D u a b e l a s

1.6K 243 57
                                    

Happy Reading

—————

Sepanjang perjalanan menuju apartemen mereka tidak ada salah satu dari mereka mengeluarkan sepatah kata sedikitpun. Mereka berdua saling bungkam dan fokus dengan kegiatan mereka masing-masing. Rafka sibuk menyetir mobil dan Kaysa sibuk memandangi keadaan sekitarnya lewat jendela. Bahkan sekedar mengucapkan kata maaf atau sekedar basa basi saja tidak ada. Kaysa masih setia dengan ke kesalannya kepada Rafka dan Rafka masih mempertahankan gengsinya untuk meminta penjelasan dan mengucapkan kata maaf kepada Kaysa.

Tapi tidak bisa di pungkiri kalau sedari tadi Rafka terus melirik Kaysa dengan sudut matanya. Memperhatikan gerak gerik gadis itu.

"Apa liat-liat!" ketus Kaysa karena sadar Rafka curi-curi pandang ke arahnya.

"Galak amat lo jadi cewek," sewot Rafka.

"Masalah?"

"Menurut lo?"

"Mana saya tau."

"Cih, sekarang aja ngomong saya lagi. Tadi aja sok-sokan lo-gue. Dasar labil."

"Heh mulutnya." Kaysa melotot merasa tidak suka plus sakit hati di katai labil.

"Makanya jangan sok-sokan jadi cewek."

"Apa sih, siapa juga ya sok-sokan."

"Ya lo lah, siapa lagi. Dasar ... udah marah-marah gak jelas, gak tau diri lagi."

Ingin rasanya Kaysa menampol mulut Rafka. Rafka benar-benar bikin Kaysa kesal setengah mati.

"Awas aja besok gak bakalan gue masakin," ancamnya.

"Itu sih terserah lo, lo kan tau orang yang tidak menepati janjinya termasuk orang munafik, jadi kalau lo gak mau juga gak masalah biar sekalian lo di cap cewek munafik."

"Aish ... Kay lupa," cicitnya. "Ya udah gak jadi itu, gue bakalan masak setiap hari, tapi lo cuman gue kasih kerak-keraknya aja ya. Gimana setuju kan?" lanjutnya tersenyum paksa.

Rafka melirik sekilas lalu kembali fokus ke jalanan. Merasa diabaikan Aysya merasa sakit hati juga.

Cuekin aja terus, gue mah apa ... cuman cewek cantik ketemu cowok ganteng tapi kelakuannya nauzubillah.

"Rafka, kok gue di cuekin?" tanyanya.

"Masalah?"

"Ya gak sih, ya udah terserah Rafka aja."

"Hm."

***

Limabelas menit berlalu akhirnya mereka berdua sampai juga di apartemen. Setelah memikirkan mobilnya, Rafka dan Kaysa jalan beriringan menuju apartemen mereka.

Lagi-lagi Kaysa di buat kesal dengan kelakuan Rafka. Kaysa merasa belut lebih menarik daripada dirinya. Karena sedari tadi Rafka selalu fokus kepada belut hasil tangkapannya itu. Padahal sebelum pulang tadi Kaysa sempat membuang belut itu ke tempatnya yang semula. Bukannya berkurang malahan belut itu semakin banyak.

RAFKAYSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang