(sweet)disaster

437 7 0
                                    

*author pov*

Tak terasa kedekatan dimas dan nisa sudah terjalin hampir 2 bulan lamanya. Semakin hari dimas dan nisa semakin membuat siapa saja yang melihatnya menjadi iri. Sejalan dengan kedekatan mereka, ada hal lain yang membuat dimas tidak salah jatuh cinta pada nisa. Nisa sangat pandai memasak. Tak jarang nisa membuatkan bekal untuk mereka makan saat istirahat. Bahkan saat nisa main ke rumah dimas. Ia memasak untuk mama dimas dan juga dimas. Benar benar menantu idaman, ujar mama dimas saat mengetahui wanita yang anaknya bawa kerumah.

*flashback*

"Nca ikut ke rumah aku ya nanti. Mama penasaran sama kamu." Ucap dimas pada nisa. Saat itu mereka sedang ada di teras belakang rumah nisa. "Pasti kamu cerita aneh aneh ya sama mamamu?" Ya, nisa sudah tidak memanggil dimas dengan sebutan "kak", dimas lah yang memintanya. "Ngga koook. Masa aku cerita yang aneh aneh sih tentang calon sendiri." Ucap dimas menggoda nisa. "Calon calon, emang aku mau kampanye? Haha. Yaudah iya. Aku ganti baju dulu ya kak." Jawab nisa. "Bentar nis." Tiba tiba..... cup. Sebuah kecupan hangat mendarat di pipi nisa. Jantung nisa rasanya ingin copot. Mukanya memerah menahan malu. "Iiiiiiiiih kamu mah. Main nyosor aja." Ucap nisa menggelitiki dimas. "Hahahahahaaaaampuuuuun. Iya iya maaf. Stop nca ah." Akhirnya nisa menghentikan aksinya. "Aku tuh seneng kalo liat pipi kamu nge blush. Nah makanya aku cium biar blush nya meraaaaaaaaah banget." Goda dimas sambil menaik turunkan alisnya. "Auah. Udah aku mau ganti baju dulu." Belum sempat nisa berdiri, dimas menahan tangannya. "Disini kan belum nca." Ucap dimas sambil memonyongkan bibirnya. "In ur dream!" Ucap nisa sambil mendorong bibir dimas dengan tangannya. Nisa pun segera berlari menuju kamarnya sebelum dimas melakukan hal aneh lainnya. "Jahat banget sama calon sendiri!!!" Ujar dimas. Setelah beberapa saat menunggu akhirnya nisa selesai. "Yuk kak." Dimas memeluk nisa saat melihat gadisnya itu. "Mana mau aku berbagi kamu kalo kamu secantik ini nca. Ngga akan mau." Ucap dimas. Nisa membalas pelukan dimas. "Kalo aku kamu peluk gini, kapan kita berangkatnya sih dim?" Ujar nisa. "Haha. Yaudah yuk." Akhirnya dimas dan nisa pergi meninggalkan rumah nisa.

Sesampainya di rumah dimas. "Assalamualaikum, ma dimas pulang nih bawa pesenan mamaaaa." Nisa mencubit pinggang dimas. "Aduh sakit tau nca. Main cubit cubit. Mending juga cium. Mumumumumumu" sambil memonyongkan bibirnya. "Mesum mulu sih dim! Lagian aku dibilang pesenan. Emang barang belanjaan." Ucap nisa. "Pesenan apa dek? Perasaan mama ngga pesen apa apa." Ucap mama dimas sambil berjalan dari dapur. Saat ia melihat sesosok gadis manis di samping anaknya, wajahnya langsung tersenyum. "Aduh siapa ini namanya? Manis banget kamu." Nisa menyalami tangan mama dimas. "Annisa tante. Hehe." Mama dimas langsung mengelus kepala nisa. Karena jujur ia menginginkan anak perempuan, akan tetapi ia dikaruniai 2 jagoan. "Oh ini toh dim, yang sering kamu ceritain ke mama. Kalo gini sih, udah lah besok kita ke rumah nisa, langsung lamar." Canda mama dimas. "Mama apaan sih. Dikira nikah gampang apa. Enak sih, tapi ntar nisa mau dimas kasih apa?" Jawab dimas dengan muka merah. "Husss. Tau tauan darimana kamu enak? Awas ya dim, kalo macem macem." Ancam mama dimas. "Lah, kalo ngga enak, mana mungkin semua orang pada mau nikah. Engga lah ma, dimas suma semacem kok." Jawab dimas sambil mentoel dagu nisa. "Ye anak orang di colek colek. Dikira sambel apa? Maafin dimas ya nis, otaknya rada setengah. Tante juga bingung. Haha." Ucap mama dimas. "Ngga apa apa tante. Udah biasa aku mah sama ke gilaan ka dimas. Haha." Timpal annisa. "Mulai deh mama kalo udah ketemu tim horenya. Langsung jatohin dimas. Terus aja ma. Teruuuuus. Baru rasa nanti kalo dimas gamau jadi anak mama." Jawab dimas sambil sok ngambek. "Ya ngga apa apa. Kan udah ada nisa, yang bakal gantiin kamu jadi anak mama. Mau kan nis?" Goda mama dimas. "Tenang tante, aku ngga gila kok kaya ka dimas. Jadi tante bakal seneng punya anak kayak aku. Haha." Timpal nisa. "Ah auah bete. Udah sana mama ke dapur lagi. Masak. Aku mau ngobrol sama nisa." Usir dimas. "Semprul kamu. Mama sendiri diusir. Lagian nisanya ngga keberatan kok. Yeeee." Jawab mama dimas. "Tau nih ka dim. Ohya tante lagi masak? Nisa ikut dong taaaan." Ucap nisa. "Nah boleh nis. Tante denger dari dimas, kamu suka bawain bekel buat dia. Makanya nis, kalo udah pulang sekolah, pasti ngga mau makan. Bilangnya udah makan masakan bidadari." Goda mama dimas. Muka dimas memerah. "Ah mama apaan sih. Bongkar aja terussss. Udah ah bete. Dimas ke kamar aja." Ucap dimas ngambek sambil berjalan menuju kamarnya, membiarkan mamanya dan nisa tertawa melihat tingkahnya. "Dimas tub gitu nis. Masih kaya anak kecil. Tapi dia dewasa kok anaknya, kadang doang aleman kayak anak kecil." Ujar mama dimas. "Haha. Iya tante. Gapapa kok. Nisa juga udah biasa. Yuk tan masak." Ajak nisa. Akhirnya nisa dan mama dimas memulai ritual memasaknya. Nisa terlihat sangat telaten dan cekatan saat memasak. Hal ini membuat mama dimas yakin akan pilihan anaknya yang tak salah. Ia merasa telah jatuh cinta pada pandangan pertama pada gadis yang anaknya bawa itu. Bahkan ia berharap jika nisa lah yang akan menikah dengan dimas.

dia bukan pilihanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang