Happy Reading❤
Apa kabar hari ini?Banyak hal yang tidak kita ketahui
Entah memang sengaja di tutupi atau kita yang tak pernah berniat untuk mencari tahu-Infinity
"Bu, aku pamit dulu ya." Vanya mencium punggung tangan kanan ibunya dengan sopan.
"Hati-hati ya."
"Pamit,Bu," Okta ikut mencium punggung tangan kanan Ibu kemudian menghidupkan motornya.
Vanya memakai helm kemudian naik ke motor Okta. Dia melambaikan tangannya pada sang Ibu yang sedang tersenyum sambil membalas lambaian tangannya.
"Taa, jangan ngebut bawa motornya," pesan Ibu yang di angguki oleh Okta.
Okta melajukan motornya dengan kecepatan rata-rata. Di hari libur seperti ini kendaraan sangat ramai. Banyak yang berpergian untuk liburan.
"Taaa," panggil Vanya mendekat pada samping telinga kiri Okta.
"Hah?" Sahut Okta.
"Mau gantian enggak bawa motornya?" tanya Vanya.
"Hah? Apaan Nyaa? Beli motor? Lo mau beli mau motor?" Jawaban Okta sungguh tidak nyambung. Maklum saja karena posisi mereka sedang berada di belakang motor vespa. Alhasil suara Vanya terkalahkan seperti tertiup angin begitu saja di banding suara kenalpot motor vespa yang ada di depan mereka.
"Kok jadi beli motor sih?!" Vanya berdecak sebal. "MAU GANTIAN ENGGAK BAWA MOTORNYA?" Kini Vanya sedikit berteriak agar terdengar oleh Okta.
"Ohhh,, LO MAU BELI MOTOR SAMA YANG NAMANYA SEPTHIAN?" Okta kembali menyahuti dengan jawaban yang tidak nyambung.
Dengan kesal Vanya menggeplak kepala Okta begitu saja. "GOBLOK!" makinya.
"NYAA, KOK GUE DI GEPLAK YA?"
Setelah motor vespa yang berada di depan mereka berbelok kiri. Akhirnya Vanya tersenyum senang. "Tadi gue bilang. Mau gantian enggak bawa motornya? Kok malah jadi beli motor sih?!"
Okta tertawa setelah mendengar penjelasan dari Vanya. Yaa, wajar saja di tidak mendengar ucapan Vanya. Suara motor vespa mengambil alih pendengarannya.
"Enggak usah. Bentar lagi juga nyampe." Tolak Okta. Dia sebenernya tidak mau di bonceng seorang gadis. Karena itu sangat memalukan.
"Yaudah." Sahut Vanya pasrah. Ketika dia menoleh ke sebrang jalan. Dia melihat seseorang yang sangat dia rindukan. Laki-laki yang sangat dia cintai dan juga sangat dia benci.
Ayah Vanya kini melihat kearahnya. Menatap putrinya dengan sendu. Namun dengan cepat Vanya mengalihkan pandangannya. Untung saja motor Okta sedang berjalan. Jika tidak, sudah pasti ayahnya akan memghampiri dia detik itu juga.
Okta melihat perubahan ekspresi wajah Vanya dari keca spion. "Lo kenapa jadi sedih gitu mukanya?"
"Enggak apa-apa."
"Kita makan dulu yuk!" ajak Okta. Perjalanan mereka sangat jauh sehingga membuat Okta merasa haus dan lapar.
Vanya menggelengkan kepalanya. "Di rumah kak Tara aja. Kayanya dia udah masak deh!" Sahut Vanya. Mau tak mau Okta menganggukam kepalanya menyetujui keinginan Vanya.
Setelah kurang lebih dua jam perjalanan. Akhirnya Vanya dan Okta sampai di rumah Gistara. Kini terlihat kakaknya sedang duduk di teras sambil membaca novel.
Okta memasuki pekarangan rumah Gistara kemudian mematikan mesin motornya.
"Assalamualaikum." Vanya membuka helm kemudian mencium tangan kanan kakaknya. "Kangen pasti lo sama gue kan?"
"Iya. Enggak ada yang bisa gue suruh-suruh," sahut Gistara. "Sini Okta masuk dulu,"
"Iya kak."
Vanya terdiam seketika. Gistara kenala dengan Okta? What?! Sejak kapan? Vanya belum pernah mengenalkan Okta pada kakaknya.
Dan yaaa, kenapa Okta tau rumah Gistara? Padahal sejak tadi dia tidak memberitahu jalan menuju rumah ini.
Gistara dan Okta sontak melihat ke arah Vanya yang sedang terdiam mematung. Mereka tau pasti Vanya sedang bingung karena kakaknya yanfmg mengenal tara.
"Whait! Whait! Whait! Bentar!" Vanya mengankat tangannya menyuruh Okta dan Gistara diam. "Kenapa lo tau kalo dia Okta?" tanya Vanya menatap kakaknya menyelidik.
Gistara menggigit bibir bawahnya. Bodoh sekali dia. "Mmmm... tadi ibu nelpon gue. Katanya lo kesini bareng temen lo yang namanya Okta. Makanya gue tadi langsung manggil dia Okta," jelas Gistara.
Vanya tetap menatap Gistara menyelidik. Kemudian dia berbalik menatap Okta. "Lo! Kok bisa tau rumah ini? Dari tadi gue kan enggak kasih tunjuk arahnya."
"Bener kata Arca lo bego!" Sahut Okta.
"Kok bawa-bawa Arca?" Protes Vanya.
Okta mendekat dan tersenyum. "Adik gue tersayang." Ucapnya mengelus rambut Vanya. "Sebelum berangkat, ibu udah ngasih alamatnya ke gue. Dan gue tau daerah sini, ibu juga ngasih tau patokan dan warna cat rumahnya." terang Okta.
Alis Vanya menyatu. "Ohhh gitu. Bener?"
"Udah ayok masuk! Kalian pasti laper kan?" Relai Gistara mengajak keduanya agar masuk ke dalam rumah.
"Lo masak apa?" tanya Vanya kemudian menyimpan tasnya di kursi.
"Masak makanan," sahut Gistara santai.
"Wihh, masak sayur sop. Pasti enak nih kak," ucap Okta.
"Pasti dong."
"Gue mau ganti baju dulu deh sebelum makan." Vanya pergi menuju kamarnya untuk berganti baju.
Okta duduk di kursi meja makan. Dia membuka piring dan mengambil nasi.
"Vanya belum tau siapa lo sebenarny?" tanya Gistara dengan suara kecil.
"Belom," sahut Okta santai.
"Kapan lo mau bilang ke dia?" tanya Gistara yang mulai penasaran. Pasalnya jika di tunda-tunda, dia khawatir Vanya akan marah besar.
Okta mengangkat kedua bahunya. "Gue enggak tau. Buat deket sama dia kaya gini aja, gue butuh perjuangan,"
"Taaa, kalo Vanya tau semuanya dari orang lain. Dia bakal marah besar sama lo," peringat Gistara.
"Bukan cuma gue. Tapi lo juga kak," timpal Okta.
"Kalian lagi ngobrolin apa sih?" tanya Vanya yang sudah mengganti bajunya.
Keduanya menoleh bersamaan dengan wajah terkejut. Untung saja Vanya tidak mendengar semua obrolan mereka.
"Abis ngomongin gue ya?!" cibir Vanya kemudian duduk di samping Okta.
"Geer lo!"
"Gue cuma nanya-nanya aja sama Okta. Ternyata dia kenal Arca juga ya?!"
"Yailah. Orang Okta sahabatnya Arca!" Sahut Vanya. Dia mengambil nasi dan sayur sop ke piringnya.
Note :
Siapa Okta sebenarnya? Ayokkk menurut kalian dia siapa? Kok bisa ya Gistara kenal sama Okta?Kayanya makin ke sini partnya makin seru nihh!!!
So pecahkan teka-tekinya ya😁Salam hangat❤❤
Risnaa432
KAMU SEDANG MEMBACA
Infinity [TERBIT]
Teen Fiction"Kita layaknya bilangan tak hingga di bagi dengan bilangan tak hingga maka hasilnya adalah bilangan tak pasti" -Infinity Layaknya bilangan tak hingga kita tidak pernah tau apa yang akan terjadi. Tidak pernah tau akan bertemu siapa dan jatuh cinta pa...