Bagian 30

496 25 7
                                    

Halilintar terisak, ia mengepalkan tangannya. Apa yang dikatakan Ice itu benar, Yaya sudah tak bernyawa. Kenapa? Kenapa harus secepat itu Yaya meninggalkan dirinya? Padahal dia ingin melihat anak-anaknya tumbuh besar, tapi kenapa sudah harus pergi?

"Hikss, lantas aku merawat mereka dengan siapa, Ya?"

"Mereka membutuhkanmu, mereka membutuhkanmu sebagai ibu-nya, Ya. Kembalilah, aku mohon, kembalilah. Aku.. aku akan memenuhi segala kewajiban ku sebagai suami dan ayah anak-anak kita."

Ice mengepalkan tangannya, ia benci, benci dengan dirinya sendiri. Kenapa ending itu tetap terjadi walaupun dia sudah merubahnya? Ice benci mengatakannya. Ia gagal melindungi Yaya dan Syifa. Ia gagal untuk—

"Yaya! Anakku!"

Tampaknya ayah Yaya mendengar berita Yaya meninggal.

Ice membulatkan matanya, ayah Yaya menangis sambil memegang tangan dan wajah Yaya. "Kenapa kamu pergi, anakku?"

Drama apalagi?, pikir Ice.

"Pergilah, paman." Usir Ice.

Ayah Yaya menoleh. "Siapa kamu yang berani-beraninya mengusir ayahnya dari anaknya?"

Ice tertawa sarkas, anak? Heh, Ice tidak sudi kata-kata anak keluar dari mulut ayah Yaya. "Dia bukan anak paman, paman yang sendiri bilang begitu bukan? Lalu kenapa sekarang tiba-tiba bilang bahwa Yaya adalah anak paman?"

Halilintar yang seorang diri disitu dan tidak ada siapapun kecuali Ice dan ayah Yaya, hanya terdiam, menyimak obrolan mereka.

Ice maju selangkah, dia menunjuk ayah Yaya dengan emosi. Tidak peduli dia dibilang durhaka, dia hanya ingin melampiaskan semua emosi ke ayah Yaya.

"Apa paman lupa dengan kejadian 7 tahun lalu? Dimana Yaya dilecehkan oleh paman sendiri? Dan dia mencoba untuk melawan rasa traumanya? Apa paman masih ingat itu? Setelah itu paman meninggalkan kita semua! Apa paman masih ingat itu?!"

Dulu, 7 tahun yang lalu, saat mereka berumur 16 tahun, Yaya selalu disiksa. Entah apa yang membuat ayah Yaya melakukannya, mereka juga tak tau. Setiap hari dan setiap jamnya, ada saja yang diteriaki oleh ayah Yaya. Sampai sebulan kemudian, Yaya dilecehkan oleh ayahnya sendiri. Untung saja Ice cepat-cepat menyelamatkan Yaya, kalau tidak, sudah tidak tau bagaimana Yaya ke depannya.

Setelah itu ayah Yaya pergi sampai dua bulan kemudian, mereka mendapatkan undangan pernikahan dari ayah Yaya. Tentu Ice mengamuk, ia tak terima, tapi Yaya bilang bahwa semuanya akan baik-baik saja. Awalnya Ice tak mau menerima dengan ikhlas, perlahan-lahan karena bujukan Yaya, Ice ikhlas.

"Diam kamu!!" teriak ayah Yaya.

Saat ayah Yaya mau meninju Ice, buru-buru Halilintar menengahi mereka. Halilintar menatap sengit ayah Yaya, ia tidak suka saudaranya dilukai. Apalagi dengan tangan kotor yang pernah melecehkan Yaya.

Ayah Yaya menoleh, "oh ya, kalian bersaudara, bagaimana aku bisa lupa ya? Hahaha." Menghempaskan tangan Halilintar.

Dia mencengkram kerah kemeja Halilintar, mereka saling tatap-tatapan. Satu dengan tatapan emosi dan satu dengan tatapan kebencian.

Halilintar tersenyum sinis, "aku tau paman lah yang korupsi."

Cengkraman itu mengendur, ayah Yaya tertegun. "Ba- bagaimana kau bisa tau?"

"Apalagi? Aku sudah melihatnya. Dengar ya paman, aku dan papa tidak sebodoh itu untuk dibodohi."

Ice terdiam, ia terkejut mendengarnya. Jadi selama ini, ayah Yaya yang menjadi tukang korupsi? Dan bukan ayah Ying? Apa maksud ini semua?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 16 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ᵃᵏᵘ ᵃᵗᵃᵘ ᵈⁱᵃ? || Hᴀʟɪʟɪɴᴛᴀʀ × Yᴀʏᴀ × IᴄᴇTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang