Rutinitas Halilintar sekarang berubah, yang dulunya setelah pulang kuliah ia akan ke kantor untuk mengerjakan laporan, tapi sekarang ia setelah kuliah akan pergi ke rumah Yaya. Menyapa anak-anak di dalam kandungan Yaya. Bercerita dan berkomunikasi dengan Ice. Dan masih banyak lagi kegiatan yang dilakukannya saat di rumah Yaya.
Yaya duduk di samping Halilintar, menaruh sepiring kentang goreng dan ayam goreng di sebelah laptop Halilintar.
"Ayo dimakan."
Halilintar menoleh, ia tersenyum kecil, perhatian Yaya masih sama seperti dulu. "Terimakasih.." Yaya manggut-manggut, ia mengemil cumi bakar yang dibeli oleh Halilintar saat menuju ke rumahnya.
"Akhir-akhir ini nafsu makanmu bertambah, ya?"
Yaya menoleh, mulutnya penuh dengan cumi bakar membuatnya terlihat sangat lucu. Halilintar yang tidak tahan dengan gemasnya Yaya, mencubit kedua pipi Yaya.
"Lucu banget sih, istri siapa?"
Yaya merungut kesal. Ia menelan cuminya dulu, "bohong kamu. Aku tau aku nggak lucu."
Halilintar mencubit hidung Yaya. "Nggak ada yang bilang kamu nggak lucu loh." Yaya tertawa, dia suka saat Halilintar mencubit hidungnya. Mungkin itu memang sederhana dan tidak ada spesialnya, tapi Yaya tetaplah Yaya, hal sederhana itu membuat dia senang.
"Tadi Ice udah buatin kamu susu?"
Yaya mengangguk.
Halilintar dan Ice sudah baikan dan mereka memperbaiki hubungan saudara mereka yang sudah renggang. Tapi tetap saja, Halilintar tidak mau menerima ucapan Ice soal Ying yang jahat cuma dia sudah menjauh dari Ying karena Ying juga menjauhinya.
"Ice nggak pernah nggak buatin kamu susu?" Yaya menggeleng, "Ice selalu ingat kapan jadwal aku minum susu dan aku makan buah."
"Aku tenang jadinya.."
Yaya menguap, dan itu diketahui oleh Halilintar. Halilintar tersenyum kecil melihat betapa gemasnya Yaya saat menguap. "Tidur aja, nanti aku pindahin ke kamar."
Yaya menurut, ia tidur sambil menyender ke bahu Halilintar. Halilintar tersenyum, ia mengelus kepala Yaya agar Yaya bisa tidur dengan lebih cepat. Tak lama, suara dengkuran terdengar, Halilintar berhenti mengelus dan beralih mencium kepala Yaya dengan lembut.
"Tidur yang nyenyak, Yaya sayang."
•••
Ice mengerutkan dahinya melihat bagaimana posisi Yaya saat ini. Dia mendekati Halilintar yang sangat fokus mengerjakan sesuatu di laptopnya. Menepuk bahu Halilintar karena tak kunjung sadar dengan kehadirannya.
Halilintar menoleh, "apa?" tanyanya dengan suara serak.
"Pindahin Aya dulu, aku akan mengerjakan laporannya."
Halilintar diam sejenak, lalu ia menaruh laptopnya ke meja. Mereka berganti posisi, Halilintar berdiri dan Ice duduk. Ice melanjutkan pekerjaan Halilintar dan Halilintar sendiri, menggendong Yaya ke kamarnya.
Sesampai di kamar, ia menaruh Yaya dengan pelan-pelan dan hati-hati, takut jika bayi mereka mengalami guncangan karena menaruh Yaya dengan tidak pelan.
Yaya terusik sebentar lalu ia terlelap lagi dalam tidurnya.
Halilintar tersenyum tipis. Ia mengelus kening Yaya, menciumnya dengan sangat lembut seolah-olah jika dia tidak lembut, maka Yaya akan hancur berkeping-keping. Setelah itu Halilintar memastikan suhu kamar Yaya nyaman untuk Yaya tidur. Halilintar juga menaikkan selimut sampai ke dada Yaya.
Kemudian Halilintar keluar dan menuju tempat Ice berada.
Dia duduk di sebelah Ice, memakan kentang goreng yang masih ada sisanya. Dia melirik laptopnya, Ice sudah banyak mengerjakan laporannya, padahal Halilintar ragu Ice bisa mengerjakannya karena dia fakultas kedokteran.
KAMU SEDANG MEMBACA
ᵃᵏᵘ ᵃᵗᵃᵘ ᵈⁱᵃ? || Hᴀʟɪʟɪɴᴛᴀʀ × Yᴀʏᴀ × Iᴄᴇ
Romance[ Series HaliYa ] Dimana ada Ice, disitu ada Yaya. Tapi itu tidak berlangsung selamanya semenjak Yaya menikah dengan Halilintar. Karena masalah insiden 14 tahun yang lalu, Halilintar punya dendam pribadi pada Ice. Padahal itu hanya salah paham. Lan...