5. Boneka kayu dan kotak kaca

243 75 22
                                    

"Ketemu." gumam Elaksi tersenyum melihat seorang laki-laki memetik senar gitar di dalam ruang band.

Elaksi berhasil menemukan Noran disana berkat bantuan informasi dari Rendi.

"Aku tau chord ini, mau aku mainin?" ucap Elaksi mengejutkan Noran yang terlihat sedang mengingat chord gitar untuk sebuah lagu.

Noran yang terkejut menghentikan petikkan jemarinya dan fokus menatap Elaksi yang kini tiba-tiba duduk di sebelahnya dan mengambil gitar tersebut.

Setelah itu Elaksi mulai memainkan sebuah lagu diikuti dengan iringan suaranya.

"My answer is you..." gumam Elaksi menyanyikan penggalan lagu yang berhasil menghipnotis seorang Nohesa Andaran.

Noran merasa ganjal dengan yang ia rasakan saat menatap Elaksi, ia bingung apakah semua ini hanya bentuk rasa kagumnya terhadap perempuan sempurna itu.

"Elaksi," interupsi Noran menghentikan nyanyian Elaksi.

"Lo tau kan kalau bintang yang bersinar sangat terang adalah yang paling cepat mati dibanding yang lainnya?" sambung Noran.

"Iya tau." jawab Elaksi dengan bingung.

"Jangan bersinar terlalu terang, gua pengen lo berbahagia dengan hidup yang lo punya dalam waktu yang lama, " ucap Noran menatap lekat mata milik Elaksi.

Elaksi sedikit tersentak dengan kalimat tiba-tiba yang Noran ucapkan itu.

Ia pun mendengarkan kalimat selanjutnya dari Noran.

"Kenapa lo ngelindungin gua? preman-preman itu bahkan bawa senjata, tapi kenapa lo malah nekat keluar ?!" lanjut Noran dengan yang sedikit meninggi dalam nada suara penuh kekhawatiran.

"Setiap orang berhak dilindungi, dan waktu itu gua pengen ngelindungin lo, walaupun emang keliatannya mustahil bagi gue untuk melawan preman-preman itu tapi setidaknya ada satu orang gila yang ngelindungin cowo kayak lo. Karna gua tau rasanya kesepian saat orang lain berpikir 'kita bisa melakukan segalanya sendiri'." jelas Elaksi.

Mata Noran tak kunjung berpaling dari Elaksi. ia menganggumi pemikiran dewasa yang Elaksi punya, ia menganggumi hati tulus Elaksi dan ia menganggumi sorot mata Elaksi yang tidak berbohong.

"Lo udah melalui hal seperti apa sampai berpikir luar biasa kayak gitu?" tanya Noran.

Elaksi tersenyum namun dengan kesedihan yang terlihat lalu mengalihkan pandangannya,

"Sejak kecil, gua hidup seperti boneka kayu yang dipentaskan dipanggung dengan dalangnya adalah orang tua gua sendiri. Setiap hal kecil yang gua lakukan selalu berdasarkan arahan orang tua gua, sampai hal krusial yang seharusnya gua berhak memilih pun orang tua gua tetap ikut campur."  jawab Elaksi menceritakan sedikit tentang hidupnya.

Noran mengadahkan kepalanya ke atas dan memejamkan matanya,"Hidup kita nyaris sama, bedanya lo adalah boneka kayu yang dipentaskan dan menjadi perhatian penonton, sedangkan gua adalah boneka yang tersimpan dalam kotak kaca. Disimpan dengan baik agar tidak rusak akibat faktor luar, namun hancur di dalam karena hanya menjadi boneka terlupakan yang di mainkan saat 'senggang'."

Elaksi merasakan rasa sesak dari kesepian yang Noran rasakan lewat mata laki-laki itu, mata yang selalu tersenyum namun menyimpan luka-luka tak terobati di hatinya.

Elaksi mengulurkan telapak tangannya, menutup kedua mata Noran yang tadi terpejam.

"Noran lo boleh nangis sekarang, gua akan menutupi air mata lo sampai senyum di mata lo tidak akan hilang." ucap Elaksi menghibur Noran.

Noran tersenyum, sekarang ia tidak perlu meragukan perasaanya lagi.

"Kalau gitu lo mau jadi pelindung mata gua di saat gua pengen nangis?"

ELAKSITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang