janji kelingking?

377 5 0
                                    

*author pov*

Pagi ini annisa memutuskan untuk berangkat ke sekolah lebih awal. Ia tak ingin berangkat bersama dimas. "Loh, kak, pagi banget kamu mau berangkatnya." Ujar ayah nisa. "Iya yah, nisa ada janji sama vanya mau berangkat pagi. Biasa yah, dia lagi ada masalah. Butuh temen curhat. Ngga apa apa kan nisa bareng ayah?" Ujar nisa berbohong. "Oh gitu. Yaudah ayo kita berangkat." Ajak ayah nisa. "Ma, nisa berangkat dulu yaaa. Assalamualaikum." Seraya menyalimi tangan mamanya.

"Ayah juga ya ma, assalamualaikum." Sambil mencium kening istrinya. Nisa merasa iri terhadap ayah dan mamanya, bisa bisanya mengumbar kemesraan di depan anaknya yang sedang galau itu. "Iya hati hati ya yah. Eh kamu ngga bareng dimas kak?" Tanya mama nisa heran. "Ngga mah, kak dimas ada urusan. Hehe. Dah maaaa" akhirnya annisa berangkat bersama ayahnya. 15 menit kemudian terdengar suara motor di depan rumah annisa. Mama nisa membuka pintu rumahnya. "Loh nak dimas. Nisa nya udah berangkat tadi sama ayahnya. Tadi kata nisa, nak dimas ada urusan. Makanya dia bareng ayahnya." Ucap mama nisa sedikit keheranan. Dimas bingung mendengar ucapan mama nisa. Ia tau alasan nisa tidak ingin berangkat bersamanya. Pasti karna kejadian semalam. "Oh iya tante, tadinya dimas memang ada urusan, tapi ngga jadi. Kalo gity dimas pamit ya tan. Assalamualaikum." Seraya menyalimi tangan mama nisa. "Waalaikumsalam. Hati hati ya nak dimas." Mama nisa kembali masuk ke rumahnya dengan penuh tanda tanya. Karena wajah dimas tidak bisa menutupi kebingungannya atas penjelasan mama nisa. Dimas memacu motornya dengan sangat kencang. Ia hilang arah. "Sial. Dimas bego. Bahkan lo udah bikin jarak diantara lo sama nisa. Dimas bego." Tak henti hentinya ia memaki dirinya sendiri. Sesampainya di sekolah. Dimas menuju lantai 4, dimana kelas nisa berada. Ia mencari sosok yang membuatnya seperti ini. Gotcha! Dimas menghampiri annisa yang sedang asyik membaca novel. "Nis. Aku mau ngomong." Ntah mengapa dimas memanggil nisa dengan 'nis' bukan 'nca'. Annisa sontak kaget saat mengetahui bahwa dimas menghampirinya. "Disini kan bisa. Nisa lagi sibuk." Ucap nisa acuh. "Ngga nis. Banyak orang. Ayo ikut aku." Ucap dimas menarik tangan nisa. "Namanya sekolahan banyak orang. Mau sepi? Ya di kuburan sana." Ucap nisa seraya menghentakkan tangannya yang ditarik dimas. "Nis aku cuma mau nyelesein semuanya. Ayo ikut aku sebentar." Akhirnya nisa luluh juga. Sejujurnya ia juga tak ingin terus seperti ini dengan dimas. Annisa dibawa dimas ke green house sekolah. Disana ada tempat duduk yang biasa digunakan untuk beristirahat oleh para siswa. Untungnya jam masih menunjukan pukul 6.00 a.m. sehingga sekolah masih tidak terlalu ramai.

"Nis. Kamu kenapa sih? Aku ada salah sama kamu? Bilang nis. Jangan ngediemin aku. Bahkan sampe berangkat duluan."

"Aku ngga apa apa kak. Tadi emang mau berangkat sama ayah."

"Jangan bohong nis. Aku tau. Kamu marah gara gara aku ngomong soal mantan kamu semalem kan?"

Annisa terdiam sejenak. Ia merasa sebaiknya ia jujur kepada dimas.

"Kaka mau denger yang jujur kan?" Dimas mengangguk yakin.

"Oke aku jujur. Pertama, iya aku agak sedikit marah sama kakak. Karena nanya nanya hal yang menurut aku pribadi, dan kondisinya disitu aku lagi labil. Kedua, tentang perasaan aku ke mantanku, jujur aku masih sedikit sayang sama dia. Karena ngga muna kak, aku pacaran 3tahun. Dan baru putus pas UN kemarin." Jawab nisa jujur. Dimas menatap mata nisa intens. Ia mencari kebohongan disana, tapi yang ia lihat annisa benar benar jujur padanya. Tubuh dimas lemas. Ia menggenggam tangan nisa. "Kamu tau kenapa aku manggil kamu nis, bukan nca? Karna aku tau kamu yang kemarin malem sampe detik kamu mau jujur, itu bukan nca yang aku kenal. Nca yang aku kenal itu selalu senyum, ngga pernah bohong. Nca, aku tau emang susah lupain seseorang yang pernah bareng kita, apalagi udah 3tahun, tapi aku mau kamu bangkit nca. Ada aku yang selalu buat kamu." Ucap dimas tulus. Annisa merasa ucapan dimas ada benarnya. Untuk apa ia masih galau soal dika? Sementara dika belum tentu seperti itu.

"Maafin nisa ya kak. Nisa cuma lagi kalut. Maaf." Tetesan airmata mengalir di wajah manis annisa. "Ssssst. Udah jangan nangis. Kamu ngga salah nca. Lagian aku juga egois, mentingin emosi aku yg mau tau soal perasaan kamu ke mantan kamu. Udah jangan nangis. Jelek tau. Senyum dooong." Ucap dimas sembari mencubit pipinya. Annisa tersenyum kepada dimas. Ia merasa, dimas memang orang yang tepat dan ia tidak salah menjatuhkan hatinya pada sesosok dimas. "Nah kan gitu maniiiiis." Goda dimas. "Ih apaan sih kaaaak. Udah dari dulu kaliiii. Haha. Udah yuk kak, ke kelas." Ajak nisa. "Ngga mau. Dikelas aku ngga ada kamu sih." Goda dimas. "Lenjeh!!! Ayo buruan ah." Ajak nisa sambil menarik tangan dimas. Dimas yang diperlakukan seperti itu merasa lucu. Andai mereka tidak ada di sekolah, dimas pasti akan membawa annisa kedalam pelukannya.

"Eh kamu ambil ekskul apa nca?" Tanya dimas sambil berjalan berbarengan dengan nisa menuju kelas. "Belum tau kak. Tapi aku bakal ambil banyak kayaknya. Haha. Aku mau ambil paskibra, silat, jurnalistik, france club, basket, dan mungkin japanese club." Cerocos nisa. "Nca. Ini ekskul, bukan daftar belanjaan. Yakin bisa semuanya?" Tanya dimas. "Hmmmm. Insha allah kak. Haha. Kita ngga pernah tau kalo kita ngga nyoba." Ujar nisa. "Tapi aku saranin maksimal 3. Kasian badan kamunya. Mending paskibra aja yuk nca. Aku juga paskibra kok. Tapi mungkin karna udah kelas 3, jadinya udah ngga sibuk ngurusin ekskul."

"Halah. Nyuruh aku maksimal 3. Kaka sendiri? Paskibra, futsal, basket, silat. Apa bedanya?"

"Lah tau darimana kamu? Perasaan aku ngga pernah cerita." Tanya dimas.

"Ya emang mata aku buta apa. Noh di lemari piala, banyak nama kaka. Dasar mr.eksis." canda nisa.

"Hehehe. Aku kan udah ngga sesibuk itu nca. Udah aku kurangin. Aku cuma gamau kamu terlalu diforsir. Nanti sakit." Ujar dimas khawatir. Pipi nisa memerah, ia merasa senang diperhatikan seperti itu. "Iya kaka baweeeel. Nanti aku pikirin yaaaa mana yang aku emang minatin." Jawab nisa. "Nah gitu doooong. Nca, janji sama aku ya, jangan pernah inget dia lagi. Buka lembaran baru sama aku ya." Ujar dimas. "Iya kaaaaak. Aku janji." Timpal nisa dengan senyuman manisnya. "Janji jari kelingking?" Tanya dimas sembari mengacungkan kelingkingnya. "Janji jari kelingking." Jawab nisa sembari menyambut kelingking dimas. "Yaudah sana naik. Aku ke kelas dulu. Pulang bareng aku ya nca." Ucap dimas. "Oke kak. Daaaah." Akhirnya nisa berjalan menuju kelasnya yang terletak di lantai 4. Sedangkan dimas masuk ke kelasnya yang berada di lantai 2.

Terimakasih nisa sudah mau mempercayaiku untuk mengisi hari harimu. I love you.

--------------------------------

Wooooy! Hahahaha. Maaf ya bikin kalian nunggu. Namanya juga manusia biasa. Punya aktivitas lain, demi masa depan yang cerah bersama nca. (SEMUA BILANG? AAAAAAAMIIIIIIIIIIN!) Haha. Cie akhirnya baikan sama nca. Wkwkwkw. Ditunggu part selanjutnya yaaa. Maafkeun kalo lama, soalnya sembari nginget nginget. Maklum ini kan udah hampir 6tahun yang lalu. Jadi ada yang lupa lupa dikit. Happy reading. ;)

dia bukan pilihanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang