Extra Part

1.6K 140 10
                                    

Diam bukan berarti takut. Hanya saja Aku tidak ingin menjadi Anjing yang menggonggong tanpa arti. Tetapi Aku ingin menjadi Singa yang ditakuti karena diamnya.

-NzwStry-

•••

Langkah seseorang menggema di lorong yang amat gelap. Mata hitam cerahnya begitu bersinar dengan bantuan sinar rembulan. Langkahnya terhenti saat seseorang yang amat dikenalnya berteriak, "Maura! Tungguin, ish!"

Maura berdecak kesal, namun tak urung membalikkan badannya. Di sana terdapat Viola dan Alen yang mengejar dirinya. "Apa, sih?" Ketusnya dengan ekspresi datar. Rasanya gadis itu ingin sekali memotong leher kedua sosok yang selalu mengintilinya kemanapun Ia pergi.

Alen mengerucutkan bibirnya kesal, "Jangan galak-galak napa, Ra. Lagian Kita takut tahu di sini. Malah aneh nggak sih, seharusnya Kita udah ada di jembatan antara surga sama neraka, malah Kita bertiga ditempatin di kastil seram kek gini." Keluhnya seraya mencak-mencak.

Viola mengangguk menyetujui, "Iya. Emangnya Kita mau ngapain lagi, sih? Perasaan gak bisa tenang mulu."

Maura menatap keduanya dengan tatapan datar. "Emangnya Gue Tuhan? Mana Gue tahu lah, Bodoh! Lagian siapa juga yang mau di tempat kek gini. Dan mending Lo berdua menjauh dari Gue, Kalian berisik."

Sebelum Viola membantah, sebuah suara yang entah dari mana asalnya datang dan terdengar di indra pendengaran masing-masing.

"Halo, ketiga anak manusia terpilih." Seseorang yang tak bisa Mereka lihat wujudnya pun menyapa Mereka dengan semangat.

"Hai!"

"Apa?!"

Sosok misterius itu menggerutu tak terima, "Apa Kamu tidak bisa sedikit saja jadi tenang seperti perempuan lainnya, Maura? Huh, Aku jadi heran kenapa Kamu bisa menjadi salah satu orang terpilih itu." Perkataannya membuat gadis bermanik tajam itu mengernyit tak suka.

"Yang minta Gue di sini juga siapa. Lagian lebih enak langsung mati daripada ujung-ujungnya hidup dua kali tapi nggak tenang." Balasnya secara sarkas membuat Alen menepuk kepalanya pelan.

"Astaga, Maura, tenang." Pinta Viola dengan tatapan memelas.

"Jadi, siapa Kamu?" Tanya Alen dengan ekspresi kebingungan. Sosok misterius itu pun tersenyum penuh arti. "Panggil saja Aku Ivory, dan Aku memiliki tugas untuk Kalian bertiga."

"Apa?" Tanya Viola dengan tatapan penasaran. Ivory masih menampilkan senyuman yang amat menyebalkan untuk seorang Maura. "Tugas Kalian adalah melindungi salah satu penerus dari sahabat Kalian di masa depan. Kalian akan menjadi sosok alter ego untuknya dan harus bisa menjaganya dengan baik. Dan, ya, Dia memang terlihat memiliki kehidupan baik-baik saja, tetapi sebenarnya lukanya amat besar."

"Apa maksudnya? Dan siapa?"

Sosok bernama Ivory itu pun memunculkan sebuah hologram yang menampilkan seorang gadis manis yang asik dengan dunianya. Tak ada seorangpun teman yang biasanya selalu ada di sisi setiap anak kecil. Dia sendiri, hanya terdengar suara ketikan yang menandakan gadis itu sedang asik menulis sesuatu di laptop miliknya.

"Siapa Dia?" Maura mengulang pertanyaannya. Jujur, itu sangat membuang waktunya.

"Dia, Allytha Carvelyn Aldebaran. Umurnya sekarang menginjak delapan tahun. Di adalah anak dari Jung Sandra Carseline dan Mikelo Dimitrio Aldebaran. Orangtuanya yang selalu mengajarinya dengan sistem otoriter membuat kepribadiannya menjadi tertutup. Dan, ya, Dia memiliki satu sahabat di masa depan. Dan gadis itu akan dijaga langsung oleh Mark."

Ivory yang mengerti tatapan ketiganya pun menggumamkan sebuah nama yang akan Mereka ingat, "Shaula Herazka Xaviolina Genandra."

•••

So, kayaknya ini udah cukup^^

Sebelumnya, Aku, Gina, minta maaf kalau ada salah kata ataupun sesuatu yang membuat Kalian nggak nyaman membaca cerita ini. Dan makasih sekali lagi untuk semuanya.

Byeee-!!!🥰

The Transmigration of Souls : The Same World [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang