2. Teman yang tidak kenal

339 81 17
                                    

"Noran... —mantan lo" kata laki-laki itu tersenyum sembari menggantung kalimatnya,

"mantan anggota osis lo dulu di SMA maksudnya." lanjutnya.

Hampir saja Leksi ingin membawa dirinya ke psikiater, kalau-kalau otaknya ini sudah cukup rapuh sampai melupakan seseorang.

Tapi, untungnya Leksi tidak perlu repot-repot.

Leksi mengingat sedikit wajah Noran, yang ia tau Noran memang benar adalah anggota osisnya dulu di masa jabatan Leksi sebagai ketua osis.

Dan, Leksi juga ingat kalau ia dan Noran pernah bertemu di celebration party IPO perusahaan ibu nya Noran 2 tahun yang lalu.

"Ah iya gua inget... Lo tinggal di sebelah?" ucap Leksi bertanya memastikan.

Noran menoleh ke arah rumah yang tepat berada di sebelah rumah Leksi ini,

"Engga ini cuma studio gua kalau gua malas pulang kerumah." jawab Noran.

"Ah..gitu"

"Lo kuliah dimana leks?" ucap Noran mulai berbasa-basi.

dan sepertinya seorang Agnia Elaksi juga lupa akan niat bangunnya paginya untuk mengejar kereta pagi ini :)

"Universitas Sanjaya."

"Gila, kayaknya lo emang ditakdirin jadi tetangga gua—gua juga kuliah disana fakultas FEB."

Leksi menahan tawanya hingga senyum tipis muncul di wajahnya.

Entah ini kebetulan atau hanya sekedar hal gila, tapi Leksi setuju dengan kalimat Noran. Sepertinya ia memang ditakdirkan menjadi tetangga Noran.

***

Noran nyaris tidak percaya dengan orang yang ia temui di pagi harinya.

Seorang Agnia Elaksi yang di masa SMA nya terkenal sebagai panutan semua siswa karena pintar dan juga seorang ketua osis.

Noran juga sebenarnya adalah siswa terkenal saat SMA, tapi ia tidak akrab dengan Leksi bahkan berkenalan pun tidak pernah, hanya sekedar tau walaupun mereka pernah menjadi anggota osis.

"Supir lo mana leks?" tanya Noran.

sebenarnya kecurigaan Noran udah mulai tumbuh saat ia tahu Leksi tinggal di rumah yang tidak sesuai dengan aura dan citranya sebagai gadis kaya, pertanyaan tadi hanya untuk memastikan keadaan dari Agnia Elaksi sekarang.

"Ah... Pak Hasan ga kesini." jawab Leksi.

Tepat sasaran! kecurigaan Noran semakin kuat kalau Leksi sedang dalam keadaan yang tidak baik.

"yaudah bareng gua berangkatnya." kata Noran tanpa basa-basi sudah naik ke motor harleynya, kemudian memakai helm full face berwarna hitam. ia juga menyodorkan helm putih yang selalu menjadi helm cadangan di motornya.

Leksi menatap bingung tindakan spontan dari Noran tadi.

Ia hanya berpendapat kalau Noran adalah orang baik.

Akhirnya Leksi pun menerima tawaran Noran dan berangkat bersamanya membelah jalanan dengan motor kesayangan milik Noran pagi itu.

Sesampainya di parkiran kampus mereka melepas helm masing-masing lalu saling menatap.

"Gua kuliah udah semester 6 tapi baru tau kita se fakultas." kata Leksi akhirnya mengatakan persamaan pikiran yang mereka miliki setelah saling menatap tadi.

Noran diam sejenak lalu turun dari motor,

"Karena gua kuliah seperti mayat hidup." jawab Noran.

ELAKSITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang