Entah bagaiman kehidupan mulai berputar pada stigma masyarakat. Pelabelan, pemberian nilai, dan akhir tujuan kehidupan seolah diatur berdasarkan bagaimana masyarakat memandangnya.
Ada yang mengatakan kalau umur remaja kamu harus masuk SMA Favorite agar dapat melanjutkan di Universitas bergengsi.
Kemudian dilanjutkan 'Harus masuk Universitas ternama' agar dipandang bermartabat dan mendapat pekerjaan dengan gaji tinggi.
Setelah bekerja pun masih dituntut untuk segera menikah.
Kemudian bagaimana nasib segelintir orang yang tidak mampu mengikuti arus pandangan masyarakat itu?
Tentu saja akan dipandang lebih rendah.
Yang dapat dilihat bahwa orang yang berpendidikan tingkatannya akan jauh diatas dari orang tanpa pendidikan di sistem hirarki.
Padahal semua orang sama.
Walaupun digebu-gebukan hidup tanpa sistem hirarki, pandangan masyarakat lah yang menciptakan 'trend' yang bersifat mewajibkan.
Mungkin itulah yang dirasakan Noran saat dikepalanya berkutat tentang apa yang harus ia lakukan tentang kuliahnya.
Dari awal tujuan ia berkuliah adalah karena dipaksa oleh Ibu nya untuk suatu saat dapat mengambil alih perusahaan.
Tapi karena sudah kehilangan tujuan itu, untuk apa ia melanjutkan apa yang ia tidak suka dan apa yang bukan jalannya.
Walaupun keputusan yang diambil adalah keputusan yang tidak main-main karena Noran sudah hampir sampai di penghujung perkuliahannya.
Tapi, ia tau ini bukan jalannya.
“Gua mau putus kuliah.”
Elaksi mematung sejenak mendengar kalimat yang dilontarkan Noran. Banyak hal yang dilalui Noran selama masa perkuliahannya dan Elaksi tau Noran tidak bahagia.
"Sini aku peluk, terimakasih sudah mencoba melakukan yang tidak lo suka selama ini. Lo keren! gua bakal selalu mendukung apapun yang lo lakukan" Ucap Elaksi kemudian memeluk Noran dan tersenyum bangga.
Tidak mudah untuk melawan arus, tapi Noran melakukannya.
Elaksi tau pendidikan itu penting tapi baginya, apapun yang diputuskan oleh Noran adalah hal sulit yang tidak akan main-main dilakukannya.
***
Noran mengurus segala administrasi pemberhentiannya, banyak yang menyayangkan dan menganggap keputusan Noran adalah keputusan bodoh.
Tapi peduli apa, Noran tidak hidup dari omongan orang-orang.
Noran menuju parkiran mobil di hari terakhirnya menginjakkan kaki di gedung fakultas yang sudah mengisi harinya selama 3 tahun ini, matanya mencari keberadaan mobil yang ia parkirkan di sana.
"Noran! Woi!" teriak sapa seseorang dari arah parkiran.
Haikal, Rendi serta Sandi berdiri disana menunggu Noran.
Semenjak kejadian lalu Noran jadi lebih akrab dengan Sandi, orang yang membantunya menguak kebusukkan Ayahnya itu. Mereka banyak mengobrol tentang kasus apa saja yang di urus dalam organisasi 'Payung Hitam'.
"Selamat sudah menganggur." ucapan salam hangat dari Rendi mengawali percakapan ketika Noran sampai di hadapan tiga orang itu.
"Selamat tidak memiliki teman di masa perkuliahan lo selanjutnya ren." timpal balik Noran.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELAKSI
Fanfic❝Hidup kita nyaris sama, bedanya lo adalah boneka kayu yang dipentaskan dan menjadi perhatian penonton, sedangkan gua adalah boneka yang tersimpan dalam kotak kaca. Disimpan dengan baik agar tidak rusak akibat faktor luar, namun hancur di dalam kare...