengar gelak tawa Ayah. Huh, Ayah juga ikut-ikutan menyebalkan seperti Pak Malik.

***

"Rani, tunggu!" teriak Azam yang membuat Rani menghentikan perjalanannya.

"Hari ini Lo udah ketemu sama Fira?" tanya Azam yang membuat Rani mengerutkan keningnya.

"Kamu kan sekelas sama Fira, masa kamu tanya aku! Aku juga belum ketemu dia," ucap Rani dan terdengar helaan nafas dari Azam.

Imam dari SurgaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang