míní chαptєr [ ʜᴀʟɪʟɪɴᴛᴀʀ × ʏᴀʏᴀ ]

496 46 78
                                    

Siap menerima surprise?

Dialog miring adalah percakapannya Yaya^^

Hari ini, aku berlibur ke pantai bersama Fang, Ying, Gopal, dan semua si kembar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari ini, aku berlibur ke pantai bersama Fang, Ying, Gopal, dan semua si kembar. Aku menikmati semilir angin dan tanganku sibuk memotret pemandangan matahari yang akan tenggelam.

Begitu indah, sama seperti dia.

"Yaya, ayo kita siap-siap."

Tanganku berhenti, aku menoleh ke samping kanan. Ying nampak tengah berlari padaku. Aku tersenyum padanya. Lalu kuangkat tanganku yang berarti untuk tunggu sebentar.

"Kau masih ingin terus disini? Yang lainnya udah siap-siap lho.." tangan Ying merangkul pundak ku.

Aku menggerakkan tanganku, "Duluan saja, aku akan menyusul."

"Kau ingin memfoto dia lagi ya?" Aku pura-pura menyibukkan membersihkan kamera ku.

"Yayaa! Ungkapkan saja perasaan mu itu. Jangan terus dipendam Yaya, jangan sampai juga kejadian itu terulang. Kau pasti menyesal seperti dulu," menggerakkan tubuhku agar berhadapan dengannya.

Aku menatapnya, "Aku tidak mau,"

"Yaya nggak seru! Eh-- ada Halilintar dibelakang mu, aku pergi duluan ya. Nanti jika udah selesai urusannya, pergilah temui aku, aku bersama Fang dan yang lain."

Eh? Halilintar dibelakang ku?

Ying kemudian meninggalkan ku. Huh, aku pikir Ying sengaja dan merencanakan ini semua. Karena aku sempat melihat dia tertawa kecil.

"Yaya," aku suka saat dia memanggilku.

Aku berbalik badan. Dia berjalan mendekat dengan tangannya yang dimasukkan ke dalam saku jaket. Rambutnya tertiup angin, itu membuat kesannya bertambah ganteng. Tak salah memang banyak yang menyukai dia bahkan itu termasuk aku.

"Aku tau, aku seganteng itu."

Aku tertawa kecil hingga mengeluarkan sedikit air mata.

"Ada yang lucu?" Aku menggeleng, memang tidak ada yang lucu, tapi mendengar dia bilang ganteng membuatku ingin tertawa.

"Maafkan segala ketidakpekaan ku dulu,"

Tersenyum kecut, aku tidak suka saat ada orang yang membicarakan masalah itu.

"Tidak apa-apa,"

Sudah kuduga, Halilintar masih belum belajar sepenuhnya. Buktinya saja dia belum mengerti. Jadi yang nggak enak hati adalah aku. Ingin rasanya bisa mengobrol, tidak seperti sekarang yang harus memakai bahasa isyarat jika ingin mengobrol.

"Maaf ya, aku sepenuhnya tidak mengerti dengan bahasa isyarat."

Aku mengangguk.

Lalu aku kembali fokus memfoto sunset. Tak lama, angin semakin kencang, membuat rambutku menganggu kegiatanku. Ku ambil ikat rambut yang aku pakai sebagai gelang. Awal-awal aku kalung kan kameraku ke leher, selesai mengalungkan, aku mulai merapikan rambutku untuk bersiap diikat.

"Biar aku aja,"

Dia mengambil alih tanganku. Lalu dia mengikat rambutku-- perilakunya membuatku tersentuh. Karena sejak kejadian itu, Halilintar jarang bersamaku dan jarang memberikan perhatian kecil.

"Rambutmu masih harum aja ya,"

Refleks aku menggoyangkan rambutku yang sudah diikat. Aku mendengar Halilintar tertawa, artinya dia terhibur dengan sikapku tadi. Saat aku ingin berbalik untuk melihatnya tertawa, dia--

Memelukku dahulu.

"Lebih suka sunset atau aku?" Berbisik di telingaku dan itu membuatku sontak menegang.

Dengan gugup aku menunjuk arah matahari terbenam. Tidak mungkin aku harus menunjuk dia bukan? Bisa-bisa dia nanti menggodaku.

"Bener nih?" Aku mengangguk kikuk.

"Yaya," panggilnya, lalu menutup mataku menggunakan tangannya.

Aku berusaha menurunkan tangan Halilintar dari mataku. Padahal aku kan ingin liat matahari terbenam, kenapa harus ditutup mataku sih?

"..."

Pergerakan tanganku berhenti.

Jantungku seketika berdetak kencang. Kurasakan kupu-kupu berterbangan di perutku. Kakiku gemetar, ingin jatuh dan menangis rasanya mendengar pernyataannya.

"Kau mau menangis?" Kepalaku menggeleng dengan cepat.

Aku terharu.

"Sekarang aku akan bertanya lagi, kau menyukaiku atau sunset?"

Aku menggigit bibir bawahku. Gugup dan bingung menjadi satu. Huh, kalau seperti gini, sepertinya harus jujur.

Aku sontak memeluk dia balik. Dan ini jawabanku, aku memilih menyukainya dibanding sunset.

"Aku tau kau pasti memilihku," mengusap rambutku dengan pelan, sementara aku sibuk menyandarkan kepalaku ke dada bidang.

"Yaya--" aku mendongak.

Apa yang ingin dibicarakan Halilintar lagi?

"Would you marry me?"

Btw ada yang penasaran apa yang diucapkan oleh Halilintar?^-^

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Btw ada yang penasaran apa yang diucapkan oleh Halilintar?^-^

Soal aku yang pengen hiatus atau menghilang, ya itu emang udah keinginan sekali dari dulu:). Jadi maaf ya ntar kalau udah nggak up, nggak akan lama sih, paling 1 tahun? Xixi.

Aku tau aku alay dan pengecut, lari dari cerita yang belum end, tapi mau gimana lagi, otakku nggak memungkinkan untuk terus berpikir. Bahkan kemarin waktu ujian hampir mau banting laptop:), sangking stresnya😂 ( bukan stres karena nulis cerita, bukann, kemarin itu gegara ujian binggris )

Maap jd curhat😅

Anyway, chapter 9 bkal di up bersamaan sama cerita baru yang inii, yeayy:v. Seneng lah ya pastii:v.

See youuu:b

Salam hangat
7 Juni 2k21

ᵃᵏᵘ ᵃᵗᵃᵘ ᵈⁱᵃ? || Hᴀʟɪʟɪɴᴛᴀʀ × Yᴀʏᴀ × IᴄᴇTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang