11 || Nilai konstan

1.4K 245 41
                                    


Sama seperti memecahkan soal matematika. Jika dengan cara A tidak bisa, masih ada cara B, C dan lainnya. Yang terpenting adalah usaha.

-Infinity


Cahaya matahari menembus celah jendela, membuat Arca yang tengah tertidur pulas mulai membuka matanya karena sinar matahari.

Bukannya bangun  justru Arca malah menutup wajahnya dengan selimut dan melanjutkan kembali tidurnya.

"Arcaaa! Bangun! Udah jam berapa ini? Kamu harus sekolah!" teriakan seorang wanita membuat Arca menarik bantalnya dan menutup telinganya dengan bantal.

"Archakra! Bangun sekarang atau mamah buang kunci motor kamu!" anacaman sang mamah di luar pintu kamar Arca, membuatnya seketika bangun dan membuka pintu kamarnya walau dengan mata setengah terpejam.

Ancaman yang selalu berhasil membuat Arca merasa takut adalah kunci motor. Menurutnya, jika kunci motornya hilang, otomatis dia tidak bisa membawa motor, dan dia malas jika harus berjalan kaki atau menaiki kendaraan umum.

Motor vario berwarna putih biru adalah benda kesayangannya. Karena kemanapun dia pergi, motor ini selalu bersamanya. Motornya selalu bersih dan wangi karena selalu di bersihkan setiap tiga hari sekali.

"Ini Arca udah bangun," ucap Arca dengan mata yang masih menyipit.

"Udah setengah delapan, kamu enggak mau masuk sekolah?" tanya Alisa dengan wajah kesal.

"Mah,sesuai ucapanku tadi malam. Aku enggak bakal sekolah hari ini." Arca mengambil kunci motor yang di tangan kanan mamahnya.

"Keputusan mamah juga tidak bisa di ganggu gugat Arca! Ingat itu!" Alisa meninggalkan putra kesayangannya yang masih terdiam di tempat.

Kesal. Tentu saja Arca semakin kesal pada mamahnya. Sudah berbagai macam cara Arca lakukan agar mamahnya setuju untuk memindahkan dirinya ke SMA Galaksi. Namun semua usaha yang dia lakukan nihil. Sang mamah sudah tidak bisa di rayu lagi, keputusannya sudah benar-benar final.

Dengan kesal Arca menutup pintu kamarnya dengan keras. Sehingga membuat suara benturan yang begitu menggelegar di dalam rumahnya.

"Mamah enggak peduli Arca. Sampai kapanpun mamah enggak akan memindahkan kamu ke SMA Galaksi!" teriak Alisa di ruang makan yang tengah menyiapkan sarapan untuk anak keduanya.

"Bang Arca kenapa mah?" tanya seorang gadis berusia enam tahun yang tengah duduk di kursi meja makan dengan segelas susu di hadapannya.

"Biasa, abang kamu lagi ngambek," ucap Alisa kemudian memberikan satu piring nasi goreng pada putri kesayangannya.

"Mah, kok abang ngambek mulu dari malem?" tanya kembali Aira pada mamahnya.

"Abang kamu emang hobinya ngambek, kamu jangan kaya abang kamu ya sayang," ucap Alisa.

"Aira enggak suka ngambek kok mah," Aira kembali melahal nasi gorengnya.

"Kalo sudah selesai, kamu segera berangkat sekolah ya, ini udah telat,"

"Ini udah kok mah, Aira berangkat ya." Aira mencium punggung tangan mamahnya dan mengambil tas ransel miliknya.

"Pak Darto!" teriak Alisa memanggil sang sopir rumahnya agar mengantarkan Aira ke sekolah. "Aira udah siap mau berangkat sekolah,"

"Iya bu," balas pak Darto yang menghampiri Alisa.

"Aira berangkat ya mah," ucap Aira dengan seulas senyuman di bibirnya.

"Hati-hati sayang,"

"Permisi bu," pamit pak Darto.

Alisa kembali membersihkan rumah, sebelum dia pergi ke butik. Setiap hari Alisa selalu pergi ke butiknya setelah anak-anaknya berangkat sekolah dan suaminya pergi bekerja.

Alisa kembali mendatangi kamar putranya yang sangat keras kepala sama seperti dirinya.

"Arcakhra!" Alisa mengetuk-ngetuk pintu kamar putranya dengan tidak santai.

Arca yang sedang tertidur kembali terbangun. "Apa mah? Arca masih ngantuk!" Arca berteriak tanpa membuka matanya sedikitpun.

"Apapun yang kamu lakukan, mamah tidak akan mengizinkan kamu pindah sekolah Arca." Ucap Alisa tegas.

Alisa sengaja menyekolahkan Arca di SMA Gemilang, sekolahnya yang bagus serta fasilitas di sana sangat memadai. Dan jarak antara rumah ke sekolah bisa di bilang cukup jauh. Itu bisa membuat Arca bangun lebih pagi.

Alasan Alisa tidak menyekolahkan putranya di SMA Galaksi, karena letak sekolahnya yang dekat dengan rumah, akan membuat Arca semena-mena datang jam berapapun ke sekolah. Di tambah semua teman-teman Arca berada di sana. Dan akan berkemungkinan besar, jika Arca kembali menjadi siswa yang kurang bisa di atur.

Sama seperti dulu saat sekolah menengah pertama. Surat panggilan orang tua selalu saja Alisa terima setiap bulannya. Selalu saja Arca melakukan pelanggaran di sekolah, membuat kericuhan dan apapun itu yang membuat Alisa harus datang ke sekolah.

"Teman-teman Arca semua di sana!" Ucap Arca dengan nada kesal.

Ceklek

Alisa membuka pintu kamar putranya kemudian masuk. Terlihat Arca yang tengah tidur dan menyelimuti seluruh badannya dengan selimut.

"Kalo kamu di sana. Kamu akan berkemungkinan besar seperti kemarin, seenaknya berkelakuan di sekolah, sama teman-temanmu itu."

"Mah, peraturan sekolahnya aja yang aneh!" Protes Arca.

Menurut Arca peraturan memakai sepatu harus warna hitam adalah aneh. Karena terkadang dia menyukai warna putih dan ingin memakai sepatu berwarna putih.

"Otak kamu yang aneh! Di semua sekolah juga mengharuskan pake sepatu berwarna hitam." tegas Alisa.

"Di sekolahku yang sekarang boleh pake sepatu warna putih." ucap Arca.

"Mamah enggak mau kita berdebat lagi. Besok kamu harus sekolah! Hari ini okay mamah izinkan, tapi jangan harap besok-besok seperti ini lagi Archakra!" Setelah mengatakan itu, Alisa pergi meninggalkan kamar putranya. Dia harus bersiap menuju butik kali ini.

"Terserah mamah!" teriak Arca kesal.

"Kalo mau makan cari aja di dapur, kalo enggak mau makan nasi goreng, kamu masak aja sendiri!" Alisa membalas berteriak di ruang tengah.

Rumah Arca memang selalu ramai dengan teriakan mamahnya dan dirinya. Dan tidak lupa selalu di penuhi oleh perdebatan dirinya dengan sang mamah.

Yaa, perempuan yang selalu di ajak berdebat oleh Arca hanya mamahnya dan Lavanya. Wait! Lavanya? Yaa, pasti dia khawatir karena Arca tidak memberikan kabar padanya hari ini dia tidak masuk sekolah.

Arca segera mengambil ponselnya untuk mengabari Vanya. Namun, dia jadi bingung, harus mengirimkan pesan apa padanya?

Kenapa juga dia harus bilang pada Vanya soal dirinya tidak akan pergi ke sekolah? Memangnya Vanya siapa? Bukankah seorang teman?

Arca kembali menyimpan ponselnya dan melanjutkan kembali tidurnya. Mumpung sang mamah mengizinkan tidak sekolah hari ini, dia akan tidur sepuasnya hari ini. Kebetulan kepalanya sedikit pusing karena sudah dua hari dia begadang karena bermain game online.






Note :
Gue bakal rajin up kalo kalian kasih semangat yang banyak buat gue wkwkwk
Jangan lupa kasih vote sama komen juga ya, biar gue bertambah semangat nulisnya😊

Rekomen buat cast Arca sama Vanya dong. Kalo ada saran komen ya!!!!

Infinity [TERBIT] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang