PROLOG

8.1K 474 89
                                    

Assalamualaikum dear, maaf ya tadi sempat aku unpublis ceritanya. Soalnya ada beberapa bagian yang aku ganti.

Dulu judulnya kan RAFKAYSYA, sekarang Jadi RAFKAYSA. Tetap mirip kok, cuman nama Aysya aku ganti jadi Kaysa.

Sama alurnya bakalan beda nantinya. Semoga suka ya versi RAFKAYSA yang sekarang^^

Happy Reading

-----

“Bang cepatan, ntar keburu ketahuan!” desak gadis cantik yang sudah lelah memegangi payung.

“Sabar napa Dek.” 

“Gimana mau bisa sabar, ini hujannya makin deras. Tangan Iif capek megangi payung Bang,” keluh gadis bernama Rifka itu.

“Ya udah, sekarang kita gantian aja Dek. Lo gali lubang, gue yang megangi payung, gimana? Setuju gak? Setuju gak? Setujulah, masa enggak ye kan?”  ucap Rafka cengengesan.

Dengan cepat Rifka menggelengkan kepalanya. Enak sekali Abangnya ini minta tukaran. Kalau ketahuan sama pemilik kucing yang habis di tabrak sampai mati kan berabe. Bisa tambah kecil badannya kalau di bentak-bentak gitu.

“Gak mau ah. Abang mah curang, ntar kalau ketahuan Iif yang kena.”

“Gak bakal ketahuan kok, lagian siapa juga yang mau berkeliaran nyari kucing sore-sore gini If. Tambah lagi hujan deras banget.”

“Ya pemilik kucing ini lah Bang,” ucap Rifka sambil menunjuk kucing gemoy yang sudah berlumuran darah di atas jaket Rafka.

“Gak bakalan di cari juga sama pemiliknya. Sekarang cepat lo gali lubangnya. Biar gue yang megang payungnya.”

“Yang nabrak Abang kan? Jadi yang tanggung jawab ya harus Abang lah.”

Rafka mendegus kesal. Punya adek satu tapi tidak bisa di manfaatkan, pikir Rafka kembali mengali lubang menggunakan potongan kayu. Akibat hujan membuat Rafka kesulitan dalam mengalinya karena air selalu mengenangi lubang yang telah ia gali.

“Masih lama gak sih Bang? Dari tadi lubangnya gak jadi-jadi.”

“Susah If, ini lagi hujan. Jadi air masuk lagi.”

“Kalau gak bisa di kuburin disini, ya udah kita bawa pulang aja jenazah kucingnya Bang. Nanti di rumah kita mandikan, kafani terus kita shalatkan. Dan kita bawa ke TPU kucing, gimana Bang? Saran Iif baguskan?” tanya Rifka dengan mata berbinar.

Rafka bangkit dan mengusap kepala adiknya dengan gemas, bisa-bisanya Rifka bicara seperti itu. Emangnya Rifka pikir Rafka menabrak manusia apa? Sampai segitunya juga dalam penyelenggaraan kucing yang sudah mati.

“Gak usah If, mending disini aja.”

Rifka menghela napasnya pasrah dan mengamati perjuangan sang Kakak dalam mengali kubur untuk si kucing.

Cukup menguras tenaga. Akhirnya lubang yang Rafka gali akhirnya selesai juga.

Rafka menatap kucing itu dengan iba. Gara-gara ia bawa mobil kebut-kebutan sampai membuat nyawa kucing itu melayang seketika.

RAFKAYSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang