Extra Part

4.2K 395 25
                                    

~

"Bun! Sepatu Kakak dimana?" teriak Shena yang terlihat mencari sepatu berwarna abu-abunya. Dia berkali-kali membenahi rambutnya yang menjuntai panjang.

"Sepatu yang mana sih, Kak?"

"Yang abu-abu yang bawahnya pink sama putih." Deana tidak bisa mencarikan sepatu anak sulungnya itu karena tangannya yang berlumuran kunyit. Jika sepatu Shena terkena kunyit, Shena pasti akan marah 7 hari 7 malam lamanya. Deana pernah merasakan soalnya.

"Dek, cariin tuh sepatu Kakak. Tangan Bunda kotor soalnya. Cariin pasti ada di rak kok." Saka mengangguk lalu beranjak mendekati Shena. Dia mendorong Shena agar menjauh dari rak sepatu. Saka menundukkan tubuhnya, lalu meraih kotak sepatu yang berada di rak bawah sendiri.

Saka membuka kotak itu lalu memberikannya kepada Shena dengan raut wajah yang datar. Shena hanya meringis saat ingat dialah yang menaruh sepatu itu di dalam kotak. "Makasih Saka ganteng!"

Saka hanya mengangguk sekilas, lalu berjalan menuju meja makan. Shena memajukan bibirnya saat melihat sikap Saka yang masih dingin saja. Saka dan Saga begitu sejak kecil. Dingin sekali. Bahkan dengan keluarganya saja, mereka tak pernah menampakkan senyuman.

Shena segera memakai sepatunya, lalu menyusul Saka dan Saga yang sudah duduk anteng di meja makan. Saka terlihat memainkan ponselnya, sedangkan Saga membaca buku pelajaran. Jika dibandingkan, Saka memang jauh lebih bandel dari Saga. Saka terlihat jauh lebih berantakan dari Saga. Walau begitu, Saka juga lelaki yang baik, hanya terlihat sedikit urakan saja.

Kalau tau begini, gua gak mau punya adik bener dah!

Shena dengan kesal mengoleskan coklat ke lembaran roti tawarnya. Dari dulu dia berusaha untuk menghilangkan sifat dingin kedua adiknya itu, tetapi tetap tidak berhasil. Dia jadi menyesal mempunyai adik jika adiknya seperti mereka berdua.

"Ck!" decakan Saga saat kakaknya yang satu itu membuat kecerobohan lagi. Shena hampir saja menjatuhkan botol selai coklat karena terlalu brutal saat mengambil coklatnya. Untung saja Saga segera menahan botol itu.

Shena meringis malu. Mungkin ia tidak tahu malu, tapi dia berharap jangan sampai Saka dan Saga menghilang dari kehidupannya. Tanpa disadari, merekalah yang selalu menolongnya dari kecerobohan dirinya itu. Setiap dia melakukan kecerobohan, pasti Saka atau Saga yang akan menolongnya.

Shena jadi teringat dulu dapurnya hampir terbakar gara-gara kecerobohannya. Untung ada Saka dan Saga di rumah. Mereka berdua yang memadamkan api sebelum melahap dapur rumah mereka. Malamnya, Shena dimarahi habis-habisan oleh Deana.

"Hati-hati!" tegur Saga yang sedang mengelap tangannya dengan tisu. Shena dengan tanpa rasa bersalahnya, melanjutkan makan dengan santai dan tenang. Saga menggelengkan kepalanya pelan, lalu melanjutkan membaca buku pelajarannya.

"Bunda, Kakak berangkat duluan ya. Ada kelas pagi. Assalamualaikum!"

"Iya. Waalaikumsalam." Shena berlari keluar rumah lalu berangkat dengan mobil pemberian Vero.

"Berangkat sekarang, Boys?" tanya Vero. Saka dan Saga mengangguk, lalu beranjak mendekati Deana. Keduanya mengecup masing-masing pipi Deana lalu berucap, "Berangkat dulu Bunda. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

"Sayang berangkat dulu ya. Assalamualaikum." Vero mengecup sekilas pipi, kening, dan bibir Deana. Lalu berlalu sambil merangkul Saka dan Saga. "Waalaikumsalam, hati-hati!"

***

"Makanya kalo lagi nyetir mobil, jangan sambil main HP."

"Iya!"

Transmigration of Bad BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang