38

1.1K 139 13
                                    

Sampai kapanpun Kamu akan berjuang sendiri tanpa ada siapapun yang berada di sisimu. Jadi, cukup percaya dengan dirimu sendiri dan jangan berharap apapun pada orang lain.

-NzwStry-

...

Dan kenyataannya, sebuah perjuangan tak mesti memberikan hasil yang sesuai dengan apa yang Kita mau. Kita hanyalah manusia yang diminta untuk terus berjuang untuk menggapai apa yang Kita mau, sedangkan Tuhan adalah penentunya.

-Rasa yang Tak Terbalas-

•••

Kriett

Pintu di mana Zalen disekap terbuka secara perlahan. Sang pelaku yang membuka pintu itu pun menahan napas sekaligus menatap miris keadaan gadis yang terikat oleh banyaknya tali besi. Dia berjalan secara perlahan agar tak mengeluarkan bunyi sedikitpun walau hanya sebuah langkah kaki. Keduanya pun akhirnya saling berhadapan. Ia mengelus pipi yang biasanya mulus, kemudian terhenti pada banyaknya luka goresan di sana.

Aura membunuh di dalam dirinya semakin menuncak saat Ia mendengar ringisan yang amat pelan dari gadis itu. Dia membisikkan sesuatu di telinga kanannya dengan lembut, "Kamu akan bebas dari sini, Maura. Percaya sama Aku."

Segera, setelahnya Ia mengkode beberapa orang yang memakai masker dan topi yang selaras untuk bergerak sesuai rencana. Pemimpin dari kelompok itu pun mengangguk mengerti dan segera menyuruh anggotanya memulai tugas Mereka. Dua orang dari Mereka mulai mencoba memotong tali besi yang mengikat kaki Zalen terlebih dahulu.

Mereka melakukannya secara cepat karena tak akan ada yang tahu apa yang akan terjadi jika Mereka terlambat sedikit saja.

Bisa saja ada hal yang tak diinginkan, kan?

Setelah melepaskan semua ikatan, salah satu dari Mereka menangkap tubuh lemah Zalen dan segera pergi dari tempat itu sebelum ada yang menyadarinya. Namun sebelum itu, salah satu dari Mereka juga meletakkan sebuah kertas di ruangan itu lalu kemudian menyusul Mereka dan kemudian menghilang seakan ditelan Bumi.

Namun sayangnya, sadar atau tidak di pojok atas ruangan terdapat sebuah CCTV berukuran kecil yang mengawasi pergerakan Mereka. Siapa lagi kalau bukan si Pria Bertopeng pelakunya? Senyuman sinis Ia torehkan dari balik topeng yang tak pernah Ia lepas selama ini.

"Berani juga Mereka melepaskan mainanku." Cibirnya dengan tatapan yang tak pernah sekalipun terlepas pada rekaman di hadapannya.

Yang jadi pertanyaan, apa matanya tak sakit karena selalu berdekatan dengan yang namanya IT dan pasti selalu menatap laptop dan lain sebagainya? Yaa, seenggaknya matanya itu memburam. Itupun kalau normal.

Iya, kan?

Nara dan seorang gadis yang berada di ruangan ketua Mereka saling tatap.

"Ketua, bagaimana ini? Apa Kita harus menahan Mereka?" Tanya si gadis serba merah.

Si Pria Bertopeng menggeleng samar, "Tidak perlu. Cukup lakukan rencana Kita dan abaikan." Jawabnya dengan amat tenang seakan Dia tahu itu akan terjadi.

"Baik, Ketua!"

Nara dan gadis serba merah pun keluar dari ruangan. Sejenak, Mereka terdiam dengan pikiran masing-masing. Rekan dari Nara mulai membuka suara, "Kita jadi membunuhnya?" Tanyanya dan dibalas deheman.

"Sure. Lagipula Aku sudah tak sabar untuk membalaskan dendamku pada pria tua itu." Dia berujar dengan kedua alis terangkat dan sebuah seringai yang muncul. Sejenak, Nara memicingkan matanya pada partnernya, "Kamu nggak nyesel di saat rencana sudah berjalan, kan?"

Dia seketika menggeleng cepat, "E- enggak! Gue cuma mastiin aja."

"Bagus. Ingat, kalau sampai Aku tahu Kamu berkhianat, bukan Aku yang akan membunuhmu. Tapi Dia yang sangat suka menyiksa pemerannya sendiri, Vhiona Licteria."

Vhiona menelan salivanya kasar. Detak jantungnya memburu seakan gadis itu baru saja lari marathon. Dan Dia hanya bisa berusaha menenangkan dirinya dengan bergegas pergi mengikuti langkah kaki Nara yang sudah lebih dahulu pergi.

...

"Kembali lagi bersama Kami di OP24 Jam. Kali ini Kami membawakan sebuah berita dari gedung terbengkalai di Jalan Cendana. Sebuah kebakaran besar melahap sebagian dari gedung tersebut. Belum ada yang tahu apa motif dari kejadian ini, tapi polisi sedang berusaha mencari petunjuk. Dan hasil sementara mengatakan jika ada yang sengaja membakar gedung tersebut karena ditemukan beberapa botol berisi minyak tanah dan dua korek api. Mari Kita dengar laporan langsungnya."

"Baik, terima kasih dari studio, Saya Michelo Januar menginfokan keadaan di tempat kejadian. Bisa Kita lihat beberapa orang dari pemadam kebakaran sedang mencoba meredakan api yang semakin menggila. Suasana begitu panas dan beberapa saksi mengatakan jika -"

Bip

Adhka mematikan TV dengan raut wajah jenuh sekaligus stress. Bagaimana tidak, adiknya diculik entah oleh siapa dan masalah seakan menyerang dirinya dan orang dekatnya bertubi-tubi tanpa membiarkan Mereka untuk sekedar istirahat. Sialan!

"AKHH! Kamu di mana sih, Al?!" Laki-laki itu mengerang frustasi. Ia menutup kedua wajahnya. Tak sadar, isak tangis terdengar dengan pelan di kamarnya.

Ya, seorang Adhka Ksatria Andromeda menangis. 

Dan Kalian pasti tahu, se-frustasi apa Dia sekarang jika sudah seperti itu. Kalian bayangkan saja, Adkha sudah diberikan beban untuk menjadi kakak sekaligus ketua, ditambah dengan terror yang tak ada habisnya menyerang Dirinya dan gengnya.

"Yah, Ayah di mana? Adhka butuh semangat Ayah, Adhka capek." Isaknya pelan, "Bunda, maaf karena nggak bisa jaga malaikat kecil Adhka. Adhka gagal jadi Abang yang baik buat Dia."

Kalian pikir Dia akan ditemani oleh para sahabatnya di saat terpuruk seperti sekarang? Tidak! Hentikan fantasi Kalian itu! Bahkan tidak ada seorangpun yang ada disaat Ia jatuh. Dan Kalian masih pikir jika sahabat atau keluarga akan datang? Sepertinya Kalian harus percaya satu hal ini, sampai kapanpun Kamu akan berjuang sendiri tanpa ada siapapun yang berada di sisimu. Jadi, cukup percaya dengan dirimu sendiri dan jangan berharap apapun pada orang lain.

Ingat, keluarga dan sahabat hanyalah pendorong agar Kau semakin yakin dengan dirimu sendiri. Sedangkan sisanya adalah tekadmu yang entah akan membawamu pada kesuksesan atau bahkan bisa kegagalan. 

Jadi, berhati-hatilah.

Di sisinya terdapat sebuah foto yang selalu Adhka letakkan di nakas sebelah kasurnya. Foto sang adik dan dirinya yang tertawa lepas di sebuah pegunungan yang indah. Mereka tertawa seakan-akan tak memiliki masalah di hidupnya. Dan nyatanya, itu adalah tawa terakhir Mereka bersama orangtua Mereka.

Ardan dan Najwa.

Merekalah saksi tawa kedua anak Mereka.

Dan itu adalah sebuah tawa terakhir yang dapat dilihat oleh Ibu keduanya, Najwa Ralisha. Seorang wanita yang berhasil mencuri hati seorang Ardan Andromeda, seorang ketua geng motor yang amat disegani pada masanya, Salvadore. Dan Dia juga yang berhasil membalikkan kenyataan yang mengatakan jika orang baru akan kalah dengan orang yang selalu bersamanya sejak kecil.

Karena nyatanya, Najwa lah pemenang hati Ardan. Dan Tia kalah telak dengan hal itu.

Dan kenyataannya, sebuah perjuangan tak mesti memberikan hasil yang sesuai dengan apa yang Kita mau. Kita hanyalah manusia yang diminta untuk terus berjuang untuk menggapai apa yang Kita mau, sedangkan Tuhan adalah penentunya.

The Transmigration of Souls : The Same World [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang