06

6.4K 462 3
                                    

Pulang goblok, monyet kayak Lo harusnya ada di tempatnya.

-Mark Gialeno William-

•••

Lo pikir ini di novel?

Queen Zalena Andromeda-

•••

Masa lalu adalah masa lalu. Kita hanya bisa mengenang dalam memori dan hati Kita.

-NzwStry-

•••

Kringg

Waktu istirahat telah usai dan semua murid sudah kembali ke kelas masing-masing, kecuali untuk anak-anak yang berniat bolos tentu saja. Contohnya saja beberapa anggota Salvadore dan anak-anak bad yang masih terlihat santai di kantin. Kecuali untuk Dezan dan Mark yang memutuskan segera ke kelas Mereka. Sammy memicingkan matanya curiga, "Tumben Lo mau masuk kelas, Mark. Otak Lo lagi keseleo?"

Ctak

"Mana bisa gitu, Sutarno! Ihh, gemes, serasa pengen Gue tampar pake batu godam sumpah, Sam." Sammy melotot saat Adkha sudah mulai ancang-ancang menampar pipi mulusnya. Tidak boleh dibiarkan! Nanti kan kalau ketampanannya menurun kasihan para pacar yang sudah menunggu balasannya. "Heh, bersoda banget sih Lo jadi temen!" Laki-laki itu segera bersembunyi di balik punggung Dezan yang berdecak.

"Berdosa, goblok! Typo Lo murahan banget sih anjir!" Langit pun segera menyahut untuk membenarkan ucapan Sammy alias laki-laki tidak berakhlak ke dalam kosa kata Bahasa Imdonesia yang benar seperti yang dikatakan guru alias Bu Stevani yang bohay.

"Santuy dong, Mas Bro! Ngegas mulu herman!"

"WOY, NGAPAIN BAWA-BAWA NAMA BAPAK GUE ASU!" Tiba-tiba muncul teriakan cempreng dari arah meja kantin paling pojok dengan keempat gadis yang menjadi gadis-gadis badgirl yang dipimpin oleh Anindita Doer, alias Anin. "GUE LEMPARIN NIH KUAH BAKSO KE TAMPANG KEK PANCI LO ITU YE, DASAR PLAYBOY CAP KUDA!" Lanjut Anin dengan tatapan tajam menahan kekesalan yang sudah di atas ubun-ubun.

"KALEM CANTIK! GUE BERJANDA!"

"LO TUH DUDA, BUKAN JANDA KUDA NIL!"

"Bacot!" Yupz, itu suara Adkha. Dia menginstrupsi keduanya agar tak ada hal yang tak diinginkan seperti beberapa bulan yang lalu. Tatapan tajam penuh intimidasinya mengarah pada sang biang kerok yang menciut, Dia malah semakin bersembuyi di balik badan Dezan, "Apaan sih, Lo!" Namun hanya sebentar karena sang murid Olimpiade sekaligus  inti Salvadore yang paling lihai membuat strategi segera mendorong tubuh temannya dengan ekspresi jijik.

Dengan ekapresi yang dibuat-buat Sammy menatap Dezan dengan sedih, "Tega Kamu, Mas! Aku nggak bisa diginiin! Nggak bisa!"

Plak

"Anjim!" Saat Sammy ingin memprotes, Mark sudah menatapnya dengan datar. Tanpa perasaan Dia menarik telinga teman kurang warasnya lalu membawanya pergi dari kantin yang hening seketika. "Pulang goblok, monyet kayak Lo harusnya ada di tempatnya." Ucapnya yang masih menarik telinga Sammy yang sedang meringis kesakitan.

Dengan tampang memelasnya, Dia menatap beberapa orang yang hanya tersenyum puas. "HUAAA, TOLONGIN GUE  BOS! SINGA NGAMUK!!!"

Semua yang berada di kantin SMA Hengaladon tertawa lepas, bahagia melihat penderitaan laki-laki itu. Sampai-sampai Alex, pemimpin dari kumpulan badboy di sekolah itu tertawa paling keras dan berakhir mengeluarkan air matanya.

"Dia anggota Lo, Ad?" Tanyanya iseng setelah meredakan tawanya. Adkha mengalihkan pandangan pada Alex kemudian menjawab dengan santai, "Bukan. Gue nggak kenal."

Langit menatap bosnya tak percaya, "Anjir, tuh si onta nggak dianggep." Tawa semua orang pun terdengar.

•••

"Nanti Kita ketemuan di parkiran sekolah aja, kan?"  Zalen bertanya untuk memastikan. Takut-takut jika Dia salah menangkap informasi. "Lagian Gue juga ada urusan ke ruang guru."

Sandra, Viola, dan Zalen berada di depan kelas salah satu dari Mereka, 10 IPA 5. Mereka memang tak sekelas, namun setidaknya kelas Mereka bertiga berseberangan. Sandra yang berada di kelas 10 IPS 6 dan Viola yang berada di kelas 10 IPA 5. Dan pastinya Zalen di 10 IPA 6.

Sandra yang menyandarkan punggungnya di dinding pun mengiyakan, "Tenang, Gue juga harus ke ruang ekskul dulu. Ada urusan sama Bu Stevany. Yang harus Kita pikirin, gimana caranya buat nih bayi nyasar nggak ngeluyur kemana-mana." Sindirnya sembari melirik Viona yang tersenyum manis.

"Aku bakal tungguin kok, Aku pastiin nggak bakal kemana-mana. Beneran deh, nggak bohong! Yang penting Kita pulang bareng sama anak-anak Salvadore." Viola membalas dengan senyum ceria, Sandra merotasikan bola matanya malas, "Bucin teroooss!!"

Zalen menggeleng pelan, Dia terkekeh geli. "Gue sampai khawatir kalau ada cowok yang cuma permainin perasaan nih bayi nyasar, San. Contoh muka mau aja dibegoin." Celetuk Zalen yang terus menatap setiap inci wajah Viola yang tak bisa dibohongi kalau gadis itu sangat sangat cantik. Bahkan siswi-siswi SMA Buana masih berada jauh di bawah seorang Viola Gressham yang memang adalah orang bule asli, tepatnya dari Russia.

Sebenarnya bukan hanya Viola yang memiliki kecantikan yang tak normal, Sandra pun sama. Bahkan Mereka sudah menjadi seorang selebgram yang sudah mempunyai banyak pengikut sekaligus manager.

Viola merengut seketika, "Kenapa sih pada jahatin Aku mulu." Rengeknya dengan wajah memelas. "Aku bilangin Mark baru tahu rasa Kalian!" Sandra berdecih, sorotnya begitu sinis. "Ngaduan dih! Nih ya Cantik, sia-sia juga Lo ngadu ke Doi Lo kalau ujung-ujungnya Dia bakal ciut kalau ketemu sama Zalen."

Perempuan dengan wajah baby face itu mencak-mencak saat itu juga. "Tahu ah!" Setelah itu, Dia pun pergi ke kelasnya dengan raut wajah kesal yang minta dicubit. Lucu!

Zalen memutuskan untuk pergi ke kelasnya, ribet urusannya nanti kalau ada guru yang melihat kehadiran Mereka di sini. "Gue duluan."

"Yoi!"

Adik dari Adkha itu pun ingin membuka knop pintu. Namun kegiatannya terhenti saat menyadari sesuatu yang janggal. Dia melihat ke atas dan kemudian tersenyum miring. Zalen berujar dengan tatapan beku, "Cara Lo murahan banget ya, Sevien Rovella Collins. Lo pikir ini di novel?" Gumamnya. Dia memutuskan untuk pergi ke ruang guru saja untuk bertemu Bu Elisa.

Drap drap drap

Langkahnya terdengar di koridor kelas yang terbilang sepi. Ada beberapa kelas yang tenang, ada juga yang malah seperti kapal pecah. Itu terlihat dari jendela luar kelas. Di tengah perjalanannya, memori tentang dirinya bersama orang-orang di masa lalu datang. Rindu rasanya saat Dia bolos bersama kelima sahabatnya dan menghajar anak-anak geng motor yang tak punya akhlak. Rindu rasanya saat Dia bermain dengan sepatu roda ataupun skateboard-nya bersama laki-laki yang ia cintai sampai detik ini.

Ingin Ia bertemu dengan Mereka dan memeluk Mereka dengan erat seraya berkata, "Gue masih hidup!" Tapi sayangnya, Dia tak bisa melakukan hal itu. Karena Dirinya akan dianggap sebagai orang tak waras yang menganggap Dia sebagai orang lain yang sudah mati.

Masa lalu adalah masa lalu. Kita hanya bisa mengenang dalam memori dan hati Kita. Tak ada yang bisa Kita lakukan untuk mengubah ataupun melakukan hal gila lainnya.

Zalen pun akhirnya sampai di ruangan guru. Saat Dia ingin membuka pintu, pintu itu terbuka terlebih dahulu dan menampilkan Bu Elisa yang menampilkan wajah terkejut. Kebetulan sekali. Wanita itu tersenyum ramah, "Eh, Zalen, Kamu udah sembuh ya? Kebetulan Ibu mau ketemu sama Kamu."

Gadis berambut coklat kemerahan itu tersenyum canggung, "I-iya, Saya ju-juga mau ketemu sama Ibu. Takutnya ada hal penting yang harus diomongin." Bu Elisa terkekeh geli, "Santai aja sama Ibu, Zalen. Kan Saya udah sering ngomongin itu sama Kamu." Ujarnya dengan lembut.

"Iya, Bu."

The Transmigration of Souls : The Same World [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang