Sudah satu Minggu sejak pertemuan terakhirnya dengan Trisha, gadis itu belum lagi terlihat datang ke Yours Cafe. Entah mengapa Ervan merindukannya. Meski Ervan tahu, kalau Trisha akhir-akhir ini sibuk dengan tugas kuliahnya. Mereka sempat berkabar lewat pesan singkat.Hari Minggu, mungkin bagi sebagian orang adalah akhir pekan dengan segala agenda liburan atau hanya sekadar bersantai di rumah, tetapi tidak dengan mahasiswa seni rupa semester lima. Tugas melukis yang berjibun kerap kali membuat Trisha begadang hingga stres.
Gadis dengan rambut yang diikat satu ke belakang itu tampak frustrasi, matanya terpejam, punggungnya menempel lemah pada sandaran kursi. Di hadapannya, ada sebuah kanvas yang sudah tidak polos lagi. Cat warna arkelik sudah menoreh di sana-sini, menampilkan penampakan sebuah hutan rindang dengan pepohonan menjulang.
Trisha masih memejam, ia sedikit lelah. Namun, ketukan pintu studionya memaksanya kembali membuka mata.
"Non, ada tamu, katanya temen Non Trisha," ucap Rahayu.
"Siapa?" Trisha terheran, kalau Jesslyn dan Dira, mereka pasti langsung diperbolehkan masuk oleh security. Namun, tidak mungkin juga mereka datang kemari, mereka berdua juga disibukkan dengan hal yang sama.
"Katanya, namanya Ervan."
"Ervan!" Trisha terkesiap, seketika bangkit dari posisinya.
"Bibi baru lihat kalau, Non Trisha punya teman cowok." Rahayu tersenyum menggoda Trisha yang masih dalam mode terkejut itu.
"Suruh dia masuk, Bi. Aku mau cuci tangan dulu." Trisha tampak terburu-buru melepas apronnya yang melakat. Ia sudah meninggalkan studio menuju kamarnya.
"Kenapa Ervan tiba-tiba datang tanpa memberi tahu? Mana aku lagi kacau begini," gumamnya sambil berjalan tergesa-gesa menuju ruangan wardrobe-nya. Ia menggeser lemari kaca dengan sederet baju yang menggantung. Tanpa banyak pertimbangan, ia meraih sepotong baju dari sana, berganti pakaian lalu menyisir rambut agar terlihat lebih rapi. Tak lupa ia juga memakai riasan tipis-tipis agar wajahnya terlihat segar. Satu lagi, ia menyemprotkan parfum andalannya.
Ervan duduk tenang di ruang tamu yang luas dengan interior mewah itu. Sambil menunggu, sepasang mata jelaganya mengitari tiap sudut. Tatapannya kemudian terpaku pada sebuah bingkai foto keluarga. Di sana, ia dapat melihat satu keluarga utuh dalam nuansa formal. Netranya menyorot tajam pada seorang pria berbalut setelan jas hitam yang berdiri tepat di samping Trisha, rahangnya mengeras. Lagi, ingatannya seperti diseret kembali ke belakang.
"Apa ini?" Seorang wanita paruh baya mendapati sebuah benda yang membuat keningnya berkerut.
Dengan ragu-ragu ia meraih benda berukuran kecil memanjang itu dari dalam tong sampah. Kerutannya semakin dalam, tatkala ia mendapati dua garis merah muda di sana.
"Ini?" gumamnya terbata, perasaannya tidak nyaman. "Kinan!" panggilnya mulai kalut. "Kinan!"
"Ada apa, Bu?" Ervan muncul dengan tergopoh-gopoh dari kamarnya.
"Mana Kakakmu?"
Ervan melihat raut cemas dari wajah ibunya. "Bukannya di kamarnya?"
"Kinan!" Wanita paruh baya itu berlalu begitu saja menuju kamar anak gadisnya.
"Kinan!" panggilnya sambil mengedor pintu.
Ervan terdiam, masih mencoba mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Kenapa air muka ibunya mendadak panik?
"Ibu, ada apa?" Akhirnya Ervan tak bisa menahan diri untuk memastikan apa yang sebenarnya terjadi, ketika ibunya terlihat kalut dengan suara bergetar menahan tangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jagat Raya Trisha (Completed)
RomanceAwalnya Ervan berniat untuk mempermainkan gadis bernama Trisha Putri Admaja, menghancurkan masa depannya, lalu ia tinggalkan begitu saja. Persis seperti perlakuan yang didapat kakak perempuannya dulu. Dendam serta kebencian mengalir deras di dalam d...