D e l a p a n

1.8K 278 75
                                    


Happy Reading

—————

"Raf, nanti kita ada jam pelajaran olahraga ya?" tanya Kaysa fokus melihat jalanan dari jendela mobil.

"Ada Kay, sama Pak Bento."

"Duh, saya gak suka pelajaran olahraga Raf. Dari dulu saya paling malas kalau udah masuk jam olahraga gitu."

"Ya terus harus gimana lagi Kay? Namanya juga sekolah, kecuali kita jadi mentri pendidikan baru bisa hapus mata pelajaran yang tidak kita suka. Kalau bisa nih, gue dari dulu pengen banget ngilangin pelajaran matematika, fisika dan kimia. Soalnya itu udah kayak musuh gue aja tu pelajaran."

"Lebih tepatnya itu, IPA jurusanku. Matematika, Kimia, fisika musuhku."

"Kok kamu ngomongnya gitu?"

"Iya habisnya gimana ya ... gue ngerasa kayak musuh aja itu mapel."

"Kamu juga salah sih, udah tau gak suka pelajaran yang banyak hitung-hitungnya malah masuk ke jurusan IPA. Kenapa gak IPS aja kamu ambil, IPS kan kebanyakan hafalan aja. Palingan pas ngitung-ngitung pas pelajaran ekonomi bagian akuntansi juga. Sama pelajaran geografi kalau materinya tentang sensus-sensus penduduk gitu."

Rafka mencebikkan bibirnya, "lo gak tau aja Kay. Dulu itu gue ambil jurusan IPS tau. Tapi gurunya itu loh malah letakin gue di jurusan IPA. Bikin kesal aja tau gak."

Kaysa menganggukan kepalanya paham.

"Hm ... mungkin nilai kamu tinggi kali Raf makanya kamu di letakin di jurusan IPA."

"Ntah lah Kay, gue juga gak tau," balas Rafka malas. "Gak adil banget rasanya," lanjutnya.

"Ya udah terima aja Raf, lagian kamu kan naik kelas terus gak ada tinggal kelas. Berarti kamu tergolong pintar juga."

"Iya sih naik kelas terus Kay, tapi kan gak sreg aja gitu pas belajarnya kalau gak sesuai jurusan yang kita inginkan. Apalagi beradaptasi di kelas yang mana anaknya ambis semua lagi. Astaga ... gak gue banget Kay. Mana di SMP dulu gue belajarnya santai banget. Eh tau-taunya masuk SMA gue di tuntut harus jadi anak rajin. Pagi-pagi di suguhkan dengan pemandangan anak rajin semua. Mau gak mau mah gue harus rajin juga jadinya."

Kaysa tertawa mendengarkan keluhan dari Rafka. Segitu kah Rafka tidak menyukai jurusannya sendiri? Sampai-sampai wajah laki-laki itu di tekuk dari tadi.

"Jangan ketawa Kay. Gue kesal jadinya." Rafka menyorot tajam mendapati Kaysa menertawakan dirinya. Emangnya ada yang lucu apa?

Kaysa meredakan tawanya sambil mengangkat jari tengah dan telunjuknya seolah ia hanya bercanda.

"Canda Rafka, ya kali saya ledekin suami saya sendiri. Kan dosa, hehe," ucapnya cengengesan.

"Dah tau dosa, masih juga cengengesan kayak gitu. Heran gue."

"Kalau gitu maaf suami, istri janji gak bakalan ketawain suami lagi."

Rafka bergedik ngeri jadinya, "dah Kay, geli gue dengarnya."

"Suami Kay kok gemesin banget sih." Dengan usil Kay mencubit pipi Rafka dari samping dengan lembut.

RAFKAYSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang