Panggilan telpon sore hari itu mengubah hari Elaksi yang semula berada di atas awan, jatuh terhempas menghujam tanah.
Ia tidak mengira kalau hal ini akan terjadi padanya.
Setelah mendapat telpon lebih dulu dari ibunya sebelum dihubungi kepolisian, Elaksi di jemput oleh pak Hasan untuk ke Kantor Polisi.
Ibunya hanya berkata, "katakan saja kalau memang benar apartemen itu milikmu."
Beberapa menit yang lalu Elaksi masih tidak menyadari arti dari kalimat itu, namun pikirannya benar-benar menjadi terbuka setelah mendapat telpon dari mantan tunangannya, Doni Bramanta,
"Setelah ku check ayahmu membeli apartemen itu dengan uang pajak perusahaannya dan dibeli atas namamu." jelas Doni.
Iblis gila macam apa yang menghasut seorang ayah untuk menjebak putrinya sendiri, seperti ini.
Ia hanya berharap semua ini hanya pikiran negatifnya.
Elaksi tiba di kantor kepolisian, ia segera menjadi pusat hujaman pertanyaan dari puluhan wartawan ketika baru saja menempatkan kakinya disana.
"benarkah anda terlibat dalam kasus penggelapan pajak ini?"
"Apakah anda yang menghasut ayah anda untuk menggelapkan pajak untuk kepentingan pribadi?"
"Apa tanggapan anda tentang apartemen mewah itu?"
"Bagaimana nasib perusahaan setelah ini?"
"Perusahaan di bidang rokok adalah yang paling rentan dengan penggelapan pajak, apakah semua ini memang sengaja direncanakan?"
Puluhan wartawan itu terus mendesak Elaksi membuka mulutnya, sampai pihak polisi turun tangan untuk membantu Elaksi masuk ke dalam kantor dengan aman menjauhi para wartawan itu.
Setelah berhasil masuk ke dalam kantor, Elaksi di bawa ke dalam ruang interograsi yang sudah ditunggu oleh detektif dan ayahnya di dalam ruangannya.
"Saya akan meninggalkan kalian untuk berbicara berdua." interupsi detektif itu lalu bangkit dari duduknya dan keluar dari ruangan.
Sekarang hanya tersisa Elaksi dan ayahnya di ruangan itu.
Setelah memutuskan keluar dari rumah, Elaksi benar-benar memutus hubungan dengan ayahnya, sampai hal ini terjadi.
Dan lagi pula ayahnya tidak mau repot membujuk atau mencari anak tunggalnya itu untuk pulang kerumah, karena baginya hanya akan membuang-buang waktu.
"Lanjutkan hubunganmu kembali dengan Doni." buka ayahnya.
Sebuah awalan yang tidak lazim.
Bukankah seharusnya paling tidak ayahnya menjelaskan apa dan bagaimana semua kegilaan ini terjadi, atau sekedar meminta maaf atau menanyakan kabar putrinya yang pergi dari rumah sebagai kalimat pembuka yang baik.
"Apa-apaan semua ini pa?" tanya Elaksi menutut ayahnya untuk menjelaskan semuanya.
Ayahnya, menarik nafas dalam-dalam untuk mulai menjelaskan, "Papa dijebak dan diancam. Salah satu pemegang saham utama di perusahaan papa melakukan kerjasama intens bersama Ayah Doni untuk membalas dendam ke keluarga kita, ia ingin melengserkan Ayah dan mengganti jajaran direksi, karena ayah Doni berjanji memberikan 5% sahamnya. Satu-satunya pilihan yang mereka berikan untuk menyelesaikan semua kekacauan ini adalah dengan membuatmu bertunangan kembali dengan Doni." jelas Ayahnya dengan jujur.
Elaksi terdiam.
Takdir sepertinya sedang bercanda dengan orang yang bahkan hanya bisa menertawakan hidupnya sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELAKSI
Fanfic❝Hidup kita nyaris sama, bedanya lo adalah boneka kayu yang dipentaskan dan menjadi perhatian penonton, sedangkan gua adalah boneka yang tersimpan dalam kotak kaca. Disimpan dengan baik agar tidak rusak akibat faktor luar, namun hancur di dalam kare...