Hai semua.
Maaf kalo kemaleman, ketiduran huhu. Oh ya, ingetin lagi, jangan lupa baca storyku yang baru ya. Di profil ku Kaylalakayla.
Vote dan komen jangan lupa.
~
"Kita mau kemana sih, Ver? Disuruh bawa baju banyak lagi." Vero menaikkan kedua bahunya. Tadi pagi, Vero dapat telepon dari Vira. Katanya, mereka berdua harus ke rumah siang ini dan membawa beberapa pakaian di dalam koper.
Mobil Vero memasuki halaman rumah megah keluarga Vero. "Hai, Sayang! Akhirnya dateng juga. Mama kangen." Vero menatap cemburu mamanya dan Deana yang sedang berpelukan.
"Cih! Anak sendiri nggak disambut." Vero menghentakkan kakinya, pelan. Dia melengos, seperti anak kecil yang tidak dibelikan permen. Iva dan Deana tertawa melihat sifat kekanak-kanakan Vero.
"Sama papa aja sini." Deon merentangkan tangannya, agar Vero masuk ke pelukannya. Vero menatap, ngeri sekaligus terkejut papanya sendiri. "Hih! No! Nggak minat!"
"Musuhan banget sih kamu sama Papa. Ulu ulu, sini sini! Anak kesayangan mama." Vero tersenyum lalu menghambur ke pelukan mamanya.
"Wlek! Mama punya Vero, Papa pergi aja sana." Vero meledek Deon yang berdiri di ambang pintu.
"Ya udah, Deana buat papa ya?" Vero melotot, memperingati Deon. Iva terkekeh, lantas tangannya memukul pelan bahu anak lelakinya itu. "Udah, udah! Nanti lagi ributnya. Sekarang, masuk yuk!"
"Hai, De." Vira melambaikan tangan ke arah Deana. Deana tersenyum dan membalasnya. Vero mengamati pakaian Vira dan Bryan yang konsepnya sama.
Vero menyenggol pelan lengan Deana, kemudian menunjuk dua manusia itu dengan dagunya. "Aw! Ada yang, ekhm, ekhm, couple nih."
"Siapa?" tanya Vira. Vero menunjuk Bryan yang berada di belakang Vira. Vira membalikkan badan, melihat baju yang dikenakan Bryan. Kedua matanya melebar, mendapati mereka berdua memakai baju dengan konsep yang sama.
"Ih! Lu ikut-ikut gue ya? Lepas!" marah Vira.
"Apaan? Lu kali yang ikut-ikut gua." Vero tertawa melihat kelakuan mereka berdua. Sedetik berantem, sedetik kemudian akur lagi.
"Kalo sehati mah bilang aja kali," lirih Vero. Vero menghempaskan dirinya di sofa empuk ruang tamu keluarganya. Kakinya ia luruskan. Matanya terpejam.
"Eh, kok malah duduk! Ayo ih berangkat! Tiga puluh menit lagi pesawat kita take off nih." Vero membuka matanya. Menegakkan badannya, menatap bingung Vira.
"Lah, mau kemana?" tanya Vero. Vira melempar tiket pesawat ke arah Vero. "Ngapain ke Semarang?"
"Sebenernya nggak ke Semarang sih. Itu nanti kita naik mobil ke Villa Papa yang ada di Dieng."
"Liburan?" Vira mengangguk kecil.
"Iya! Udah cepetan. Nanti kita ketinggalan pesawat." Vero beranjak dan berjalan menuju mobilnya. Mengambil seluruh bawaannya dan Deana, lalu memindahkannya ke bagasi mobil keluarganya.
"Papa, Mama, nggak ikut?" tanya Vero. Deon dan Iva kompak menggeleng. "Papa sama Mama ada urusan di luar negeri."
"Soon ikut ya?"
***
"Kita duduk dimana?" tanya Deana. Vero mengamati sebentar. "Tuh, di situ."
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigration of Bad Boy
FantasyAnjir, gue dimana sih? "Nama saya Vero?" "Iya nama kamu Vero, Nak. Alvero Mahanta," Lah anjir, seinget gua nama gua Alvero Lucano dah! Kapan ganti namanya gua? Gue sebenernya dimana sih! Jangan bilang? Jiwa gue transmigrasi ke nih orang? Karena kece...