13. Hadiah untuk Rendi

223 53 7
                                    

Setelah bersihnya seluruh nama Elaksi maupun Ayahnya, perlahan-lahan perusahaan mereka mulai bangkit. Harga saham perusahaan pun mulai menguat.

Dengan dibelinya 20% saham di bawah nama Elaksi, menjadikan gadis itu kini menjadi anak muda terkaya No. 1 di Indonesia dengan total kekayaan 60 Miliyar rupiah.

Kabut kelam yang sempat menghampiri hidup Elaksi kini sirna, perlahan-lahan ia mulai mensyukuri segala nikmat yang diberikan kepadanya.

Ayah Elaksi berhasil sadarkan diri setelah dirawat 10 hari. Walau sudah sadar, Ayahnya masih belum mampu berbicara dan berjalan karena stroke yang diderita. Ibu Elaksi masih setia menjaga suaminya itu dan sedikit demi sedikit berusaha untuk menghilangkan jarak antara ia dan putrinya.

Kondisi Ayahnya yang masih tidak memungkinkan untuk memimpin perusahaan kembali saat ini, membuat Elaksi terpaksa harus menggantikan posisi Ayahnya sementara.

Ditengah padatnya jadwal sebagai pemimpin perusahaan sementara, tidak membuat Elaksi meninggalkan kuliahnya, ia memprioritaskan apa yang sudah menjadi tanggung jawabnya lebih dulu.

"Elaksi... sudah sebulan berlalu, Mama tau kamu banyak berjuang dan menderita selama itu. Mama minta maaf karena tidak bisa membantu dan belum menjadi sosok ibu yang sempurna untuk kamu...Tapi, turutilah permintaan mama kali ini." ucap Ibu Elaksi menghampiri putrinya yang sedang berdiri menikmati angin di balkon rumah sakit.

"Apa ma?" jawab Elaksi.

"Hiduplah sendiri, kini kamu adalah pemilik hidupmu sendiri, mama tidak akan merebutnya lagi." jawab Ibu Elaksi.

Elaksi tersenyum matanya perlahan tergenang air mata yang tetap ia tahan sekuat tenaga. Ego nya sangat tinggi hanya untuk mengeluarkan air mata itu.

Jeratan tali yang selama ini mengatur hidupnya sudah terlepas, kini ia bisa menjalani kehidupan miliknya sendiri.

***

Noran merapihkan rambutnya lewat pantulan di kaca spion motornya, ia menyisir sedikit rambutnya kebelakang, lalu merapihkan tas ranselnya sebelum ia berjalan masuk ke dalam gedung kuliahnya.

Setelah masalah yang terjadi, citra Noran benar-benar hancur ia dicap sebagai anak tukang korupsi karna ulah Ayahnya yang keji.

Munafik kalau Noran tidak terpengaruh dengan hidupnya yang sangat berubah sekarang, Ia juga sempat merasa depresi dengan apa yang telah terjadi dan menyalahkan dirinya. Tapi, ia tahu tindakannya adalah benar.

Hanya saja, ia terlalu kecewa dengan apa yang orang tuanya perbuat.

"Lo udah siapin barang belum Ren?" sapa Noran kepada temannya itu yang baru saja hendak melimpir pergi ketika melihat Noran mendekatinya.

Rendi sepertinya mempunyai reaksi tubuh yang spontan saat dihampiri Noran.

"Udah lahhh, dua koper gede gila gua bawa. Mak gua udah kaya ngusir gua dari rumah." jawab Rendi.

Noran tertawa terbahak-bahak.

Bagi Noran, ia tidak perlu banyak orang untuk berada disisinya, ia hanya berharap orang-orang yang selama ini percaya padanya tidak pergi.

Elaksi dan Rendi, untuk Noran mereka pun sudah cukup.

Rendi dan Noran kemudian berpisah, Rendi menuju kelasnya untuk menyelesaikan mata kuliah hari ini, sedangkan Noran menuju perpustakaan.

ELAKSITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang