Jika langit bisa berbicara, mungkin ia akan berkeluh kesah betapa mengerikannya manusia.
Manusia hidup dengan saling 'memangsa' satu sama lain. Saling memberikan 'nilai' terhadap sudut pandang yang mereka sukai.
Hukum manusia itu hanya satu, Jika berkuasa akan diagungkan, dan jika lemah akan mengagungkan.
Elaksi pergi dari kediaman Robert Bramanta dengan mata memerah menahan sekuat tenaga emosi yang tidak boleh ia tunjukkan. Karena jika itu ditunjukkan akan membuatnya lemah dan bertekuk lutut pada masalah.
Di dalam mobil menuju rumah sakit Elaksi ditemani Pak Hasan dan ketua tim kuasa hukum perusahaannya.
"Nona sudah lihat harga saham penutupan hari ini?" kuasa hukum itu memberikan tab nya pada Elaksi.
Elaksi menarik rambutnya kebelakang dengan frustasi. Stock Price pada penutupan hari ini benar-benar jatuh mencapai titik terendah downtrend dalam kuartal 3 tahun ini.
"Pak Bery siapa saja pemegang saham perusahaan saat ini?" Elaksi mengembalikkan tab tadi pada kuasa hukumnya.
"40% dimiliki publik, 30% dimiliki Pak Elaksano, 10% PT Bramanta Investama dan 20% dimiliki PT Jaya Budi milik Pak Thang." jelas Pak Beri.
Dilihat dari jumlah saham yang dimiliki, Pak Thang dan Robert yang bekerja sama, akan memiliki suara yang sama dengan kekuatan 30% saham mereka, sedangkan publik masih memiliki pandangan negatif setelah berita penangkapan ayahnya dan akan membuat Elaksi masih akan kalah jika mereka menutut penggantian direksi
"Saya ingin minta pendapat anda Pak, jika saya membeli 20% saham publik apakah akan membuat suara saya dan ayah saya menang?" tanya Elaksi.
"Tentu saja, anda dan ayah anda menjadi pemegang saham terbesar dengan jumlah 50%, Tapi nona membeli dengan uang apa? jika dihitung harga saham hari ini adalah Rp. 250.000/lots dan jumlah saham yang beredar di publik ada 1.800.000 lots, 20% nya adalah 360.000 jadi jumlah yang harus dibayar adalah 90 Miliyar." jawab Pak Bery menjelaskan.
Elaksi tersentak, ia tidak memiliki jumlah uang dengan nominal yang besar saat ini bahkan aset nya pun tidak mencapai jumlah itu. Apartemennya tidak bisa dijual karna masih jadi bahan sitaan sedangkan Elaksi tidak menerima banyak Aset dari Ayahnya.
Elaksi benar-benar kehabisan akalnya.
"Apakah ini saatnya untuk menyerah?tidak ada cara untuk menyelamatkan papa untuk tetap dijajaran direksi." gumam Elaksi yang masih dapat didengar.
Pak Hasan menekan pedal remnya secara mendadak, "Apa yang mau anda lakukan nona?" ucap beliau menoleh terkejut dengan ucapan Elaksi tersebut.
Elaksi tidak menjawab dan hanya memalingkan wajahnya menatap kaca mobil.
***
Rendi berkacak pinggang di depan kumpulan fans Elaksi yang berhasil ia kumpulkan atas permintaan Noran.
Yang dimaksud Noran dengan masuk ke fandom adalah ini.
Ia ingin meminta bantuan kepada orang-orang yang peduli terhadap Elaksi.
Rendi menghitung dengan telunjuknya jumlah orang yang hadir di dalam ruang Sekretariat BEM Fakultas yang ia pinjam sebentar.
"25 Orang." gumamnya.
Noran menepuk bahu Rendi sembari berterimakasih karena telah membantunya.
"Sekarang lo bisa kasi tau gua rencana lo kenapa mengumpulkan mereka disini." tegas Rendi.

KAMU SEDANG MEMBACA
ELAKSI
Fanfiction❝Hidup kita nyaris sama, bedanya lo adalah boneka kayu yang dipentaskan dan menjadi perhatian penonton, sedangkan gua adalah boneka yang tersimpan dalam kotak kaca. Disimpan dengan baik agar tidak rusak akibat faktor luar, namun hancur di dalam kare...