Janji Siswa

388 7 2
                                    

Bel masuk berbunyi. Dimas dan Dita memasuki kelas Merkurius. "Perhatian semuanya. Hari ini kita bakal belajar baris berbaris. Kalian bawa topi yang saya suruh kan?" Ucap Dimas. "Siap kak!" Ujar mereka serempak. "Oke, sekarang ikutin saya sama Dimas ke lapangan." Para murid gugus merkurius berjalan menuju lapangan, diikuti Dimas dan Dita. Tiba-tiba..... "dim. Tadi lo bareng sama anak gugus kita ya? Siapa namanya?" Tanya dita. "Oh itu. Iya. Nca namanya." Ucap dimas sambil senyum sendiri. "Hah? Nca? Emang ada ya? Ada juga ncep noh. Satpam sekolaan." Dimas yang menyadari hal tersebut langsung menjawab "hahaha. Iya nca itu panggilan gue buat dia. Itu si Annisa yang duduk di bangku kedua dari depan." Dita yang mendengar hal itu merasa risih saat tau bahwa dimas memiliki nama panggilan untuk gadis tersebut. "Lebay lo dim. Pake nama panggilan gitu. Alay." Ujar dita meninggalkan dimas. Dimas tak menghiraukan ucapan dita yang terkesan tidak suka tersebut.

Sesampainya di lapangan. Masing-masing gugus di pimpin oleh leadernya, memulai baris-berbaris. "Jalan di tempat, grak!" Ujar dimas. Mata dimas tak bisa lepas dari Annisa. Iya terus memperhatikan Annisa, apalagi saat ini rambut panjang miliknya dikuncir satu, dan itu membuatnya terlihat lebih........manis. Dimas tersenyum sendiri. "Berhenti, grak! Kamu bisa jalan ditempat nggak sih?! Lemes banget! Pahanya tuh harus sejajar. Ngga boleh kerendahan, ngga boleh ketinggian. Ngga pernah diajarin apa pas SMP?!!" Ujar dita kepada Annisa. Dimas yang melihat hal tersebut merasa ada yang aneh, karna ia merasa annisa tidak melakukan kesalahan apapun, bahkan annisa melakukannya dengan sempurna. "Maaf kak, tapi saya rasa saya sudah melakukannya semaksimal mungkin" ucap annisa. "Ngelawan lagi kamu. Berani sama saya? Hah?!" Dimas yang melihat hal tersebut mengambil alih. "Nisa, kamu pindah kedepan. Biar saya bisa liat gerakan kamu." Ucap dimas. Dita merasa bahwa itu hanya alih-alih Dimas agar ia bisa lebih bebas memandangi annisa. Cih. "Baik kak" ucap annisa seraya bertukar posisi dengan temannya. "Jalan di tempat, grak." Ucap Dita. "Langkah tegak maju, jalan" mata dimas terus tertuju pada annisa. Ia terlihat terlatih dalam hal.baris berbaris. Di otaknya mulai muncul ide. "Ini anak gue ajakin masuk Paskib aja kali ya. Biar makin deket. Haha" ujar dimas dalam hati. Akhirnya baris berbaris pun selesai. "Oke, tadi saya sama Dita sudah liat perform kalian pas baris berbaris. Karena setiap kelas harus ngasih 3 perwakilan buat upacara penutupan besok, saya sama dita mutusin yang ikut adalah Zevanya, Annisa, dan Adam. Nama yang saya sebut bisa ikut saya, dan yang lainnya ikut dita ke kelas. Selamat siang."

"Siang kaaaak!!!." Murid gugus merkurius kembali ke kelasnya terkecuali ketiga orang yang disebut namanya tadi. Perwakilan dari setiap kelas berkumpul menjadi satu. Mereka di tes kembali. Dan di saring untuk mencari yang terbaik. Akhirnya terpilihlah beberapa dari mereka. "Saya akan bacakan susunannya, pengibar bendera doni, zaki, pandu, tiara, amanda, ajeng, dea, melan, dan indah. Pemimpin upacara adam. Danton irfan. Dirijen bunga. Pancasila galuh. UUD ratu. Doa nanda. Janji siswa annisa. Tolong yang namanya disebutin tadi, ke posisinya masing-masing. Terimakasih." (Btw nama nama yg disebut ini ada yg gue lupa, jadi ada yang asal.) Ujar Aldy, ketua OSIS SMA Harapan Kita. Annisa menuju posisinya dan guess who yang bakal ajarin dia? Ya, dimas. Sebenarnya annisa sebagai pasukan pengibar. Namun dimas lah yang meminta aldy untuk mengganti annisa dengan yang lainnya, dan ditukar menjadi pembaca janji siswa. Untungnya aldy adlah teman yang pengertian, jadilah annisa bersama dimas. "Halo nca. Gimana? Bosen ya ketemu gue?" Ucap dimas sambil tersenyum. "Iya kak, bosen banget. Di kelas ketemu lo, eh disini sama lo lagi. Udah buru kak, ajarin" ucap annisa santai. "Wah udah berani panggil gue lo nih? Nyuruh lagi. Inget yaaa, lo masih masa MOS. Jangan semena-mena sama senior." Annisa memandang dimas "maafin saya ya kak dimas GANTENG" ucap annisa seraya menekan kata ganteng. "Waaah ngaku juga lo gue ganteng. Hahahaha. Yaudah nih baca. Hafalin. Ngga susah kan? Kalo udah hafal. Gue mau denger." Perintah dimas. Annisa mengangguk dan mulai menghafal janji siswa. Dimas memperhatikan annisa yang serius menghafal. Ia terlihat manis saat menghafal dengan wajah serius seperti itu. "Kak, udah nih. Saya mau coba bacain di depan kakak." Sontak dimas kaget karna sedang melamun tentang annisa. "Ng... oh udah ya? Yaudah coba." Annisa mengambil nafas dalam-dalam dan membuangnya secara perlahan. Ia mengucapkan janji siswa dengan lantang dan baik. Akan tetapi badannya tidak bisa diam. Bergerak-gerak seperti boneka mainan yang dimasukkan koin. Dimas terkekeh melihat hal tersebut. "Yaampun nca, lo kalo nervous goyang-goyang gitu ya? Lucu banget kayak boneka yang dikasih koin langsung gerak. Hahahaha" seraya mencubit pipi annisa. Wajah annisa bersemu merah. "Apan sih kak cubit-cubit. Sakit tau." Ucap nisa. "Hahaha. Jangan tegang dong nca. Gue gamau besok pas upacara, lo begini. Diketawain yang ada. Ohya, nggak usah ngeblush pipinya. Ntar gue makin suka." Ujar dimas keceplosan. Wajah annisa makin memerah. Tanpa sepengetahuan dimas, annisa pun menaruh rasa terhadapnya. "Cie yang ngeblush. Hahahaha. Udah-udah, lo udah bagus kok. Cuma gue minta jangan goyang-goyang kayak tadi. Oke?" Annisa hanya mengangguk, tanda mengiyakan. Akhirnya baris berbaris pun selesai. Mereka bersiap untuk pulang. Bel pulang berbunyi. "Nisa, aku duluan ya, udah dijemput" ucap vanya, teman sebangku annisa. "Iya van, hati hati yaaaa." Vanya mengangguk dan meninggalkan annisa. Saat annisa keluar kelas. Seseorang menarik tangannya, ya, dimas. "Pulang bareng ya nca, ngga pake nolak." Annisa mencoba melepaskan tangannya yang di cengkram dimas. "Ga usah narik kayak gini kak. Iya aku bakal ikut, tapi aku sms supirku dulu, buat ga usah jemput." Akhirnya dimas melepaskan cengkramannya sambil tersenyum. Annisa mengetik sebuah pesan singkat di handphonenya. "Udah kak, ayo." Akhirnya mereka berjalan bersama menuju parkiran. "Hai nisa" "nisa, manis banget sih" "nisa besok aku jemput ya" "nisa coba kita sekelas" ucap para lelaki yang saat itu berada di parkiran. Annisa hanya membalasnya dengan senyumannya. Dimas merasa risih dengan para.juniornya yang mencoba menggoda nisa. "Nca, ayo naik. Udah mau sore." Ujar dimas. "Duluan ya semuanya" ujar nisa pada mereka yang menggodanya. "Hati hati nisa. Abang tunggu besok ya. Kita pulang bareng." Dimas merasa kupingnya panas mendengar ucapan pria tersebut. Akhirnya dimas memacu sepeda motornya menuju rumah annisa. "Stop di rumah yang pager hitam itu ya kak." Dimas memberhentikan motornya. "Mau mampir dulu ngga kak?" Tanya nisa. "Mmm, next time aja ya. Udah sore juga. Ngga enak masih pake baju sekolah." Ujar dimas. Annisa tersenyum dan berkata "makasih banyak ya kak. Hati-hati." Dimas membalas senyuman annisa. "Iya nca... aku pulang dulu ya. Besok aku jemput dan pulang aku anter. Ngga ada penolakan. Assalamualaikum." Annisa mengangguk "waalaikumsalam." Annisa masuk kerumah dengan perasaan yang tidak bisa ia jelaskan. Yang jelas ia bahagia. Selama perjalanan menuju rumah dimas, tak henti hentinya ia tersenyum. Ia masih mengingat saat annisa gugup membacakan janji siswa. How cute you are,nca. Ucap dimas dalam hati.

---------------------------------

Hai hai. Maaf ya kalo ceritanya pendek pendek. Btw gue lanjutinnya nanti yaaaa. Capek ngetiknya. Haha. Selamat menunggu kisah dimas dan nisa.selanjutnya yaaaa. Hehe

dia bukan pilihanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang