15

4.7K 455 21
                                    

Jaemin selalu suka hujan. Tapi tidak jika ia harus tertahan di depan kelasnya saat pulang sekolah seperti ini. Kenapa hujan tidak menunggu sebentar lagi untuk turun? Setidaknya setelah ia sampai di rumah.

Rasanya Jaemin ingin langsung lari menerobos hujan saja, tapi ia sadar dengan kondisinya sekarang. Bahkan rasa sakit di kepalanya semakin tajam karena beberapa soal matematika yang baru saja ia kerjakan. Dan sekarang rencananya bersama Jeno gagal.

Di depan kelas hanya ada Jaemin, Jeno, Renjun, dan Haechan yang beberapa saat yang lalu pulang menggunakan jas hujan, yang artinya sekarang hanya menyisakan mereka bertiga.

Di depan kelas juga tidak ada kursi. Jadi Jaemin dan Renjun hanya berdiri bersandar pada dinding dan Jeno yang sejak tadi mondar-mandir tidak jelas.

Jeno melihat Jaemin sekilas. Anak itu tidak membawa jaket. Ia menatap Jaemin dan jaket di tangannya bergantian, berniat memberikannya pada Jaemin yang sekarang terlihat menyilangkan tangannya memeluk tubuhnya sendiri.

Akhirnya Jaemin duduk di lantai, diikuti dengan Renjun. Kakinya sudah pegal berdiri. Jeno ikut duduk di samping Jaemin, berniat meminjamkan jaketnya. Masa bodoh dengan Renjun yang juga kedinginan, dia kan sudah ada Mark. Sebenarnya Jeno dari tadi juga bertanya-tanya di mana Mark yang selalu menghampiri Renjun saat pulang sekolah.

Sedetik kemudian rasa penasarannya hilang. Mark dan Jaehyun datang dari lantai atas, sepertinya dari laboratorium. Mark yang berlari dan Jaehyun yang berjalan santai di belakangnya, menuju ke arah mereka.

"Hyung jangan lari-lari, kau bisa jatuh!" teriak Renjun saat Mark sudah dekat.

"Maaf tapi aku tidak bisa membawa apa pun yang bisa melindungi kita sampai ke tempat parkir. Kita tidak mungkin bisa sampai di sana tanpa kehujanan." ucap Mark, yang ikut duduk di sebelah Renjun.

"Tidak apa-apa. Apa kau keberatan menunggu hujannya sedikit reda?" Renjun bertanya.

"Tidak."

Setelahnya mereka berbincang seperti biasanya, seakan tidak ada orang lain di dunia ini yang melihat mereka. Dan jangan lupakan Renjun yang bersandar manja di bahu Mark.

Jaehyun berhenti di depan Jaemin, lalu duduk bersila menghadapnya.

"Kau sudah sembuh? Kau masih terlihat pucat," tanyanya.

Jaemin mengangkat kepala, menatap balik lawan bicaranya.

"Entahlah, kepalaku sakit." jawabnya, lalu menundukkan kepalanya lagi. Ia mengingat apa yang sudah dikatakannya pada Jaehyun, lagi. Sekarang rasanya aneh. Dan Jeno juga berada tepat di sebelahnya.

"Hyung, kau tidak membawa payung atau semacamnya?" Jaemin tahu itu pertanyaan bodoh. Jika Jaehyun membawanya pasti dia sudah pulang dari tadi, atau setidaknya benda itu akan terlihat. Hanya saja suasana menjadi hening dan canggung di antara mereka bertiga. Lupakan Renjun dan Mark, bahkan mereka bertiga tidak terlihat di mata dua orang ini.

Jaehyun hanya menggeleng. Selanjutnya hening kembali menyelimuti. Bahkan Mark dan Renjun sekarang juga diam. Hanya berisik suara hujan yang terdengar.

Jaemin menggosokkan kedua telapak tangannya, berharap memperoleh kehangatan.

"Apa kau kedinginan?" tanya Jaehyun.

Jaemin mengangguk. Kemudian Jaehyun mengambil kedua telapak tangan Jaemin dan menggenggamnya. Tangan Jaemin sangat dingin, berbanding terbalik dengan tangannya yang sekarang masih terasa hangat. Jaemin hanya diam, merasakan kehangatan yang mengalir di telapak tangannya.

Mereka semua seakan melupakan keberadaan seseorang yang dari tadi hanya diam dan memandangi hujan, sesekali melirik ke sampingnya.

Sebenarnya tidak, Jaemin tidak melupakannya. Justru dari tadi ia agak mengkhawatirkan sahabatnya itu. Pasti sangat tidak nyaman berada di posisinya, dengan keberadaan Mark dan Renjun di sana. Tapi Jaemin tidak tahu harus apa, jadi ia juga hanya diam.

Tiba-tiba Jeno berdiri dan berlari merebos hujan. Jaemin sangat terkejut dengan pergerakan Jeno yang tiba-tiba. Ia tahu betul jika sahabatnya itu tidak tahan dengan air hujan. Dia pasti akan demam atau flu setiap habis terkena air hujan. Dan setiap sakit Jeno membutuhkan waktu lama untuk sembuh. Terakhir kali ia demam sampai tidak masuk sekolah selama satu minggu. Dan sejauh yang ia tahu Jeno juga selalu menghindari air hujan.

Tanpa pikir panjang Jaemin langsung berlari menyusul sahabatnya. Masa bodoh dengan demam dan sakit kepalanya. Yang terpenting ia harus segera menghentikan Jeno yang semakin banyak terkena air hujan.

Jaemin memanggil Jeno beberapa kali tapi yang dipanggil tidak mau berhenti juga. Tapi akhirnya Jeno yang awalnya berlari sekarang jadi berjalan. Setelah sudah dekat, Jaemin meraih tangan Jeno dan menariknya ke tempat teduh terdekat.

Tapi Jeno segera menarik tangannya kembali. Sekarang mereka berdiri di tengah hujan. Saat Jaemin berlari tadi, Mark, Renjun dan Jaehyun yang berada di depan kelas juga reflek berdiri dan menyusulnya. Dan sekarang mereka bertiga dengan bingung menyaksikan drama dua sahabat itu.

Posisi kelas Jaemin berada di bagian paling belakang sekolah, dan di samping serta belakang kelasnya adalah taman. Sedangkan mereka harus melewati taman samping kelas itu untuk sampai di tempat parkir.

"Kau ini kenapa? Ayo cepat berteduh!" Jaemin agak berteriak karena hujan sangat deras. Bahkan sekarang ia mulai gelagapan karena air yang menimpa wajahnya. Tapi Jeno hanya diam menatapnya.

"Aku akan menemuimu di sana!" lanjut Jaemin menunjuk gazebo kecil di taman itu, satu-satunya tempat yang beratap di seluruh taman. Ia pikir berada terpisah dari Renjun dan Mark akan membuat Jeno merasa lebih baik.

"Sudahlah kembalilah. Jaehyun sunbae menunggumu." Jeno berucap dengan nada datar, lalu kembali berdiri.

Jaemin hanya diam di tempatnya membiarkan Jeno pergi. Ia masih tidak mengerti apa yang terjadi sekarang. Tiba-tiba ada yang menarik tangannya untuk berteduh di gazebo taman. Itu Jaehyun. Sekarang suasana sekolah sudah agak sepi, setidaknya di area itu.

Jaemin hanya menurut saja. Tubuhnya semakin menggigil dan kepalanya semakin sakit. Mereka berdua menunggu di sana sampai hujan sedikit reda, lalu kembali ke depan kelas untuk mengambil tas yang tertinggal di sana. Omong-omong Mark dan Renjun juga masih di sana.

Jaemin mengerutkan dahi mendapati jaket hitam Jeno ada di samping tasnya. Tertinggal? Mungkin, karena tidak mungkin Jeno sengaja meninggalkannya. Jaemin tahu betul itu jaket kesayangannya. Jadi ia memungutnya dan membawanya pulang.

Sesampainya di rumah ia segera mandi dan merebahkan tubuhnya di kasur. Kepalanya terasa sangat berat. Ia memandangi jaket Jeno yang sekarang berada di sebelahnya. Pikirannya menebak-nebak keadaan sang pemilik sekarang, hingga akhirnya ia terlelap.

-TBC-

26/05/2021

SAHABAT || NOMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang