Jaemin belum sembuh benar, tapi ia tetap memaksa masuk sekolah. Karena jika terus diam di rumah sepertinya ia akan mati kebosanan.
Ia diam di kursinya, mengingat apa yang dikatakannya pada Jaehyun kemarin. Bagaimana bisa ia mengatakannya semudah itu? Pasti karena efek demamnya.
Jaemin menghela napas. "Huh, sekarang ada satu orang tahu." gumamnya, lalu menenggelamkan kepalanya pada tas yang ia taruh di atas meja.
Ia mengangkat kepalanya saat mendengar suara berisik orang yang memasuki kelas. Itu Renjun yang sedang menceritakan sesuatu pada Jeno, sepertinya. Tapi yang diajak bicara terlihat tidak tertarik, hanya diam.
Jeno mempercepat langkahnya saat matanya menangkap sosok Jaemin yang sudah duduk manis di kursinya.
"Kau sudah sembuh? Kenapa tidak istirahat dulu di rumah?" tanyanya setelah sampai di meja Jaemin. Ia menempelkan tangannya di dahi Jaemin untuk memastikan demamnya sudah hilang.
"Kalau aku jadi kau, aku pasti akan memanfaatkan hari libur pribadiku dengan baik." itu Renjun yang sekarang meletakkan tasnya di atas meja.
"Hei demammu masih ada. Kenapa repot-repot datang ke sekolah, sih?!"
Jaemin hanya diam melihat kedua temannya yang heboh sendiri, dan Jeno yang terkesan memarahinya.
Setelahnya semua berjalan seperti biasa. Hanya saja Jaemin lihat sikap Jeno ke Renjun agak berbeda. Jeno seperti mengabaikannya. Ia pikir mungkin karena sekarang Renjun sudah resmi bersama Mark, jadi Jeno juga berusaha melupakannya.
Saat istirahat Renjun mengajak Jeno ke kantin, tapi ia bilang tidak lapar. Beberapa saat setelah Renjun pergi Jeno malah memaksa Jaemin menemaninya ke kantin.
Jaemin sama sekali tidak keberatan dengan situasi sekarang. Jeno seperti kembali padanya. Jujur saja ia senang. Tapi, apakah sahabatnya itu baik-baik saja? Sepertinya tidak. Ia tahu betul apa yang Jeno rasakan, dan itu sakit.
Dan apakah seterusnya akan seperti ini? Jeno hanya akan kembali padanya di saat seperti ini?
"Hei,"
Jaemin tersadar dari lamunannya saat Jeno yang duduk di depannya melambaikan tangan di depan wajahnya.
"Apa yang kau pikirkan?" tanyanya.
Jaemin melihat keluar kantin. "Tidak ada. Sepertinya nanti akan hujan. Awannya lumayan gelap." Jaemin berbohong dan mencoba mengalihkan topik.
Jeno ikut melihat langit. "Kau benar. Udara mulai dingin. Mungkin film horor, beberapa cemilan dan kopi akan bagus pulang sekolah nanti." Jeno tersenyum.
Jaemin ikut tersenyum dan mengangguk antusias. Baginya, hujan, Jeno dan film ditambah beberapa camilan itu adalah suasana yang sempurna.
"Aku punya beberapa film baru,"
"Akan lebih bagus kalau hujan sampai malam." gumam Jeno.
Akhirnya mereka membicarakan film horor baru Jaemin. Itulah kebiasaan mereka, menonton film di rumah saat hujan. Di rumah Jaemin tentunya. Jeno tidak pernah suka rumahnya sendiri.
Saat Jaemin mengedarkan pandangan, ia menemukan Jaehyun bersama teman-temannya yang duduk jauh di seberangnya sedang menatap ke arahnya. Secara otomatis, ia tersenyum dan melambaikan tangan, dan Jaehyun membalasnya.
Jeno mengikuti arah pandang Jaemin dan akhirnya menemukan orang yang disapanya. Jeno menghela napas dan memutar bola matanya. Dia tidak pernah punya masalah dengan orang Amerika itu. Tapi seperti biasa, entah kenapa ia selalu tidak suka bertemu dengannya.
•
•
•
-TBC-
25/05/2021
KAMU SEDANG MEMBACA
SAHABAT || NOMIN
FanfictionTernyata itu sakit, sangat sakit. Tapi siapa juga yang mau berada di posisinya? Jaemin sungguh ingin keluar dari zona menyebalkan ini. Ia benar-benar ingin berhenti menyukai Jeno sahabatnya sendiri, dan membiarkan dia bersama orang yang disukainya. ...