Aku mau saranin buat yang muslim, bacanya abis magrib sampai sebelum subuh aja ya.
Karena bisa bikin kalian halu, takutnya pahala puasanya berkurang.
Cuma saranin doang sih.
Ya udah mari kita baca chapter ini.
Go go go!
~
"Udah gue bilang kan? Nggak usah nyari masalah lagi sama si Daren, dia kalo diladenin nggak ada habisnya!" Deana memarahi Vero yang berada di depannya. Tangannya sibuk membersihkan dan membalut luka tangan Vero.
Sedangkan Vero, dia memandang kosong ke arah pintu UKS. Berharap agar sesosok yang ia tunggu, membuka pintu tersebut dan menjenguknya.
Tapi, nihil. Bukannya sosok yang ia tunggu, tapi malah Bryan yang masuk sambil membawa beberapa makanan untuk Vero dan Deana.
Vero membuang napasnya kasar dan mengalihkan pandangannya ke tangannya yang sudah berbalut perban putih.
"Lo bukannya yang waktu itu dikeroyok orang ya? Di jalan!" Bryan mengangguk kecil menjawab pertanyaan Deana barusan. Bryan membukakan bubur yang ia beli untuk Vero tadi.
"Makan!" Bryan menyodorkan bubur tersebut ke hadapan Vero. Seketika Vero membulatkan matanya. Hello! Dia tidak sakit yang benar-benar sakit ya, lengannya hanya tergores pisau, bukannya demam atau apa pun itu.
"Tinggal bubur doang di kantin, makan!" nampaknya Bryan tahu apa yang dipikirkan Vero. Vero pasrah. Dia mulai menyendokkan bubur itu ke mulutnya.
Bryan menatap kasihan Vero. Ia tahu sahabatnya itu sedang banyak pikiran. Ditambah lagi, sikap Vira yang cuek terhadap Vero. Kenapa Vira seperti itu? Entah lah, Bryan pun tidak tahu.
"Bry gue mau pulang aja, badan gue lagi nggak enak."
"Ya udah, nanti gue ambil tas lu ama tas gue, De, anterin dia ke mobil ya." Deana mengangguk. Ia mempercepat makannya dan membantu Vero berjalan ke mobilnya.
"Makasih ya!" Bryan masuk ke dalam mobil dan menjalankan mobilnya meninggalkan sekolah. Sesekali dia melirik Vero yang sedang menatap kosong jalanan lenggang Jakarta siang itu.
***
"Ver! Woy! Ayo keluar makan!" Bryan sudah berdiri selama lima menit di depan pintu Vero. "Woy! Ver! Turun ayo! Makan! Lo baru makan dikit tadi siang!"
Bryan memutar gagang pintu Vero. "Loh, nggak dikunci. Terus gue ngapain dari tadi?" Bryan perlahan masuk ke dalam kamar Vero. Terlihat, Vero sedang terbaring di tempat tidurnya.
"Ver! Ayo bangun, makan!"
"Ver!" Bryan memegang tangan Vero. Bryan terbelalak. Tangannya kini menyentuh jidat Vero. "Ya Allah, panas banget badannya."
Bryan berlari turun ke dapur. Ia menuangkan air panas di baskom dan mengambil satu handuk kecil. Ia lalu kembali berlari ke kamar Vero. Dengan telaten Bryan mengompres kening Vero.
Kasian banget lo Ver. Ampe sakit gini gara-gara mikirin Vira. Lagian Vira kenapa sih? Diemin Vero ampe segitunya? Kalo ada masalah omongin lah baik-baik.
***
Bryan terduduk dengan mata tertutup. Semalaman ia begadang menjaga Vero. Sesekali ia keluar dari kamar Vero untuk mengganti air yang sudah dingin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigration of Bad Boy
FantasíaAnjir, gue dimana sih? "Nama saya Vero?" "Iya nama kamu Vero, Nak. Alvero Mahanta," Lah anjir, seinget gua nama gua Alvero Lucano dah! Kapan ganti namanya gua? Gue sebenernya dimana sih! Jangan bilang? Jiwa gue transmigrasi ke nih orang? Karena kece...