Happy Reading💙Tidak semua orang mampu memahami apa yang kita inginkan. Jika ingin selalu di pahami lalu bagaimana kamu akan memahami orang lain?
-Infinity
Vanya kini sedang duduk di kursi ruang kelas sambil menunggu kedatangan Arca dan Bu Gina.
"Arca lama banget sih?! Ke wc kok lama!" Vanya terus saja berdecak kesal. Pasalnya sekarang dia sedang berada di kelas sendirian.
Arca berjalan santai masuk ke dalam kelas. Dengan senyum menyengir dia berjalan menghampiri Vanya yang sudah menatapnya kesal setengah mati.
"Lo kemana aja? Katanya ke wc kok lama," Vanya menatap cowok bertubuh tinggi itu dengan kesal.
"Abis dari wc gue ke kantin," sahut Arca santai kemudian duduk di samping Vanya.
Vanya memutar bola matanya malas. "Ngapain ke kantin?"
"Laper, tadi gue makan bakso dulu di sana," ucap Arca.
Ayolah Arca, bukan hanya dirinya yang lapar. Vanya juga merasa lapar, bahkan dia rela menunggu Arca dari wc baru akan mengajaknya ke kantin. Tapi apa? Arca sudah lebih dulu pergi ke kantin.
"Lo fikir gue enggak laper? Gue rela nahan laper nunggu lo balik di wc. Taunya lo udah ke kantin duluan." ucap Vanya berapi-api.
Satu hal yang pasti. Ketika berbicara dengan Arca sudah pasti Vanya menaikan suaranya dan selalu berakhir dengan emosi.
Pasalnya Arca memang sering kali membuat Vanya kesal. Apapun obrolannya tidak enak jika tidak diakhiri dengan perdebatan. Itulah ciri khas yang melekat bagi mereka.
"Iya gue tau. Nih gue bawain roti coklat kesukaan lo." Arca menyodorkan satu bungkus roti pada Vanya.
"Cuma roti doang?" Ucap Vanya menaikan satu alisnya.
"Ini susu kotaknya." Arca memberikan satu susu kotak rasa original.
Vanya selalu makan roti coklat dengan minum susu kotak. Jika tidak ada susu kotak, maka tidak usah memberinya roti coklat. Begitulah seorang Lavanya Carolyn.
"Terimakasih temen nyebelin," ucap Vanya dengan senyum yang menggemaskan. Arca yang melihat Vanya tersenyum seperti itu dia malah bergidik ngeri. Vanya terlihat bertambah imut jika tersenyum seperti itu.
"Kok lo natap gue gitu?" Protes Vanya tak terima.
"Ngeri gue liat lo senyum kaya barusan," ucap Arca.
"Ngeri jatuh cinta sama gue?" tanya Vanya dengan tatapan menggoda Arca yang membuatnya mendapat pukulan di jidatnya.
"Pede banget lo!"
"Kata-kata gue itu. Fiks lo enggak boleh nyontek kata-kata gue yang itu." ucap Vanya kesal.
"Kata siapa?"
"Kata gue!"
"Kalian sudah datang? Ibu kira kalian belum datang," suara guru matematika yang sangat Vanya dan Arca kenali membuat keduanya seketika terdiam.
"Vanya masih belum habis makannya?" tanya Bu Gina.
"E-eh iya bu," sahut Vanya kemudian dia menyimpan roti coklatnya di atas meja.
"Sambil makan juga enggak papa kok. Kita belajarnya santai, enggak kaya di kelas biasanya. Kita bahas soal-soal aja sekarang." terang Bu gina yang di angguki oleh kedua siswanya.
"Saya tadi sudah mengisi soal sistem persamaan linear bu, tapi masih yang dasar sih," ucap Vanya.
"Lo ngisi apaan?" Arca menyenggol bahu Vanya.
"Ini." Vanya menggeser buku catatannya.
"Ohhh, ini mah gue juga paham," ucap Arca.
"Kamu makan dulu aja. Arca kamu paham sama soal yang Vanya isi?" tanya Bu Gina.
"Paham bu," jawabnya cepat.
Tentu saja paham. Toh ini masih materi dasar jadi dia bisa santai menjawabnya.
"Coba tulis di depan dan jelaskan." Bu Gina kini berjalan menuju kursi di sebelah kiri Vanya dan duduk di sana.
Arca mulai berjalan ke depan dan mulai menuliskan soal serta jawaban yang sudah di isi oleh Vanya.
Menggunakan metode eliminasi-subtitusi
3x + 2y = 10
x + y = 4
Eliminisai y
3x + 2y = 102x + 2y = 8
-x + 0 = 2
x = 2
Subtitusi x ke persamaan 2
x + y = 4
2 + y = 4
y = 4 - 2
y = 2
"Sudah bu," ucap Arca menoleh pada Bu Gina yang sedang duduk dan memperhatikannya.
"Silahkan di jelaskan Arca," sahut Bu Gina.
"Saya menggunakan metode emliminasi-subtitusi, persamaan pertama 3x + 2y = 10 dan persamaan kedua x + y = 4. Pertama kita kalikan 2 ke persamaan kedua yaitu x + y = 4 dan setelah di kalikan 2 menjadi 2x + 2y = 8. Setelah itu, kita eliminasi variabel y, agar bisa tau berapa nilai variabel x." jelas Arca sangat serius.
"Setelah di eliminasi variabel y kita bisa temukan bahwa nilai variabel x = 2. Setelah mendapatkan nilai dari variabel x maka kita subtitusi 2 ke persamaan pertama atau kedua. Tapi saya pilih ke persamaan kedua agar lebih mudah. Persamaan kedua x +y = 4 karena variabel x sudah di temukan nilainya maka menjadi 2 + y = 4 dan kita bisa menghitung berapa nilai variabel y. Jadi variabel y = 2. Nilai variabel x adalah 2 dan nilai variabel y adalah 2."
Penjelasan Arca sangat mudah di pahami. Vanya hanya tersenyum dan menatapnya bangga. Padahal Arca pernah mengatakan padanya mencari nilai X dan Y sangat membuatnya pusing. Lalu sekarang tanpa belajar terlebih dahulu dia mampu menjelaskan di depan sana.
"Penjelasan kamu cukup bagus Arca. Rupanya kamu sudah memahami dasar persamaan linear," ucap Bu Gina.
"Arca cuma pura-pura bego bu selama di kelas," sahut Vanya.
"Seharusnya kamu bisa tunjukan kemampuan kamu Arca," saran Bu Gina.
"Baik bu," ucap Arca.
"Tolong isi soal ini, ibu mau keluar dulu. Nanti ibu balik lagi, dan kalian bisa tanyakan soal yang tidak bisa di pahami." jelas Bu Gina kemudian pergi meninggalkan kedua siswanya.
Vanya mengambil selembar kerta yang berisi tiga puluh soal matematika mengenai persamaan linear.
"Gilaa banyak banget ini soal," protes Arca menatap soal yang di pegang oleh Vanya.
"Katanya enggak mau nyari si X sama Y. Itu tadi kayanya lo paham banget cara nyari mereka," cibiran Vanya membuat Arca tersenyum menyengir.
"Mulai bersahabat gue sama X dan Y." Arca melipat kedua tangannya di dada.
"Wahhh mulai ada kemajuan ya," ucap Vanya menahan tawanya.
Menurut Vanya, Arca sangat lucu. Dia memang benar-benar pintar matematika, namun tidak mau memperlihatkannya lagi karena hal di masalalunya.
Hanya karena dia pernah kalah dalam olimpiade, itu membuat dia tidak mau kembali berusahan dengan mata pelajaran menghitung ini.
Note :
Kira-kira yang cocok buat visual Arca siapa? Ayo komen😆Gue mau sedikit cerita sama kalian. Jadi gue nulis karakter Arca tuh pake karakter seseorang. Dia teman terbaik gue. Katanya gue boleh pake karakter dia.
Gue bilang sama dia "Doain ya semoga infinity bisa terbit. Kalo sampe terbit gue bakal ngasih hadiah sama lo." Terus dia jawab "Bismillah Iphone." Setelah gue denger jawaban dia, entah gue harus sedih atau seneng.
Emang ya cowok Aries itu rese banget sama kaya dia. Udah nyebelin ngangenin lagi😂 aduhh untung temen ya jadi gue sayang😀
KAMU SEDANG MEMBACA
Infinity [TERBIT]
Ficțiune adolescenți"Kita layaknya bilangan tak hingga di bagi dengan bilangan tak hingga maka hasilnya adalah bilangan tak pasti" -Infinity Layaknya bilangan tak hingga kita tidak pernah tau apa yang akan terjadi. Tidak pernah tau akan bertemu siapa dan jatuh cinta pa...