"Apa-apaan ini?!" Noran menarik handphone Rendi dengan kasar, ia membuka satu persatu berita yang membuat nama Elaksi menjadi nomor satu di pencarian lagi.
Noran mulai mengutuk dirinya karena didahului Elaksi. Ia bahkan sudah mengumpulkan tekadnya yang besar untuk dapat membantu gadis itu.
Tapi sekali lagi, Elaksi malah menyelamatkan Noran.
Dan, Noran membenci itu.
Noran dengan cepat menelpon Elaksi menggunakan ponselnya malam ini,
"Halo No..."
"Lo dimana?" tanya Noran memotong saat Elaksi menjawab panggilan telponnya.
"Di Rumah sakit."
"Kirim nomor kamarnya, gua kesana sekarang. Ada yang mau gua omongin dan kasi ke lo." ucap Noran kemudian memutus panggilan.
Ia segera mengambil hoodie dan kunci motornya lalu bergegas hendak pergi sebelum dicegat oleh Rendi.
"No, lo beneran yakin bakal publish itu sendiri?" kata Rendi masih tidak setuju dengan keputusan Noran.
"Bangkai yang diawetkan harus dikeluarkan agar tidak membusukkan yang lain." jawab Noran sambil menepuk bahu Rendi dan bergegas pergi setelah itu.
Rendi akhirnya pasrah dan menghormati keputusan temannya itu. Ia tau temannya itu gegabah saat menyukai seseorang. Tapi, belum pernah ia melihat temannya itu rela menghancurkan 'istananya' demi seorang gadis.
Walau akhirnya hal itu sebentar lagi akan terjadi.
***
Noran sampai di Rumah sakit tempat Ayah Elaksi dirawat. Elaksi menunggu Noran di taman yang berada di atap rumah sakit menggunakan masker dan topi hitam yang menutupi wajahnya agar tidak dikenali orang lain.
Namun, Noran jelas masih mengenali wajah cantik dan postur tubuh gadis itu.
Ia melangkahkan kakinya perlahan mendekati Elaksi dibelakang tubuhnya hingga Elaksi tidak menyadari kehadiran Noran.
Noran menggerakkan tangannya untuk menggenggam jari kelingking milik Elaksi yang berdiri di hadapannya.
Elaksi terkejut setelah merasa jarinya digenggam oleh seseorang. Elaksi mencoba memutar tubuhnya untuk melihat orang yang sebenarnya Elaksi yakin adalah Noran.
Noran menatap Elaksi yang kini sudah berbalik menghadapnya dengan tatapan tanpa ekspresi. sebenarnya ia menahan kuat-kuat rasa kesalnya terhadap tindakan Elaksi yang telah melindunginya itu.
"Udah gua bilang jangan berjuang sendirian, lo punya gua." ucap Noran dengan tegas.
Elaksi diam menatap mata Noran yang menunjukan berbagai macam perasaan disana. matanya yang sedih dan menyimpan kekhawatiran bisa Elaksi rasakan.
"Gua sayang sama lo. Jadi lo seharusnya tunangannya sama gua bukan sama Doni." lanjut Noran yang membuat Elaksi membulatkan matanya dengan sempurna, namun mulutnya masih tertutup rapat akibat keterkejutannya.
"Gua ga bisa kasi lo cincin sekarang tapi ambil ini." Noran menyerahkan sebuah flashdisk kepada Elaksi yang masih membeku.
"Gua ngelamar lo pake flashdisk ini, dan lo harus terima." kata Noran yang terdengar sedikit memaksa.
Namun, tentu saja kalau saja ia tidak memaksa seperti itu pasti Elaksi tidak akan mau menerima flashdisk itu.
"Ngerti ga sih ini lo ngajak tunangan kayak ngajak beli kuaci di warung." sindir Elaksi akhirnya membuka mulutnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
ELAKSI
Fanfiction❝Hidup kita nyaris sama, bedanya lo adalah boneka kayu yang dipentaskan dan menjadi perhatian penonton, sedangkan gua adalah boneka yang tersimpan dalam kotak kaca. Disimpan dengan baik agar tidak rusak akibat faktor luar, namun hancur di dalam kare...