25 || Lingkaran

1K 196 36
                                    

Happy Reading❤


Sifat garis singgung lingkaran adalah memotong lingkaran di satu titik. Lalu jika aku garis singgung lingkaran, apakah aku akan memainkan peran penting juga?

-Infinity













Pagi hari yang cerah membuat Vanya semakin bersemamgat untuk bersekolah. Pukul tujuh kurang bahkan dia sudah berada di dalam kelas seorang diri.

"Ini orang-orang pada kemana ya?kok belum pada datang sih!" decak Vanya sambil melihat ke seisi kelas yang masih kosong.

Sudah lima menit lamanya Vanya berdiam diri di dalam kelas yang masih juga belum ada siswa lain yang datang. Kini dia mulai bosan dan pergi menuju kantin, untuk sekadar membeli camilan atau mungkin sarapan lagi.

"Pagi mbak Lala," sapa Vanya menghampiri Mbak Lala yang tengah merapihkan dagangannya.

"Pagi, Vanya," Mbak Lala balas menyapa, "tumben masih pagi udah ke sini,"

"Iya nih, kayaknya aku kepagian deh datangnya, diem di kelas bosen enggak ada orang." jelas Vanya.

Mbak Lala tersenyum, "semangat banget sekolahnya, kangen sama Arca ya?" Godanya.

"Apaansih mbak, ya enggaklah!" ucap Vanya. Ngomong-ngomong soal Arca, dia hari ini sekolah tidak ya? Biasanya, ketika dia mau berangkat sekolah selalu mengabarinya terlebih dahulu.

"Kalian itu lucu tau. Suka ribut, tapi kelihatannya harmonis," kata Mbak Lala sambil memberika satu kotak susu kesukaan Vanya.

"Kalo suka ribut berarti enggak harmonis dong seharusnya," balas Vanya. Dia memang sering sekali bertengkar dengan Arca, tapi itu memang bukan pertengkaran yang hebat, hanya pertengkaran kecil yang menjadi bumbu pertemanan keduanya.

"Oh iya mbak, aku kan enggak pesen ini." Vanya mengangkat susu kotak yang di berikan oleh Mbak Lala.

"Gratis buat kamu," balas Mbak Lala dan dia kembali ke tempatnya berjualan.

"Perteman kamu sama Arca itu unik lohh. Mbakk jadi keinget semasa dulu waktu muda." ucapnya.

"Lohh mbak kan sekarang juga masih muda," komentar Vanya. Mbak Lala memang masih terbilang muda, dia berusia tiga puluh tahun. Baru memiliki anak dua yang masih kecil-kecil, tapi dia harus berjualan di kantin sekolah menggantikan ibunya yang sudah tua.

"Mbakk udah umur tiga puluh tahun, jadi udah tua. Lagian mbakk udah punya anak dua," ucap Mbak Lala.

"Tapi wajah mbak Lala terlihat muda kok," goda Vanya.

"Bisa aja kamu," ucap Mbak Lala tersipu malu.

"Tasnya di kelas, manusianya di sini ternyata." Ucap seseseorang yang datang menghampiri ke meja Vanya. Dia adalah Arca, si cowok tinggi yang sangat menyebalkan.

"Emang kenapa?" tanya Vanya menatap Arca dengan menopang dagunya.

"Mana? Bagi Pr matematika, gue enggak sempet ngerjain."

Vanya memutar bola matanya malas. "Kenapa enggak mgerjain?" tanyanya.

"Gue sibuk belajar buat olimpiade," sahut Arca.

"Emang lo doang yang sibuk belajar buat olimpiade? Gue juga. Tapi gue masih bisa tuh ngisi Pr!" Seru Vanya.

"Kalo ngomong enggak usah pake urat!" decak Arca.

"Ambil aja di tas gue. Lo ganggu gue lagi curhat sama mbak Lala aja!" Kesal Vanya.

Arca menarik lengan Vanya paksa. Dia menyeretnya menuju kelas. "Makasih ya mbak, sampai bertemu istirahat." Arca melambaikan tangannya pada Mbak Lala.

Infinity [TERBIT] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang