𝔹𝕒𝕘𝕚𝕒𝕟 11 || 𝒅𝒂𝒚 4

249 39 12
                                    

"Eh Hali.."

Yaya berdiri dan tiba-tiba saja ia merasa gugup. Seakan dia ketauan selingkuh, padahal nyatanya bukan, hanya belajar bersama saja. Tapi bagi Yaya sama saja, seketika dia menyesal karena tadi tidak memberitahu dia akan belajar bersama dengan Ice.

"Jadi kau belajar bersama dengan Ice?"

Yaya refleks mengangguk.

"Boleh bergabung?" tanya Halilintar dengan datar.

Tanpa persetujuan dari Ice maupun Yaya. Halilintar duduk begitu saja di samping Yaya. Yaya terkejut, tapi ia langsung tenang.

"Nggak ada kerjaan?" tanya Ice sinis.

Halilintar tidak merasa tersindir dengan membuktikan bahwa ia tetap tenang. Halilintar memesan ice squash dan nasi goreng. Ice mendengus kesal melihat Halilintar yang tak menjawab pertanyaannya. Lalu Ice menarik nafas dan mengembuskan sekedar menenangkan dirinya yang agak tersulut emosi.

Ice kembali dengan sikap cueknya, "ganggu banget." Sindir Ice.

Yang aslinya Ice tak benar-benar menyindir Halilintar.

"Sepertinya kau mempunyai masalah, Ice." Masih dengan sikap tenangnya.

Ice terkekeh, "tersindir, padahal aku tidak sungguh-sungguh menyindir dirimu."

"Oh, aku tak peduli." Lalu tersenyum sinis.

Yaya tersenyum kikuk, berada di antara dua orang yang suka berdebat itu sangatlah tidak nyaman. "Bisakah kalian berhenti berdebat?"

Halilintar dan Ice menoleh berbarengan.

"Seharusnya kau bilang pada dia jika mempunyai masalah hidup, jangan suka nyindir!" Ketus Halilintar.

Ice tak terima dengan ucapan Halilintar, saat ingin membalasnya ia ditahan oleh Yaya. Yaya menyuruh Ice untuk diam dari tangannya dan menggelengkan kepalanya. Lalu Ice tenang, tetapi saat melihat Halilintar yang tersenyum sinis, gigi Ice gemeretak.

Untungnya pesanan Halilintar sampai dulu sebelum Ice benar-benar emosi.

"Nih makan, aku tau kamu belum makan." Menyodorkan nasi goreng yang tadi ia pesan ke hadapan Yaya.

"Makasih.."

Yaya tersenyum. Dan alangkah terkejutnya, Halilintar membalas senyuman Yaya. Yaya sedikit salting melihat senyuman Halilintar. Cepat-cepat ia menyibukkan dirinya dengan nasi goreng. Ice yang melihat itu semua, tersenyum kecil, senang dengan interaksi keduanya.

Ice itu hanya nggak suka kalau Halilintar membela si pembunuh.

Setidaknya Ice tenang jika ia pergi menjauh dari Yaya. Yaya kan sudah ada Halilintar yang menjaganya karena melihat interaksi tadi. Dan semoga aja Halilintar memang bisa menjaga Yaya. Ice hanya takut Halilintar bermuka dua.

•••

"Kau pulang dengan Ice, tapi ingat, jangan sampai jam 10 malam."

Ice yang mendengar itu, membalasnya. "Memangnya kenapa? Selama ini Aya pulang sampai jam 10 malam, kau tidak masalah. Kenapa baru sekarang kau mempermasalahkan?"

Yaya membenarkan ucapan Ice.

Halilintar menangkupkan kedua tangannya. "Dia istriku. Nggak baik kalau dia pulang malam."

"Sepertinya kau sudah mengakui Aya sebagai istri." Ejek Ice.

"Hei, hei, sudahlah. Kalian bukan anak kecil lagi yang setiap hari memperebutkan mainan. Untuk Hali, aku akan pulang secepatnya. Aku hanya ingin melihat dan memeriksa Mama."

ᵃᵏᵘ ᵃᵗᵃᵘ ᵈⁱᵃ? || Hᴀʟɪʟɪɴᴛᴀʀ × Yᴀʏᴀ × IᴄᴇTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang